(10) Es Batu Yang Mencair

22 0 0
                                    

"Dia pikir dia siapa bisa menghilang kaya gitu!"

Cowok dingin yang nyebelin itu menghilang entah kemana ketika aku sedang menghitung dalam hati.

Dia memang biasa seperti itu. Hilang hanya dalam hitungan detik.

"Enggak jelas!" sambil kuletakkan botol minuman soda yang tadi, lalu kubuka resleting tasku untuk mengambil laptop hitamku.

Aku mulai menyalakannya dan kembali melanjutkan tulisanku yang sempat terhenti, kemarin sore.

Tapi pikiranku masih memikirkan, kemana si cowok dingin itu menghilang. Hingga aku menghentikan semua kegiatanku.

"Hah, mukanya ada dimana-mana! Sebel!"

Aku langsung menyandar ke bangku tembok, tempat biasa yang menjadi sandaran punggungku. Kakiku aku selonjorkan. Agak pegel rasanya.

Tukk..

"Aduh.. apaan tuh?"

Sepertinya ada yang melempar sesuatu kearahku dan mengenai tepat di kepalaku. Karena sedikit sakit, kuusap-usap tanganku kearah keningku yang kejatuhan sesuatu tadi.

"Nyariin gue lo?"

Tepat dibelakangku, Aderyan berdiri sambil mengunyah snack jagung panggangTidak salah lagi, dia yang melemparku dengan biji jagung itu. Kurang ajar!

"Lo bisa gak sih, gak iseng dan gak dateng secara tiba-tiba kaya gitu? Pake ngelempar biji jagung segala!"

Matanya melengos kanan kiri sambil mulutnya bergerak-gerak menghancurkan biji jagung panggang, tadi. Terdengar bunyi biji yang dia kunyah dari mulutnya.

Krauk.. krauk.. krauk..

"Sakit tauk!" gertakku,

"Daripada gue lempar batu! Mau?"

Hmm.. tumben sekali si cowok ini mau menyapaku. Seperti ingin mengajakku ngobrol.

"Emang tega?" Kataku sambil memicingkan mataku padanya.

Aku langsung menatap matanya. Namun reaksinya hanya datar dan ia tetap fokus mengunyah. Kali ini dia manis. Cocok sekali warna jaketnya itu melekat dibadan tegapnya.

Hah, apa yang sedang aku pikirkan?

"Nulis apaan lo?"

Dia langsung mengalihkan pembicaraanku tadi. Tapi tidak apa-apa, kali ini dia yang bertanya padaku.

"General Fiction. Sejenis tulisan fiksi tapi berdasarkan cerita yang umum terjadi." jawabku, sambil melihat matanya.

"Siapa tokohnya?" Katanya yang tangan kanannya memegang bungkusan snack. Dia juga memasukkan biji jagung panggang itu ke mulutnya, satu persatu.

"Gue ceritain juga gak penting buat lo!" sautku,

"Pengen tau aja. Biasanya apa sih yang ditulis cewek-cewek aneh kaya lo."

What? Aneh? Gue? Gak ngaca apa dia!

"Gue? Aneh? Lo kali yang aneh!"

Sambil mengunyah, "Jawab aja sih, ribet deh lo!"

Kali ini kakinya hanya bertumpu di kaki kanan. Kaki kirinya menyilang keatas kaki kanannya. Dia bersandar di pohon beringin muda yang ada aku di bawahnya.

"Gue belum kepikiran siapa aja buat yang jadi tokohnya." Kataku, dengan menaikkan bahuku sedikit.

"Jadi, gue buang-buang waktu aja dong dari tadi?" Katanya. Aku lihat dia masih mengunyah biji jagung panggangnya itu.

Seandainya lo cewek, udah gue remes rambut lo!

"Mending lo pergi deh. Biasanya lo main sama kamera busuk lo itu. Mana dia? Udah lo buang?" Sindirku.

Aderyan berhenti mengunyah.

Dia terdiam beberapa menit. Sepertinya dia mau merobek-robek mulutku dan matanya yang biasanya sayu, kini mulai tajam dan mengeluarkan asap api walau tidak terlihat jelas. Jangan-jangan dia marah?

"Kamera busuk?"

Terlihat dia mengerinyitkan dahinya dan menaikkan sedikit sudut kanan bibirnya.

"Kamera gue jelas lebih berwarna dari laptop lo. Emang harganya pasti mahalan laptop lo. Tapi apa yang ada didalamnya, lo gak pernah tau. Andai kata gue motor, dia bensinnya. So, lo gak usah sok tau tentang kamera gue. Lo aja gak bisa berbuat apa-apa sama laptop impor lo itu. Ya kan? Cengak-cengok gak jelas!"

Sekarang gue hapal jenis suaranya. Logatnya, ketukan nadanya dan kapan dia menarik nafas. Tanpa sadar, aku senyum senyum sendiri mendengar dia berkata panjang lebar.

Iya, baru ini aku melihatnya berbicara.

"Kenapa lo? Kan gak jelas, kan? Denger gak.. woy?" Teriak Ader.

Hah, astaga! Aku sama sekali tidak mendengar apa yang dia bicarakan. Aku hanya melihat wajahnya tanpa mendengarkan apa yang dia katakan.

"Lo ngomong apa tadi? Hah? Gue denger kok hehe"

Melihat aku seperti orang bodoh, dia menghampiriku. Jarak aku dengannya hanya tiga langkah. Sekarang dia ada dihadapanku.

Mau apa dia?

Dia menarik lengan jaket sebelah kanannya dengan tangan kirinya yang naik hampir sampai ke siku. Tanpa segan, telapak tangan kanannya yang tadinya menggenggam bungkusan snack, kini mengusap bagian atas kepalaku. Rambutku sedikit mulai berantakan.

"Dasar polos!" Katanya sembari mengusap kepalaku.

Lalu, dia pun berbalik badan. Dan perlahan ia berjalan pergi meninggalkanku. Sedangkan aku hanya diam memandangi tingkah anehnya yang mengacak-acak rambutku tanpa ijin.

Apa? Apa yang dia lakukan tadi? Apa apaan itu? Hey..

Cinta Ini Untuk Siapa?Where stories live. Discover now