Payung Bunga Merah Jambu

7 0 0
                                    

Aku tidak pernah merasa selega ini.
Perasaanku yang awalnya seperti ada yang menyumbat didalam hati, kini ringan seperti kapas.

Entah apa yang menderaku saat ini.
Bahagia sekali, rasanya.

Hujannya masih deras sekali ya?

Rintik deras tepat didepanku, sudah mulai membasahi sebagian tubuh sebelah kiriku.
Aku berdiri di halte, tepat dibelakang kampus.

Hujannya sangat tidak mendukung!

Hampir setengah jam, detak jarum dilenganku bergerak. Namun, tidak ada satupun orang yang kukenal berlalu lalang. Mereka hanya sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Padahal, aku mau numpang payung ke kampus saja.

"Hujannya kapan berhenti ya? Sebentar lagi ada ujian kuis lagi.. Mana hape baterainya habis. Nasib.. nasib.."

Ponsel didalam sakuku sudah mulai tidak bernyawa. Aku lupa mengecasnya, tadi. Sial benar memang.

"Please.. berhenti agak sepuluh menit aja. Mau ada kuis nih.. aduhhh!"

Mengeluh saja yang aku bisa.

Tampak dari kejauhan wanita cantik berambut sebahu berjalan kearah halte. Celananya ia gulung hingga ke betis sampai menampakkan betisnya yang putih. Sepatunya ia tenteng. Dia menggunakan sendal jepit sambil berjinjit menghindari genangan yang mulai membasahi celana ketatnya.

Sedikit demi sedikit ia mulai mendekati halte. Payungnya manis juga. Berwarna merah muda bintik-bintik bunga sakura. Hujan itu membuatnya kewalahan. Sebelah kanan menggenggam kuat-kuat payung, sebelah kiri menenteng sepatu ketsnya yang sedikit terkena cipratan air.

Ia mulai berlari-lari kecil, menuju halte.

Tak lama berselang, ia sampai ke tempat kuberdiri. Ia tidak tau jika aku ada disebelahnya. Mungkin terhalang air hujan. Dia mengusap rambutnya yang lepek kebasahan. Baju tebalnya yang berwarna putih sudah membuatnya lembab. Ingin rasanya kuberikan jaket ini kepadanya. Tapi, aku juga kedinginan.

Tanpa pikir lama, aku langsung membuka jaket jeansku. Kusergap ia sambil memasangkan jaket ketubuhnya dari belakang dan ia terkejut. Ia memalingkan wajahnya ke belakang. Dimana aku belum selesai menyingkapkan jaket ke badannya.

"Eh.. eh.. ada apa ini?"

Wajahnya hanya berjarak dua jari dengan wajahku. Dia terkejut sambil memegang jaketku dan berbalik badan,

"Ah.. kamu? Ngapain kamu disini? Kehujanan juga?"

"Iya." Jawabku singkat.

"Terus kenapa jaketnya dikasihin ke aku?"

"Biar gak kedinginan," jawabku sambil melihat kearah lain. Aku tidak mau menatapnya, "Bajunya basah tuh.."

"Basah sedikit sih.. nanti juga kering"

"Udah pake aja!"

Kami berdua terdiam di halte yang hanya ada lima orang, saat itu.

Sudah lima belas menit berlalu, kami berdua tetap tidak ada obrolan. Hanya memandangi langit yang warna abu-abu pekat sangat. Rintikkannya juga semakin membesar. Ramai dan bising.

"Sampai kapan nih kita disini? Sebentar lagi ada kuis di kelas. Gimana ya?"

Dia mulai sedikit menggerutu. Tangannya mulai gemetaran. Pertanda ia kedinginan. Lalu, ia mulai menyilangkan kedua tangannya ke dadanya agar terasa hangat. Sedangkan aku, masih belum kedinginan hahaha

"Nanti juga berhenti, sabar aja."

Padahal aku juga was-was karena sepuluh menit lagi kuis dikelas akan dimulai. Aku coba berusaha tenang agar tidak panik.

"Kita terobos aja yuk? Kan aku bawa payung.."

Dia mengajak untuk sepayung berdua. Hujan masih belum reda. Yang benar saja?

"Hujannya masih gede. Sabar sebentar lagi.." kataku yang agak mengeras karena suasana yang bising karena derasnya air hujan.

"Kelamaan. Keburu dosennya masuk kelas ini.. buruan ayok!"

Dia agak memaksaku untuk tetap menerobos air hujan. Kupikir-pikir, kapan lagi bisa sepayung berdua dengannya. Langsung saja kuiyakan kemauannya.

"Payungnya kecil, muat berdua emangnya?" Kataku sambil agak berteriak,

"Gapapalah.. daripada telat."

Baiklah. Aku tau bagaimana caranya agar payung itu bisa melindungi kami dari air hujan.

"Yaudah.. ayok! Buka cepet payungnya.."

"Sebentar.. tolong pegangin dong" sambil menyerahkan tas slempangnya yang ia jinjing sedari tadi. Sepertinya buku-bukunya basah ini?

Lalu ia membuka payung merah mudanya. Air hujan mulai membasahi payung dan dia mengajakku untuk mulai berjalan.

"Yuk.. buruan.."

Aku mulai meraih tangannya yang menggenggam besi payung merah muda itu. Tangan sebelah kiriku mulai merangkul badannya agar kami tidak terkena air. Tampak aku yang mulai mendekapnya. Aku kedinginan.

"Agak sinian, Ka. Nanti kamu basah!"

"Iya."

Benar saja, aku memeluknya dari belakang. Kami berjalan sambil mencipratkan air satu sama lain. Aku tidak tau sudah seberapa basah badanku. Yang aku tau, aku memeluknya.

Aku melihat dia memindahkan genggaman tangannya ke tangan sebelah kiri. Tanpa sadar, dia mengalungkan tangan kanannya ke pinggangku. Seakan-akan, kami berdua saling memeluk.

Tidak lama, ia melepaskan genggaman ke payung merah muda tadi. Sekarang, aku yang menggenggamnya. Ia memelukku sambil berlari kecil kearah kampus. Dia tersenyum. Seperti dia tau, aku sedang kedinginan.

"Dingin ya, Ka?"

"Sedikit." Jawabku. Padahal aku bisa saja salah tingkah dihadapannya. Tapi, aku berusaha untuk tidak.

Sepanjang perjalanan kecil, dia menggenggam pinggangku. Sedikit lebih hangat. Lumayanlah.

Akhirnya kami sampai di gerbang kampus. Aku mengatupkan payungnya dan menyandarkannya ke bangku dekat situ. Aku mulai menyapu kepalaku karena basah. Aku lihat dia membuka jaketku yang ia kenakan,

"Nih.. jaket kamu. Makasih ya. Aku mau ke kelas dulu."

"Oh.. pake aja dulu gapapa kok, dikelas pasti dingin."

"Engga ah.. aku pake ini aja. Kamu pake kaos doang, kan pasti lebih dingin. Udah gak usah pikirin aku hehe"

Aku megambil jaket tadi dan mengalungkannya ke leher. Aku belum bisa menggunakannya karena tanganku basah semua. Paling aku pakai nanti di kelas.

"Payungnya biarin aja disitu. Nanti aku ambil."

"Iya."

Dia mengangkat jemarinya yang ia selipkan diatara rambutnya. Terlihat rambutnya basah dan tidak tertata rapi.

"Aku duluan ya.. daaaa"

"Hati-hati licin.." teriakku yang memandanginya sambil berlari.

Ia belok kearah kiri karena itu arah kelasnya. Aku mengambil payungnya lalu aku buka payung merah mudanya tadi dan kuletakkan di depan bangku sebelumnya. Biar cepat kering, maksudnya.

Aku berjalan menuju kelas, kurasa kuis sudah dimulai. Suasana mulai reda. Tapi, hawanya yang membuay mesra semakin membuat pikiranku kehilangan arah. Perlahan aku berlari menghindari rintikkan kecil sambil melirik ke arah payung merah muda berbunga sakura.

Cantik!

R(Asa)Where stories live. Discover now