Part 14

91.7K 4.1K 438
                                    

I'm lucky I'm in love with my best friend
Lucky to have been where I have been
Lucky to be coming home again

(Lucky by Jason Mraz feat Colbie Caillat)

💕💕💕

Warning: Part ini berisi adegan bulan madu dan mature😉

"Mau saya yang buka kain itu atau ... Mas yang melakukannya sendiri?"

Flora bersedekap, mata menyipit, bibir menipis, serta dagu diangkat tinggi—gestur congkak yang dulu biasa dia gunakan untuk mengintimidasi korban rundungannya. Hanya saja, saat ini berbagai macam perasaan campur aduk, berkumpul di dadanya.

Dongkol, sudah pasti. Dia berhasil dikelabui oleh penampilan konyol sang suami. Akan tetapi, porsi terbesar justru dikuasi oleh degup-degup rindu menggebu-gebu. Pijar kebahagiaan menyala, membuat dadanya menghangat, sehangat udara tepi pantai di Amanwana.

"Kalo saya yang buka, Mbak harus bayar tip."

Hampir saja dengusan tawa lolos dari mulut Flora. Namun, dia segera menyamarkannya dengan batuk-batuk kecil.

"Ya udah, saya kasih tip. Ayo, cepat buka," balas Flora dengan nada memerintah. Namun, dia bisa merasakan suaranya bergetar tertahan.

Setelah bergeming beberapa saat, tangan kanan lelaki itu akhirnya terangkat. Dan perlahan tapi pasti, kain penutup itu tersibak, menyingkap raut wajah yang tadinya setengah tersembunyi.

Seringai lebar Dicko menyapanya. Kerling jenaka lelaki itu berhasil melukiskan sebentuk garis melengkung ke atas di sudut-sudut bibirnya. Akan tetapi, gurat-gurat halus itu segera dia hapus karena tak ingin ketahuan terlalu antusias atas pertemuan mereka.

"Udah, Mbak. Tipnya mana?"

"Mau berapa?"

Seringai di wajah Dicko semakin lebar, ditemani binar jahil di matanya. "Bayar pake ciuman aja, Mbak. Di bibir," jawab Lelaki itu seraya mengetuk-ngetuk pelan bibirnya yang sengaja dimonyongkan.

Ucapan bernada mesumnya justru berbuah cubitan kecil bertubi-tubi di pinggang. Lelaki jangkung itu sontak berlari menghindar sambil mengaduh-aduh diselingi tawa lepas yang begitu Flora rindukan.

"Gimana, Mas? Tip dari saya enak banget kan?" Flora mengejar Dicko yang berlari sekeliling kamar. Tangan gadis itu begitu cekatan menghujani sang suami dengan cubitan gemasnya.

"Aduh! Sakit, Flo! Agh! Aw! Ampun!"

"Nggak ada ampun-ampunan, Mas. Tipnya harus saya bayar lunas!" Kali ini Flora yang tertawa keras demi melihat ringisian di wajah sang suami.

Dicko terus berlari menghindar. Kaki panjangnya mengitari meja dan sofa lalu berputar ke arah tempat tidur berkelambu yang tertata rapi. Namun beberapa detik kemudian, tempat itu porak poranda manakala Dicko yang tak kuasa menahan serangan melompat ke sana diikuti Flora yang masih mengejarnya dengan tawa membahana.

Dicko menggelindingkan tubuhnya di atas kasur empuk lalu dengan cepat menyambar bantal untuk dilemparkan ke arah Flora. Gadis itu terkejut, tak sempat menangkis serangan balasan.

"Ah! Kamu curang!" pekiknya saat bantal kedua menghantam wajah, disusul bantal ketiga yang mengenai perutnya.

Dicko tertawa penuh kemenangan. Begitu melihat sang istri sedang lengah, dia segera maju dan menyambar pinggang gadis itu, menggelitikinya tanpa ampun.

"Dicko! Geliiiii! Ampun, ampun! Udah, ah! Geliiiii!! Hihihihi!"

Flora terpekik-pekik kegelian hingga sudut-sudut matanya berair. Dadanya sesak oleh tawa yang tak kunjung reda. Wajahnya memerah. Pendingin ruangan pun tak cukup ampuh mencegah peluh.

Turn Up (Sekuel Flora-Dicko) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang