MENCINTAI SENDIRIAN

184 5 4
                                    


Sejak saat berjumpa denganmu hari itu, tak ada yang benar-benar bisa mengalihkan pandanganku dari wajah yang begitu manis dan lugu yang kau miliki, rasanya aku ingin terus berada disana memandangmu tanpa jeda, melukis indah senyummu yang benar-benar mencuri hatiku seutuhnya. Pertemuan kita seakan membuatku kembali hidup dengan raga yang baru, hati yang jauh dari rasa kecewa, dan jiwa yang telah bersih dari segala luka. Jadi biarkan aku berjuang untuk memilikimu seutuhnya.

Hari ini, aku masih percaya dengan segala asa di dadaku. Walau terkadang melihatmu bersama orang lain itu membuatku sedikit cemburu. Namun, hatiku masih tetap yakin akan mendapatkan balasan cinta darimu. entah itu kau memang tak tahu akan perasaanku, ataukah kau berpura-pura tak tahu hanya karna kau tak ingin bersanding denganku, apa karna wajahku kurang tampan seperti anak-anak pengusaha itu? yang hanya tahu meminta tanpa tahu mencari dan mengerti sulitnya mencari sesuap nasi.

Begitu banyak hal yang aku korbankan untuk mendapatkanmu, mengantarmu kesana kemari tanpa lelah walaupun letih, bertingkah bodoh hanya untuk membuatmu tertawa, menguras waktu istirahatku hanya untuk menunggu balasan pesan darimu. saat ini segalanya tentang hidupku ialah tentangmu, tentangmu yang belum juga mengerti arti dari segala pengorbananku.

Ternyata, tak semudah membalikka telapak tangan. mencintai sendirian butuh banyak mengorbankan waktu, perasaan, dan sedikit air mata. Jika kau bertanya mengapa sepilu itu? berhentilah mencari jawabannya, biarkan aku saja yang merasakan pedihnya disia-siakan, bagaikan luka pada telapak tangan yang mungkin akan sembuh dalam waktu yang tidak lama, namun meninggalkan bekas yang takkan membuatmu lupa tentang cinta yang tak pernah terbalas.

Ku kira, pertemuanku denganmu adalah awal bahagia yang takkan lagi menemui luka, ternyata hari ini aku kembali merasakan pahitnya menjadi seseorang yang begitu dekat, yang begitu akrab namun tak pernah dianggap ada, hanya selalu ada namun tak pernah benar-benar nampak, aku hanya bagaikan bayangan dalam dirimu selalu ada namun tak pernah kau cinta, kini biarkan kaki beranjak pergi karna bertahan hanya akan membuat luka semakin parah, biarkan aku belajar melupakanmu, menghapusmu dari ingatanku dan kembali menjadi aku yang dulu yang punya perhatian tapi tak lupa akan diri sendiri, yang tetap memiliki cinta tapi tak lupa akan tidur tepat waktu dimalam hari. Terimakasih telah hadir dalam lembaran kisahku, meskipun kau hanya datang untuk pulang.

Mungkin akan sulit untuk setiap langkah kaki, sebab bayangmu yang masih terus menghantui. Tapi, semua harus berjalan seperti ini, kau dengan kebahagiaanmu dan aku berjalan dengan lukaku. Biarlah dia tetap hidup di dalam dadaku, menjadi penawar letih saat raga mulai lelah mencari dan tak sanggup lagi berdiri untuk wanita yang lebih pantas untuk dicintai, entah di mana akhir dari langkah ini, entah di mana luka ini akan melebur menjadi jejak kehadiranmu dalam hidupku kasih, menjadi akhir dari segala pilu yang bersarang pada dadaku.

Perihal kau; aku harap segera kau temui lelaki yang kau ingini dan juga menginginkanmu, sebab aku tak ingin kau merasakan sama dengan yang terjadi padaku saat mencintaimu. Pahit sangat pahit, mengapa? sebab kau berhak mencintai namun tidak dengan memaksanya mencintaimu, kau berhak perhatian namun tidak dengan memaksanya peduli denganmu, kau pun hanya bisa menahan kecemburuanmu saat melihatnya dengan orang lain sebab kau memang tak pernah menjadi rembulan dalam setiap malamnya, kau tak lebih dari lampu-lampu jalan yang menerangi setiap langkahnya menuju rumah orang yang dia cintai. Sungguh pahit bukan? aku tak ingin kau merasakan hal itu, kau tak akan kuat.

Setelah semua ini, aku menyadari bahwa kita dipertemukan memang hanya untuk menjadi sebuah kenangan, menjadi pengisi cerita kehidupanmu pun denganku. Setelah semua tentang kita yang sudah-sudah, aku tak ingin terlalu lama terjebak dalam kesedihan yang sebenarnya memang tak pantas melibatkan air mata. Aku ingin segera berdiri, kembali mendongakkan kepala dan kembali melangkah. Sebab, hidup ini terlalu singkat jika hanya untuk mengharap balasan dari orang yang benar-benar tidak mencintaimu, ingatlah hanya kematian yang tidak memberimu kesempatan lagi dan lagi.


Baca juga tulisan saya di Instagram dan Twitter \\

HARAP YANG SIA-SIAWhere stories live. Discover now