Revolusi Perempuan: Era Neolitik[1]

208 4 0
                                    

Patriarki tidak selalu eksis. Ada bukti kuat bahwa pada milenium sebelum munculnya peradaban negara, posisi perempuan dalam masyarakat sangat berbeda. Memang, masyarakat itu matrisentris - dibangun oleh para perempuan.

Sistem matrisentris eksis dalam sistem Zagros-Taurus, sistem Mesolitik dan kemudian masyarakat Neolitik mulai berkembang pada akhir periode glasial keempat, sekitar dua puluh ribu tahun yang lalu. Masyarakat yang luar biasa ini, dengan peralatannya yang berkembang dengan baik dan sistem permukiman canggih, jauh lebih maju daripada masyarakat klan sebelumnya. Periode ini merupakan era yang menakjubkan dalam sejarah alam sosial kita. Banyak perkembangan yang masih bersama kita telusuri kembali ke tahap historis ini: revolusi pertanian, pembentukan desa, akar perdagangan, dan keluarga berbasis ibu serta suku dan organisasi tribal.

Banyak metode, perabotan dan peralatan yang masih kita gunakan saat ini didasarkan pada ciptaan dan penemuan yang kemungkinan besar dibuat oleh para perempuan di era ini, seperti berbagai aplikasi yang berguna yang berasal dari berbagai tanaman, pemeliharaan hewan dan budidaya tanaman, pembangunan tempat tinggal, prinsip-prinsip nutrisi anak, cangkul dan gerinda tangan (handgrinder), bahkan mungkin gerobak sapi.

Bagi saya, kultus ibu-dewi di era ini melambangkan rasa hormat untuk peran perempuan dalam kemajuan yang besar ini. Saya tidak melihatnya sebagai pemujaan kesuburan yang abstrak. Pada saat yang sama, hierarki yang didasarkan pada perempuan adalah akar historis konsep ibu, yang dengannya semua masyarakat masih menghormati dan mengakui ibu sebagai otoritas. Otoritas ini dibutuhkan perempuan karena ibu adalah unsur kehidupan utama yang melahirkan dan menopang kehidupan melalui pengasuhan, bahkan dalam kondisi yang paling sulit sekalipun. Memang, setiap budaya dan hirarki berdasarkan pengakuan ini tidak bisa menolong banyak perempuan tetapi hanya sekedar menghormati mereka. Alasan sebenarnya atas eksistensi yang panjang dari konsep-ibu adalah kenyataan bahwa sang ibu secara konkrit membentuk dasar dari makhluk sosial: manusia; dan bukan karena kemampuan abstrak perempuan untuk melahirkan.

Selama periode Neolitik, suatu tatanan sosial komunal lengkap, yang disebut "sosialisme primitif", diciptakan perempuan. Pada tatanan sosial ini tidak ada praktik penegakan aturan negara; namun tatanan sosial ini sudah ada selama ribuan tahun. Ini adalah tatanan yang awet yang membentuk kesadaran sosial kolektif manusia; dan adalah kerinduan kita yang tak ada habisnya untuk mendapatkan kembali dan mengabadikan tatanan sosial ini dengan kesetaraan dan kebebasan yang mengarah pada konstruksi surga kita.

Sosialisme primitif, yang dicirikan oleh kesetaraan dan kebebasan, dapat dijalankan karena moralitas sosial dari tatanan matriarkal tidak memungkinkan adanya kepemilikan, yang merupakan faktor utama dibalik pelebaran kelas sosial. Pembagian kerja antara kedua jenis kelamin, dan persoalan lain yang terkait dengan pembagian ini, belum didasarkan pada kepemilikan dan hubungan kekuasaan. Hubungan privat di dalam kelompok belum berkembang. Makanan yang telah dikumpulkan atau diburu adalah milik semua orang. Anak-anak adalah milik klan. Tidak ada laki-laki atau perempuan sebagai milik pribadi dari satu orang. Di dalam semua hal ini, masyarakat, yang masih kecil dan tidak memiliki kapasitas produksi yang besar, memiliki budaya ideologis dan material yang solid. Prinsip-prinsip dasar yang menopang masyarakat adalah berbagi dan solidaritas - lalu kepemilikan dan kekuasaan, sebagai bahaya yang mengancam kehidupan, akan membahayakan budaya ini.

Berbeda dengan masyarakat arus utama, hubungan masyarakat Neolitik dengan alam dipertahankan, baik dalam hal budaya ideologis dan material, melalui kepatuhan terhadap prinsip-prinsip ekologi. Alam dianggap hidup dan berjiwa, tidak berbeda dari diri mereka sendiri. Kesadaran terhadap alam ini menumbuhkan mentalitas yang mengakui banyak kesucian dan keilahian di alam. Kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang esensi kehidupan kolektif jika kita mengakui bahwa esensi itu didasarkan pada metafisika kesucian dan keilahian, yang berasal dari penghormatan terhadap ibu-perempuan. Yang perlu kita pahami adalah ini: Mengapa dan bagaimana mungkin menggantikan sistem matriarkal zaman Neolitik?

Sejak adanya kelompok sosial yang paling awal, ada ketegangan antara kegiatan pengumpulan makanan oleh perempuan dan kegiatan berburu oleh laki-laki, dan hasilnya bahwa dua evolusi budaya yang berbeda berkembang dalam masyarakat.

Dalam masyarakat matriarkal, meskipun terbatas, surplus produk terakumulasi. (Ini adalah awal dari ekonomi - bukan sebagai konsep tetapi dalam hal esensinya - dan di sinilah kita akan menemukan akar dari berbagai jenis ekonomi, seperti kapitalis dan ekonomi hadiah (gift economies).) Perempuanlah, para pengasuh, yang mengendalikan surplus ini. Tetapi laki-laki (yang kemungkinan besar berhasil mengembangkan teknik perburuan yang lebih berhasil) memperbaiki posisinya, mencapai status yang lebih tinggi dan mengumpulkan pendukungnya di sekelilingnya. "Para tetua yang bijak" dan dukun, yang sebelumnya bukan bagian dari kelompok laki-laki yang kuat, kini melekatkan diri kepada kelompok tersebut dan membantu membangun ideologi dominasi laki-laki. Mereka bermaksud mengembangkan gerakan yang sangat sistematis terhadap otoritas perempuan.

Dalam masyarakat matriarkal pada zaman Neolitik, tidak ada hierarki yang diinstitusikan; sekarang hierarki tersebut diperkenalkan secara perlahan. Aliansi antara dukun dan tetua, orang yang berpengalaman merupakan perkembangan penting dalam hal ini. Ideologi mempertahankan aliansi laki-laki yang didirikan di atas para pemuda (laki-laki kuat) yang mereka tarik ke lingkaran mereka dan memperkuat posisi mereka di masyarakat. Hal yang penting adalah sifat tenaga yang dikuasai laki-laki. Baik berburu dan melindungi klan dari bahaya eksternal bergantung pada pembunuhan dan melukai dan dengan demikian memiliki karakteristik militer. Ini adalah awal dari budaya perang. Dalam situasi hidup dan mati, seseorang harus mematuhi otoritas dan hierarki.

Communality adalah fondasi di mana hierarki dan kekuasaan negara dibangun. Awalnya, istilah hierarki merujuk pada pemerintahan oleh para imam, otoritas dari para tetua yang bijak. Awalnya, otoritas ini memiliki fungsi positif. Bahkan, kita mungkin dapat melihat hierarki yang menguntungkan dalam masyarakat sebagai prototipe demokrasi. Ibu-perempuan dan para tetua yang bijak memastikan keamanan komunal dan pemerintahan di masyarakat; mereka adalah elemen dasar yang penting dan berguna dalam masyarakat yang tidak didasarkan pada akumulasi dan kepemilikan. Masyarakat secara sukarela memberi mereka penghormatan. Tetapi ketika ketergantungan sukarela diubah menjadi otoritas, kebermanfaatan menjadi kepentingan pribadi, hal itu selalu memberi jalan kepada instrumen kekuasaan yang tidak perlu. Instrumen kekuasaan menyamarkan diri di balik keamanan umum dan produksi kolektif. Ini merupakan inti dari semua sistem eksploitatif dan opresif. Ini adalah makhluk paling jahat yang pernah diciptakan; penciptaan yang membawa keempat bentuk perbudakan, semua bentuk mitologi dan agama, semua penghancuran sistematis dan perampasan. Tidak diragukan, ada alasan eksternal terjadinya disintegrasi masyarakat Neolitik, tetapi faktor utamanya adalah masyarakat suci para imam. Legenda peradaban awal di Lower Mesopotamia dan sepanjang Sungai Nil membenarkan hal ini. Budaya masyarakat Neolitik yang canggih yang dikombinasikan dengan teknik-teknik baru irigasi buatan menyediakan produk surplus yang dibutuhkan untuk pembentukan masyarakat semacam itu. Hal itu sebagian besar melalui posisi dan kekuasaan laki-laki yang baru dicapai bahwa masyarakat urban yang terbentuk di sekitar produk surplus diorganisasikan dalam bentuk negara.

Urbanisasi berarti komodifikasi, yang menghasilkan perdagangan. Perdagangan meresap ke dalam pembuluh darah masyarakat Neolitik dalam bentuk koloni. Komodifikasi, nilai tukar dan kepemilikan privat tumbuh secara eksponensial, sehingga mempercepat disintegrasi masyarakat Neolitik.

1. Neolitikum atau Zaman Batu Muda adalah fase atau tingkat pada zaman yang mempunyai ciri-ciri berupa unsur kebudayaan, seperti peralatan dari yang diasah, menetap, peternakan dan pembuatan tembikar.

Liberating Life: Woman Revolution (edisi Bahasa Indonesia) oleh Abdullah OcalanWhere stories live. Discover now