GETIR

33 3 0
                                    



      Teruntuk kau kembang desa, mengapa begitu kejam dengan paras yang indah. Bukankah kita bertemu untuk saling berbagi tawa; aku yang membuatmu tetap hidup dan kau yang memberi warna pada hidup. Tapi nyatanya semua tak lebih kejam dari terkaman kalajengking yang diam-diam menghabisi, kau mencabik-cabik hatiku dengan warnamu, kau melukaiku dengan diammu. Apakah memang itu hobimu memberi cinta pada seseorang lalu menusuknya dengan duri perpisahan.

Menjadi mentari sesaat lalu menjelma jingga yang menyimpan banyak kisah pada setiap beranda ponsel manusia bodoh sepertiku, menjadi pemicu kerinduan yang tak terbendung ialah juga getir yang tak berwujud, seakan ingin memelukmu seketika, menjadi pundak disetiap kesedihanmu seperti apa yag telah lalu. Namun semua itu hanyalah sebatas ilusi dalam kepala yang menjadi kekal menjelma penderitaan.

Lihatlah sekarang apa hasil dari kelakuanmu itu, lelaki yang pernah sangat kuat merajut mimpi dengan kau disana bersamanya dimasa tuanya. Apakah menurutmu adil saat kau merasa bahagia dan dia merana oleh cintanya? ahh kau sungguh kejam, begitu tega kau patahkan cinta yang begitu tulus padamu.

Seluruh isi jagad raya menyadarkanku tentang sederhananya hidup, berbagai senyuman, motifasi dari anak-anak yang memainkan ukulele ditengah gaduhnya kota, para lansia yang bercucuran keringat demi sesendok nasi untuk anak istri yang menunggunya dengan penuh harap. Kenapa harus bersedih berlarut-larut hanya karna satu wanita yang tak menghargai cinta dan ketulusan, kenapa harus tetap hidup dimasa lalu sedangkan dia telah mulai merajut masa depan yang indah. Ahh dasar bodoh. Kini waktunya kembali dikehidupan sewajarnya, dimana cinta dan kasih sayang itu lebih nyata dibanding hidup dalam sejuta kisah dan mati diterkam luka.

HARAP YANG SIA-SIAWhere stories live. Discover now