14. Hilang

1.8K 199 7
                                    

Hari Reyna akhir-akhir ini terasa sendu. Sudah satu minggu dari kejadian di mana adanya berita tentang Ji Min yang berkencan dengan seorang perempuan, dan Reyna sendirilah perempuannya. Ji Min tidak pernah lagi menghubungi Reyna, bahkan hanya sebuah pesan singkat pun tidak ada.

Reyna tahu, Reyna paham. Ji Min memiliki segalanya dibandingkan dengan dirinya yang tidak ada apa-apanya. Seharusnya Reyna menyadari itu jauh sebelum ia mengenal Ji Min. Bukan terus mendekati puncak bila ujungnya akan tetap berada di dataran. Namun, semua telah terjadi, yang harus Reyna lakukan sekarang hanyalah mengikhlaskannya, membiarkan setiap cerita bersama Ji Min menjadi sebuah kenangan indah baginya.

"Yuki." Panggilan Shi Young menghentikan lamunan Reyna. Reyna tersenyum dan menghampiri Shi Young yang datang bersama Hinata. "Wah, Bibi bawa apa? Hai baby Hiroku ...." Berusaha tersenyum di hadapan orang-orang yang Reyna sayang memang salah satu pilihannya saat ini. Meskipun jauh di dalam sana, hatinya meraung bagai diiris dengan sembilu.

"Tumben Bibi kemari, ada apa, Bi?" Hinata menarik lengan Reyna dan mengajaknya ke ruangannya. Reyna jelas bingung karena perlakuan bibinya. "Kenapa, Bi?" tanya Reyna lagi.

Hinata memegang pundak Reyna dan menatap Reyna dengan senyuman tipis pelengkapnya. "Jika kamu berat dengan masalah ini dan masih terpikir Ji Min-ssi, kamu pulang saja. Biar Bibi yang urus sendiri toko kue. Bukan Bibi mengusir kamu, tapi melihat keponakan Bibi seperti ini Bibi jadi sedih," ucap Hinata yang membuat air mata berhasil lolos dari pelupuk mata indah si cantik—Reyna.

Reyna tersenyum miris dan berusaha menenangkan dirinya. "Tidak apa Bi, aku bisa mengatasi semuanya. Aku masih ingin membantu Bibi, dan masih ingin berlibur di sini. Soal Ji Min ... haha Bibi tidak perlu khawatir aku sudah melupakannya," ucap Reyna pelan diakhir. Melupakan masalah Ji Min untuk beberapa menit dan mengingatnya lagi dalam menit kemudian. Sungguh itu semua menyakitkan bagi Reyna sejujurnya.

Reyna menangis dipelukan Hinata, begitu pun Hinata ia ikut menangis dengan memeluk Reyna erat. Baru kali ini ia melihat Reyna serapuh itu, Reyna bukan tipikal orang yang menunjukkan kesedihannya meski ia terbilang cengeng. Ia akan menyembunyikan masalahnya dengan senyuman di depan orang lain dan menangis di belakang semuanya.

"Benar kamu tidak ingin pulang?"

"Benar, Bibi."

Reyna kembali tersenyum dan sedikit tertawa. Ah Reyna, lupakan semua masalah itu, kau berhak bahagia namun bukan dengan Ji Min, batin Hinata.

***

Seorang laki-laki Korea Selatan sedang duduk bersandar dan memejamkan matanya. Raganya diam di sana, tetapi pikirannya jauh menerawang entah ke mana.

Park Ji Min—salah satu anggota dari boy group BTS. Karena kesibukan manggungnya akhir-akhir ini membuat ia sulit untuk menghubungi seseorang yang telah ia sakiti perasaannya. Ji Min seharusnya segera menghubunginya namun karena kesibukan itu ia tidak bisa menghubunginya. Mungkin dia akan semakin kecewa kepada Ji Min.

Tae Hyung menghampiri Ji Min dan menepuk pundak laki-laki itu. "Kenapa melamun? Kau akhir-akhir ini terlihat murung." Tae Hyung itu sahabat Ji Min, sudah pasti ia tahu jika sahabatnya seperti itu pasti ia sedang ada masalah. Tidak ada jawaban dari Ji Min, yang ada hanya helaan napasnya yang dalam seperti berat karena suatu hal.

Pun lima anggota lainnya menghampiri Ji Min dan Tae Hyung. Melihat Ji Min seperti itu, mereka sangat khawatir. "Kenapa dia?" tanya Nam Joon sang leader grup tersebut.

"Jangan galau Ji Min-ah, kau seperti anjing murung." Itu ucapan si happy virus dari grup. Jung Ho Seok alias J-Hope, sang mood booster-nya BTS.

"Tidak ada, aku hanya lelah. Sebaiknya Hyung diam saja."

Benar apa yang mereka khawatirkan, dari nada bicaranya saja sudah diketahui bahwa Ji Min sedang mendapatkan masalah yang bisa terbilang rumit. Tetapi yang jadi pertanyaan, apa masalah yang dihadapi Ji Min? Soal kencan kemarin bersama seorang gadis, itu tidak dipermasalahkan dengan serius. Bahkan pihak agensi pun tidak ikut campur karena yang mereka yakin jika itu hanya teman Ji Min atau mungkin keluarga Ji Min.

"Tidak apa kau galau, tapi jangan berlarut-larut. Ingat, kita banyak project sekarang." Ingat Seok Jin sebagai kakak tertua. Ji Min mengangguk dan kembali memejamkan matanya, berusaha menormalkan pikirannya untuk fokus dengan pekerjaan. Jika ada waktu, ia akan segera menghubungi bahkan menemuinya, seorang gadis yang dipertemukan dengannya dengan tidak sengaja dan telah berhasil memikat hatinya.

Setelah acara menangis di toko kue tadi, Hinata mengajak Reyna untuk berjalan-jalan bermaksud untuk menghibur Reyna. Reyna tentu saja senang, ia pun akan berusaha melupakan masalah itu terutama tentang Ji Min. Shi Young yang ikut dengan mereka pun bahagia luar biasa, terbukti dari dirinya yang terus mengoceh bak anak kecil yang dibawa bermain.

"Bibi Hinata, aku ingin membeli itu. Sepertinya terlihat enak." Hinata mengangguk dan segera menghampiri penjual yang Reyna maksud. "Bukankah ini makanan Jepang? Ah aku ingin mencobanya."

"Tentu saja, aku bahkan sudah lupa rasanya karena jarang membeli jajanan ini di Indonesia."

Reyna ingat saat ia di Jepang, ia suka membeli jajanan bersama Hinata. Mengingat itu membuat Reyna rindu kebersamaan bersama keluarga besarnya di Jepang, karena selalu banyak canda tawa yang menghiasi dan kehangatan disetiap kumpul keluarganya.

Aih aku rindu kakek dan nenek.

Melihat Reyna tertawa bahagia bersama Shi Young, Hinata menjadi sedikit lebih lega. Reyna keponakannya yang dulu telah kembali. Setidaknya Hinata telah menepati janji kepada kakaknya—Daichi Nakamoto—untuk menjaga Reyna dan jangan membuat Reyna bersedih. Ayah Reyna itu sangat menyayangi keluarganya, apalagi kepada kedua anaknya, Reyna dan Reynand. Dari dulu memang seperti itu sifatnya, over protektif namun penyayang yang sangat tulus.

"Bibi ingat, saat kecil kamu selalu meminta Bibi mengantar kamu untuk membeli ini."

"Watashi mo oboete iru."

Shi Young yang tidak mengerti apa yang mereka ucapkan hanya berpura-pura mengajak Hiroku bermain dan memberikan sindiran untuk Reyna dan bibinya. "Baby Hiroku biarkan kita tidak diacuhkan, aku rasa aku bisa mengobrol denganmu." Reyna dan Hinata tertawa setelahnya.

Hari ini, hari Reyna diakhiri dengan tawa bahagia. Bukan tawa yang menyembunyikan kesakitan lagi seperti sebelumnya. Karena mulai hari ini, Reyna berjanji akan melupakan semuanya terutama tentang laki-laki yang telah membuatnya jatuh cinta kembali—Park Ji Min.

.
.
.
.
.
.

To Be Continued

Salam,
Manusia

Impossible ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang