Part 7

50.9K 3K 78
                                    

"What we find in a soulmate is not something wild to tame but something wild to run with—Robert Brault."
~~~~💕💕~~~~

"Ini... ini serius...?"

Flora masih ternganga, menatap bergantian antara Dicko dan cincin platinum yang setengah terbenam dalam gelas es krimnya. Matanya mengerjap-ngerjap, sedikit berair.

Dicko mengira itu ekspresi bahagia dan haru. Namun saat Flora berdiri mendadak dengan wajah penuh horor, kening lelaki itu berkerut.

"Flo?" Dicko ikut berdiri. "Lo kenapa?"

Flora mundur perlahan. Dia lantas menggeleng-geleng dan tertawa. "Lo pasti lagi ngerjain gue, kan?"

"Ngerjain? Enggak. Gue serius," jawab Dicko mantap.

"Yakin lo serius?"

"Iya. Itu kan ada cincinnya. Trus tadi kan gue juga bilang 'will you marry me?'" Dicko menjelaskan dengan kalem.

Flora tertawa lagi. Kali ini dia berjalan mengitari meja makan sambil berkacak pinggang. Matanya mengamati dengan cermat benda-benda yang ada di atasnya. Kemudian dia kembali menatap Dicko yang terheran-heran.

"Jadi maksud lo," ucap Flora lamat-lamat, "lo minta gue datang ke Chez Elles dengan alasan wawancara kerja, trus lo juga minta pegawai lo suruh gue masak, tapi ternyata itu cuma jebakan buat ngelamar gue. Gitu?"

"Ya, gitu, deh," balas Dicko santai.

Mendengar itu, Flora tak bisa berkata-kata sesaat. Tak lama kemudian dia berjongkok dengan wajah kesal dan suaranya seperti tercekik saat berkata, "Jadi gue MASAK untuk acara makan siang lamaran gue?! Lo serius?! Itu tadi bukan buat food test?! Simpel, spesial, dan suami itu cuma akal-akalan lo?"

Seringai jahil merekah di wajah Dicko. Dan itu sudah cukup menjawab pertanyaan Flora, membuatnya semakin kesal setengah mati. Dia kemudian berdiri dan menghujani Dicko dengan cubitan-cubitan kecil di sekujur pinggangnya. Lelaki itu tersentak dan mengaduh-aduh dengan heboh.

"Adaw! Flo! Lo sadis amat! Sakit, tau!" jerit Dicko. Dia segera berlari menghindar.

"Gue sebel sama lo!" salak Flora dengan suara yang terdengar hingga menembus pintu.

Kehebohan di dalam ruangan itu membuat semua pegawai dan koki restoran yang sedari tadi menguping di depan pintu berpandangan dengan bingung dan terkejut. Tak disangka, calon istri bos mereka garang juga. Diam-diam mereka berdoa semoga lelaki itu tak mengalami KDRT setelah menikah nanti.

"Tau gitu kan gue bikin menu yang lebih spesial! Masa batagor?! Dan gue nggak ada cakep-cakepnya gini! Bau bawang, muka berminyak, rambut bau asap! Masih pakai celemek pula. Dan lo masa nggak ada romantis-romantisnya, sih?!" protes Flora sambil terus mengejar Dicko. Mereka berkeliling meja seperti dua bocah yang bermain kejar-kejaran. 

Dicko terkikik keras dalam pelariannya. "Pantesan dari tadi gue kecium bau bawang. Jadi rupanya bau badan lo. Ha ha ha!"

"Lo bener-bener nyebelin!" hardik Flora, sakit hati karena diejek dan ditertawakan.

Dia terus mengejar. Namun tanpa diduga, Dicko menghentikan langkahnya dan membalikkan tubuh secara mendadak. Tindakannya membuat Flora yang masih berlari ikut berhenti karena menubruk dadanya. Lelaki itu segera melingkarkan kedua tangannya ke sekeliling pinggang kekasihnya, membuat gadis itu tak bisa bergerak.

Flora tersentak dalam pelukan Dicko. Napasnya terengah-engah. Wajahnya memerah dan sedikit berpeluh. Dia lalu menengadah, membuat pandangan mereka bertemu. Pipi gadis itu semakin merona.

Turn Up (Sekuel Flora-Dicko) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang