12. Kedekatan

2.2K 224 12
                                    

Persiapan Reyna sudah siap sempurna. Sepuluh menit lagi ia akan pergi untuk menemui Ji Min. Entah kenapa dengan dirinya, ia sangat gugup dan takut. Bukan takut dengan Ji Min, hanya saja ia takut jika ia akan salah tingkah di depan Ji Min. Dan satu hal yang paling Reyna takutkan, penggemar Ji Min atau pun netizen memergoki keduanya, dan alhasil nama Ji Min nanti yang akan menjadi perbincangan. Terlebih Reyna bukanlah orang yang spesial, ia hanya gadis biasa.

"Eoh, kau mau ke mana?" Reyna terkejut dengan bibinya yang tiba-tiba sudah berdiri disampingnya. "Mau bertemu pacar huh?"

"Tidak, aku akan bertemu teman."

"Benarkah? Kau tidak berbohong 'kan?" Reyna sedikit kesal dengan bibinya. Reyna memang tidak punya pacar, tetapi ia juga tidak mau diejek seperti itu. Apalagi ini masalah Ji Min, memang Reyna hanya berteman dengan Ji Min meski kenyataannya Reyna berharap lebih dari itu.

"Sudah ya Bi, aku pergi dulu."

"Memang kau-" Belum sempat Hinata melanjutkan ucapannya. Reyna sudah menyela ucapan bibinya.

"Tenang, aku sudah hafal jalan pulang. Bibi tidak perlu khawatir ya." Hinata hanya mengangguk. Reyna pun segera keluar rumah dan mencari taksi.

Reyna telah sampai di tempat yang Ji Min janjikan. Pantas saja Ji Min mengajaknya makan bersama, ternyata tempatnya sedikit tertutup dan tidak terlalu ramai. Tetapi Reyna dalam masalah, ia sangat gugup sekarang.

"Yuki." Seseorang menepuk pundak Reyna. Reyna berbalik dan menemukan Ji Min di sana tengah tersenyum kepadanya. "Oh, Ji Min."

"Kenapa kau di sini? Ayo masuk." Ji Min menarik tangan Reyna, dan Reyna segera melepaskannya. "Maaf, tapi tanganmu." Reyna terlihat takut dengan Ji Min. Bukan ia tidak suka, hanya saja tidak terlalu pantas.

"Oh, aku minta maaf. Ayo masuk!" Ji Min tersenyum tulus dan dibalas dengan senyuman manis milik Reyna. Ji Min dan Reyna duduk dibangku yang jauh dari beberapa bangku lainnya. Lebih tepatnya berada di tempat VIP.

"Kenapa kita di sini? Apa tidak terlalu spesial." Salah atau tidak ucapan Reyna, tetapi ia merasa sedikit tidak nyaman jika berduaan seperti itu. Dan itu terkesan terlalu spesial baginya.

Ji Min tersenyum dan sedikit tertawa. "Bahkan ini terkesan biasa saja. Maaf, aku tidak bisa mengajakmu ke tempat bagus Yuki." Reyna merasa tidak enak dengan Ji Min. Menurut Reyna ini sangat istimewa dan bahkan Ji Min menyewanya hanya untuk makan bersama Reyna.

"Uhm, Ji Min-ah."

"Ya?" Ji Min menoleh dan memasang wajah bertanyanya. "Terima kasih." Senyuman tampan milik Ji Min terukir di wajahnya. Ji Min merasakan sesuatu yang berbeda dalam dirinya, hanya karena ucapan Reyna itu. Keduanya diam tanpa kata. Reyna masih sangat gugup sehingga bibirnya menjadi terasa kelu. Dan jantungnya pun, selalu berdetak dua kali lebih cepat setiap melihat senyuman tampan Ji Min.

"Yuki, kau di sini liburan?" tanya Ji Min. Reyna mendongakkan wajahnya dan tersenyum singkat. "Aku liburan sekaligus menemani Bibiku yang habis melahirkan."

"Soal hari itu, kenapa kau bisa berada di fansign kami?" Sebelum Ji Min salah paham kepadanya. Reyna pun segera menjelaskan semuanya.

"Waktu itu aku diajak temanku untuk ke fansign dan kebetulan juga aku yang menggantikan Bibiku. Bahkan aku saja tidak tahu tentang K-pop sebelum bertemu kau. Tapi bukan berarti aku tidak suka kalian, justru aku kagum kepada kalian karena bakat-bakat kalian yang membuat grup kalian dikenal dunia," tutur Reyna yang sepertinya sudah tidak gugup lagi.

Ji Min refleks mengusap kepala Reyna. Reyna jelas saja terkejut dengan perlakuan Ji Min itu, hanya saja kenapa ia merasa nyaman dengan perlakuan Ji Min. "Ah, maaf."

Tidak ada percakapan lagi setelah kejadian tersebut. Sampai keduanya sudah larut dalam kebersamaan mereka kurang lebih satu jam. "Ji Min, aku harus pulang. Bibiku sudah sangat khawatir." Ji Min beranjak dari kursinya. "Biar aku antar."

Reyna bingung sekarang, tetapi ini juga sudah malam. "Apa tidak merepotkan?" Ji Min terkekeh dan menggeleng disertai senyuman tampannya. "Tentu tidak, aku lebih khawatir jika kau pulang sendirian." Mendengar ucapan Ji Min, Reyna jadi tersipu malu.

"Terima kasih Ji Minie. Eh, ma-maksudku Ji Min." Reyna memalingkan wajahnya. Kenapa mulutnya lancang sekali mengatakan seperti itu. Ji Min hanya tersenyum dan berlalu untuk membayar makanan.

Reyna dan Ji Min telah sampai di mobil. Jangan berpikir mereka hanya berdua di mobil, ada sopir bersama mereka.

"Yuki-ah" Reyna menengokkan wajahnya.

"Aku lebih suka kau memanggilku seperti tadi."

"Ya?"

"Ji Minie?" Ji Min berkata sambil membuat ekspresi lucunya. "Tapi," ada jeda sebentar pada ucapan Reyna. "Mungkin aku kurang pantas memanggilmu itu." Ji Min tidak mengerti maksud ucapan Reyna. Namun, dari nada ucapannya Ji Min tahu itu bernada sedih.

"Hei, kau sangat pantas. Kau kan temanku Reyna." Reyna terkejut dengan kata terakhir yang Ji Min ucapkan.

"Terima kasih, aku senang mendengarnya." Reyna tersenyum tulus kepada Ji Min. Tanpa Reyna sadari Ji Min terus memandangnya dan tentu saja sambil tersenyum tulus seperti yang Reyna lakukan. Perasaan aneh mulai muncul di hati keduanya. Tetapi akankah mereka menyadari itu dan mempunyai perasaan yang sama? Kita tidak pernah tahu ke depannya seperti apa.

***

Seorang pemuda tampan tengah bersandar di tembok balkon. Ia memikirkan sesuatu yang seharusnya tidak ia pikirkan karena baginya itu salah. "Hyung, kau kenapa?" Yang termuda dari salah satu boy group terkenal bertanya kepada Hyung-nya.

"Kenapa kau tidak tidur?"

"Aish Hyung, aku sedang menunggu Ji Min Hyung. Dia lama sekali, padahal aku sudah sangat lapar." Jung Kook,a laki-laki yang memiliki postur tubuh pria dewasa, tetapi berbeda dengan wajahnya yang imut.

"Jung Kook-ah!" teriakan Ji Min langsung diserbu oleh Jung Kook. "Aigoo, Ji Min Hyung, kenapa kau lama sekali?" Ji Min menggeleng dengan sikap Jung Kook. "Hei, Jung Kook."

"Apa?" Ji Min menengok di mana Tae Hyung berada. "Kenapa dia?" Jung Kook menggeleng dan membawa makanan pesanannya. Tanpa berterima kasih tentunya. Aish maknae kita ini.

Ji Min menghampiri Tae Hyung yang masih di balkon. "Kenapa dengankau?" Tae Hyung hanya diam tanpa berniat menjawab pertanyaan Ji Min. Ji Min tahu betul dengan sahabatnya itu, ia pasti menyembunyikan sesuatu yang membuatnya jadi diam seperti itu.

"Ayo cepat ke sana, aku membawakan makanan kesukaanmu." Tae Hyung tetap tidak menjawab dan masih diam di tempat. "Aku tidak tahu kau kenapa, tapi jika ada masalah sebaiknya ceritakan saja." Ji Min berlalu meninggalkan Tae Hyung di balkon sendirian. Tae Hyung bingung harus bagaimana sekarang, ia tidak ingin menceritakan persoalannya itu kepada siapa-siapa untuk saat ini.

"Mianhae."

.
.
.
.
.
.
.

To Be Continued

Semoga kalian suka cerita ini. Jangan lupa bintang dan komentarnya. (ㆁωㆁ)

Salam,
kejuruolan😉

Impossible ✓Where stories live. Discover now