Prolog

114K 4.5K 130
                                    

Manhattan, New York City

Musim panas,  Juni 2020

"Celananya terlalu pendek. Ganti."

"Tali bra lo kelihatan. Ganti."

"Belahan dada lo nyembul. Ganti."

"Lo mau jualan pusar? Ganti."

"Kooo ...!"

"Apa?"

Flora memberengut. "Ini musim panas, Demi Tuhan!"

"Iya, gue tau di sana lagi musim panas. Tapi kepala gue juga bakalan kepanasan mikirin lo keliaran di New York dengan pakaian seadanya kayak tadi. Gue nggak rela ngasih bule-bule itu pemandangan gratis. Mending juga kalo gue bisa ikut menikmati. Nyatanya, gue cuma bisa gigit jari."

Flora memutar bola mata lalu menatap layar laptop dengan kesal. "Lo tau suhu di luar sana berapa sekarang? Hampir 40 derajat Celcius! Kebayang nggak sih panasnya kayak gimana? Semua pakaian tadi tuh nggak ada apa-apanya, Ko. Orang-orang malahan cuma pakai underwear keluar rumah. Malah ada yang naked! Jejemuran di Central Park kayak di pantai."

Dicko menaikkan alis mata. "So? Lo mau kayak gitu juga? Pakai underwear ke mana-mana?"

"Bukaaan! Tapi kan gue nggak mesti pakai jaket juga kali, Ko!"

"Gue nggak suruh lo pakai jaket. Cuma minta lo gunakan pakaian yang lebih sopan. Masa lo nggak punya kaus biasa atau kemeja?" balas Dicko santai.

Flora menggeram kesal. Tentu saja dia punya. Hanya saja dia merasa benar-benar gerah saat mengenakan pakaian yang lebih tertutup. Musim panas di New York tahun ini benar-benar panas dari tahun-tahun sebelumnya.

"Apa lo nggak malu pakai pakaian yang agak terbuka? Dulu aja, lo langsung kabur pas gue nggak sengaja ngelihat lo pakai baju yang agak transparan dan celana kependekan. Masa sekarang lo berubah cuma gara-gara musim panas?"

Flora mendesah frustrasi lantas berbalik dengan kaki menghentak-hentak. Tangannya sibuk memilih-milih pakaian yang berserakan di atas tempat tidur.

"Ini?" Dia mengangkat sebuah kemeja lengan pendek hijau daun berikut rok katun putih sedikit di bawah lutut.

Di layar laptop, tampak Dicko menyunggingkan senyum cerah. "Yep! Itu aja. Awas kalo nanti lo ganti sama baju yang terbuka. Gue bisa tau, Flo."

Flora terbahak-bahak dalam hati. Lo jauh di sono, Ko. Nggak bakalan bisa tau. "Iya! Bawel lo! Udah, tidur sana! Gue mau siap-siap ke kampus."

"Gue mau lihat lo pakai baju itu." Dicko bergeming. Tangannya menyilang di dada.

"Enak aja!" Flora melotot.

"Otak lo piktor. Maksud gue, lo ganti baju di kamar mandi kayak tadi. Trus kasih lihat ke gue setelah itu." Dicko terkekeh geli.

Wajah Flora sontak memerah. Dia tak membalas ucapan Dicko dan segera beranjak ke kamar mandi dengan membawa pakaian ganti yang Dicko inginkan. Tak sampai lima menit, dia kembali ke kamar tidur dan berdiri di depan laptop.

"Puas?" ucapnya, masih dengan ekspresi kesal.

Dicko mengacungkan dua jempolnya seraya tersenyum senang. "Sangat! Have a nice day!"

Flora segera mengucapkan salam perpisahan lalu mematikan sambungan video. Setelah yakin wajah Dicko tak lagi menghiasi layar, seringai lebar tiba-tiba muncul di wajah gadis itu.

"Sorry, Honey," bisik Flora seraya terkekeh. Dia segera melepas pakaian, menggantinya dengan kaus longgar tanpa lengan dan celana pendek sepaha.

Adrenalinnya terpacu karena berani melakukan pemberontakan terhadap Dicko. Hal yang tak pernah dia lakukan sebelumnya. Dua tahun berpacaran, dia selalu melakukan apa pun yang kekasihnya katakan, seperti saat mereka masih bertunangan. Dia rasa, sesekali membangkang takkan merugikan. Lagi pula, lelaki itu beribu-ribu kilometer jauhnya dari sini. Bahkan dia pasti sudah jatuh terlelap dalam buaian mimpi.

Selesai berdandan, Flora mematut dirinya sekali lagi di depan cermin. Masih sangat sopan untuk ukuran New York kok! batin gadis itu saat melihat pantulan dirinya di sana. Dan dia akan segera mengganti pakaian saat tiba di kampus dengan seragam khusus koki. Jadi, teman-teman lelakinya takkan punya kesempatan lebih lama untuk menikmati pemandangan gratis yang sejak dulu tak pernah dia suguhkan.

Merasa sudah siap untuk keluar dari apartemen, Flora pun segera beranjak menuju pintu. Dia mengembuskan napas keras sebelum membukanya lalu tersenyum cerah. Hello, Summer! Here I come ....

Namun, senyum Flora perlahan-lahan surut saat daun pintu terbuka lebar. Dia merasa wajahnya bagai dihantam sesuatu yang sangat keras, padahal tidak. Lututnya pun tiba-tiba saja goyah saat dia menelan ludah.

"Hai, Flo. Biasa aja dong ekspresi lo. Lo nggak lagi ngelihat hantu kok. By the way, sorry ya, gue lupa kasih tau lo tadi. Fyi, I miss you like crazy."

♥Kamis, 6 Juli 2017♥

Haloohaaaaa....Siapa yang menunggu-nunggu sekuel Dicko&Flora? Ayoooo, mana suaranyaaaa....Hehehe...

Akhirnya publish juga. Mudah-mudahan kalian suka yaaa..

Oiya, aku sertakan juga cast-nya.

Cuma sekadar sebagai visualisasi. Ini bukan fanfict yaaa..hehe..

Nah, di Turn Back, kalian udah tau kan kalo Dicko itu mirip sama Song Joong Ki? Iya, Joong Ki yang itu, yang bakalan nikah sama Song Hye Kyo itu lhoooo...Hehe...

So, aku pakai visualisasi wajahnya untuk Dicko. Untuk Flora, aku pakai wajah model bernama Bridget Satterlee.

Here they are ....

Here they are

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Turn Up (Sekuel Flora-Dicko) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang