outro

70.9K 10.1K 6.9K
                                    

To have been loved so deeply, even though the person who loved us is gone,

will give us some protection forever.

—JK Rowling—

*

Beberapa bulan sebelumnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Beberapa bulan sebelumnya.

It's better to burn out than to fade away.

Usai hari-hari melelahkan yang dihabiskan di rumah sakit, Emir mulai mengerti makna dari kata-kata itu. Dia rasa kata-kata itu benar. Baginya, yang telah kelewat akrab dengan bau antiseptik rumah sakit, tembok pucat dan dokter-suster berwajah serius dengan pakaian putih lalu-lalang di koridor, melewati hari demi hari tanpa jaminan dia bisa bangun keesokan pagi adalah siksaan. Kalaupun dia harus mati, sepertinya lebih baik mata dalam satu waktu singkat. Cara yang paling bagus mungkin pergi dalam tidur. Begitu tenang, begitu lepas, tanpa keluh-kesah. Hanya pergi, meninggalkan orang-orang yang disayanginya, yang mungkin bakal menangis di sisi kasurnya begitu sadar denyut telah lenyap dari nadinya.

Semalam, sebelum tidur, Emir sempat berdoa pada mereka yang tinggal di Langit untuk menjemputnya dalam tidur. Pagi ini, dia bingung harus bersyukur atau kecewa karena dia masih bisa terbangun. Jendela kamar perawatannya masih tertutup rapat, terlapisi oleh gorden berwarna putih tulang. Ada sticky notes warna merah dan hijau tertempel di meja samping tempat tidurnya, berisi tulisan tangan kakak perempuannya. Ah ya, Shrea memang nyaris menghabiskan setiap malamnya di rumah sakit, menjaga adiknya, sementara kedua orang tua mereka sibuk mengurusi bisnis dan kakak laki-laki mereka tengah tinggal di luar negeri.

Aku ada perlu di studio sebentar. Nanti kalau udah selesai aku ke sini lagi. Don't do anything stupid, little brother. —Sre

Emir tersenyum muram, mencabut sticky notes itu dan mengamatinya sejenak. Merah dan hijau, kakaknya pasti sengaja memilih warna itu, karena warnanya mirip dengan warna buah semangka. Sudah jadi rahasia umum bahwa sejak dulu, tidak ada buah yang Emir cintai sebesar dia mencintai semangka.

Cowok itu mengalihkan pandang pada jam di dinding, melihat sekarang baru pukul lima pagi. Perlahan, dia menyingkap selimut yang melapisi tubuhnya sampai leher, lalu menurunkan kaki. Lantai terasa dingin begitu menyentuh kulitnya, membuat Emir nyaris terlonjak. Dengan hati-hati, dia melangkah menuju jendela sembari mendorong stand infus berodanya, kemudian menyingkap gorden dan membuka jendela.

Angin pagi yang membawa aroma berembus, menyapa wajah Emir lembut. Cowok itu memejamkan mata, menarik napas dalam-dalam dan dalam gelap, wajah-wajah mereka yang dirindukannya tiba-tiba saja muncul bergantian, serupa tayangan slideshow dalam sebuah presentasi. Pertama, wajah kedua orang tuanya. Disusul wajah kakak laki-laki yang tidak seberapa akrab dengannya. Sebetulnya, Emir hanya punya sedikit memori dengan kakak laki-lakinya itu, namun memori itu sangat berkesan. Kakaknya adalah orang yang pertama kali mengajarinya naik sepeda, juga memperkenalkannya pada semangka. Berikutnya adalah, secara tidak terduga, wajah sahabat lama yang tak diajaknya bicara selama bertahun-tahun.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 07, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

GuardiationshipWhere stories live. Discover now