Aku, Murid Teladan!

9 0 0
                                    

Setiap sore aku selalu memandang wajahmu.
Tanpa bosan, aku menggodamu lewat bayangan.
Ada kalanya mereka bosan dengan tatapanmu,
Tapi aku tidak.

Justru aku semakin dekat, jauh ke
dalam.
Jauh kedasar relung hatimu.
Aku terbawa dengan sayuan nanar mata indahmu.
Mempesona dibalik hiasan sendu senja.
Kau tidak pernah layu dalam bertatap.
Tegas, cantik namun angkuh.
Tapi, lagi lagi aku suka itu.

Berusaha untuk bersembunyi?
Itulah keahlianku.
Hari demi hari, aku hanya berani memperhatikan dibalik dedaunan yang selalu diam.
Iya, dia hanya bisa hening. Tidak mau ikut campur.
Lebih baik aku juga diam. Namun mataku yang berkata,

Aku menyukaimu..

***

Sore ini terasa panas sekali.
Maunya sih pakai udara pendingin. Tapi bagaimana mungkin di taman seluas ini pakai udara pendingin.

Harusnya aku punya asisten untuk menulis setiap tulisan agar waktuku bisa lebih hemat. Setiap hari aku mengerjakan dua hal sekaligus. Mengedit video, iya. Menulis setiap konten, iya.

Kapan kantor bisa lebih bijaksana?
Setidaknya memperkerjakan satu orang, tidak rugi kan?

Di kantorku memang setiap karyawan diwajibkan memegang dua pekerjaan alias mobile. Tapi, karena aku masih sambil kuliah sepertinya aku merasa sedikit agak keteteran. Belum lagi tugas kuliah yang menghantuiku jika belum selesai. Kapan kepalaku akan pecah? Kita tunggu saja!

Besok adalah hari terakhir mengumpulkan setiap tugas kampus. Biasanya ini tugas Akmal dan Farazh. Tapi dari kemarin mereka belum laporan tentang tugas yang mereka kerjakan. Entahlah.

Sekejap aku ambil ponselku disaku celana sebelah kanan. Daripada nilaiku jelek lebih baik aku tanyakan saja. Iya, aku akan telepon Akmal terlebih dahulu.

Tuuut... tuuuut... tuuuttt...
Maaf, nomor yang Anda tuju sedang sibuk. Cobalah beberapa saat lagi. Atau tinggalkan pesan...

"Apa apaan? Kemana dia? Panggilannya sibuk!"

Tanpa pikir panjang, aku langsung mematikan panggilanku. Akmal sedang sibuk, katanya...

"Coba Farazh. Kalau dia sibuk juga.. rasakan akibatnya.."

Langsung saja aku sambungkan panggilanku pada Farazh,

Tuuut... tuuuut... tuuuuut... "Halo, Raka. Ada apa?"

Pas. Akhirnya diangkat juga.

Theodore Farhamna Farazh, laki-laki Indo-Bule-Arab yang suka dipanggil bule depok ini adalah rekan satu profesi denganku. Hidupnya hanya sekitar kosan dan kantornya. Kali ini dia jomblo, karena dua bulan yang lalu dia putus dengan pacarnya. Alasannya? Nanti akan kuberitahu..

"Dimana lo?"

"Dikosan.. Ada apa?"

"Tugas pak Anggoro, gimana? Udah?"

"Kan si Akmal yang ngerjain.. coba lo telepon Akmal.."

"Gak diangkat. Sibuk katanya tadi pas gue telepon.."

"Gue gak tau deh soal itu. Tugas semua di Akmal, Ka."

"Lo gak kuliah?"

"Semalem gue lembur. Ngantuk banget.."

"Bagus banget lo pada. Gak ada yang masuk satu pun. Gue jawab apa nih?"

"Bilang aja mundur minggu depan.."

"Enak ngomong mah.. yowislah.."

"Udah jangan panik. Paling nanti Akmal masuk.. hahahaha"

"Mudah-mudahan.. yaudah ya.."

"Iya, Ka. Gue mau lanjut tidur lagi. Baaaayy.."

Tuut tuuutt tuttt

***

Bisa bisa kepalaku pecah beneran ini!

Aku mulai pusing karena ulah teman-temanku yang semakin membuat kepalaku njelimet.
Kepalaku semakin berat. Sepertinya gara-gara lembur semalaman suntuk. Aku lupa kalau hari ini ada kuliah pagi. Jadi dengan enaknya aku begadang hingga pukul 04.00 pagi.

Luar biasa!

Kepalaku yang sedikit agak berat dan kusandarkan ketepian bangku besi yang diatasnya kuletakkan tas hijau ranselku, kini sedikit ringan. Kakiku yang kubiarkan memanjang sambil kutaruh laptopku diatas pahaku, mulai terasa kesemutan. Akhirnya kutekuk saja hingga berbentuk silang. Laptopku, tetap diatas pangkuanku.

Kutarik napasku dalam-dalam. Lalu kuhembuskan perlahan. Mataku yang semula terpejam menahan beban tugasku, kubuka seketika.

Kali ini ada dia dihadapanku, walaupun tidak terlalu dekat jaraknya. Iya, dia si perempuan angkuh itu.

Dia bersama dengan tiga orang sahabatnya. Kali ini ia memakai kemeja berwarna merah muda lengkap dengan celana jins yang ketat hingga membentuk kaki jenjangnya yang indah. Bagian bawahnya dilipat agak dua gulung keatas, hingga semata kaki.
Sepanjang kesehariannya, sepatu kets hitam putih bertali itu selalu menemani langkahnya yang lincah. Rambutnya yang memperlihatkan leher bersihnya itu, sekarang berwarna agak kecoklatan kemerahan. Sepertinya, dia habis mengecat rambutnya. Tapi, tetap cantik kok.
Dia melangkah dengan geraknya yang gemulai. Ransel imutnya selalu bergoyang setiap kali ia melangkah. Aku selalu memperhatikannya, tidak peduli dengan siapa dia berjalan dan apa yang mereka obrolkan.

Aku terbiuskan dengan dirinya..

Prakkkkk...

"Woyyy.. Apa sih lo pikirin, Ka? Astagaaaa! Ngelamun lagi lo yaaaah?"

R(Asa)Where stories live. Discover now