fourth note

67.2K 11.5K 4.5K
                                    

I want to return to the days of innocence

when my backpack was heavier than my responsibilities

Though we've got lots to lose in this world,

I thank the good old days for giving me

something to lose

—Epik High—

*

Eden kira, masalahnya akan selesai begitu dia berhasil menggenapkan jumlah orang yang dia butuhkan untuk dapat terhindar dari kesialan besar—yang kata Emir bakal dia alami jika dia tidak bepergian dalam kelompok kecil yang terdiri minimal dari tig...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Eden kira, masalahnya akan selesai begitu dia berhasil menggenapkan jumlah orang yang dia butuhkan untuk dapat terhindar dari kesialan besar—yang kata Emir bakal dia alami jika dia tidak bepergian dalam kelompok kecil yang terdiri minimal dari tiga orang—tapi ternyata dia salah. Sempat lega sejenak karena Setra bersedia ikut dan tidak menganggapnya cewek sinting kurang masuk akal, Eden harus kembali memutar otak saat dia menyadari suasana canggung yang kini sangat terasa. Mereka bertiga meninggalkan arena Timezone untuk berpindah ke bioskop yang terletak di lantai tiga mal, tetapi bukannya mengobrol atau sekedar basa-basi layaknya orang-orang yang lagi hangout bareng, ketiganya malah saling diam. Seharusnya wajar, sebab mereka baru bertemu, namun Eden merasa aneh, sebab mulut Rasi yang biasanya tidak bisa berhenti meracau seperti radio rusak tiba-tiba saja jadi setenang kuburan.

"Gimana kalau kita kenalan dulu?" Eden berusaha mencairkan situasi ketika mereka berada di eskalator yang bergerak naik menuju lantai atas.

"Gue udah tahu nama lo, Girly." Rasi menukas cepat. Suaranya terdengar halus, bikin bulu kuduk Eden langsung berdiri.

"Nggak usah sok punya tatakrama gitu, nggak cocok sama lo!" Eden mendelik, lalu beralih pada Setra dan ekspresi wajahnya berubah seratus delapan puluh derajat. "Halo, Kak Gan—ung... aku belum tahu nama kakak. Namaku Eden. Maaf banget kalau aku terkesan... aneh... tapi... tapi... ramalan zodiak itu memang serius banget buat aku. Kata ramalannya, aku bakal sial kalau sepanjang siang sampai sore ini nggak jalan dalam kelompok tiga orang. Sayangnya, aku baru tahu itu waktu aku udah sampe mal dan temen-temenku yang lain pada sibuk. Jadi—"

"Kamu nggak perlu menjelaskan apa pun."

"Eh?"

"Jujur, alasan kamu terdengar aneh, apalagi buat saya yang nggak percaya takhayul dan pseudoscience kayak zodiak. Tapi saya menghargai itu." Setra tersenyum dengan sorot mata lembut yang membuat Eden hampir lupa jika kakinya masih menapak Bumi. "Nama saya Setra."

"Kak Setra?"

Setra mengangguk. "Iya."

"Nama yang bagus." Eden dibuat tersipu oleh cara Setra memandang padanya, sementara Rasi langsung buang muka, berlagak sibuk mengagumi bayangan wajahnya sendiri yang terpantul pada kaca-kaca yang memenuhi pilar raksasa bangunan mal. "Eh, lo kenalan juga, dong!"

GuardiationshipWhere stories live. Discover now