nineteenth note

54.9K 10.1K 6.1K
                                    

When I black out, that's when I can

at least breathe.

Just cut me out or kill me out.

I don't care about a happy ending.

Don't let me fade out.

—Epik High—

*

Saat senyap tak kunjung lenyap hingga mobil yang mereka kendarai menyusuri jalan menuju rumah Rasi, Eden tahu dia sudah melakukan tindakan yang salah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Saat senyap tak kunjung lenyap hingga mobil yang mereka kendarai menyusuri jalan menuju rumah Rasi, Eden tahu dia sudah melakukan tindakan yang salah. Sejujurnya, dia tidak berniat membuat Rasi dan Sabda terkejut dengan jawabannya, atau lebih buruknya, bikin dua anak itu membenci kakak tertua mereka sendiri. Namun dia terlalu lelah untuk berpikir lebih jauh. Ditambah lagi, dia juga tengah didera patah hati. Eden selalu berpikir bahwa menyayangi seseorang yang tidak balik menyayanginya adalah jenis sayang yang paling menyakitkan. Tapi sekarang tidak lagi, karena Setra telah membuatnya merasakan yang lebih dari itu.

Sayang tersakit adalah ketika dia menyayangi seseorang, dan orang itu balik menyayanginya, namun mereka tidak punya kesempatan bersama karena harus mempertimbangkan perasaan orang lain. Dipikir lagi, sepertinya Eden bakal lebih memilih Setra tidak punya perasaan serupa kepadanya daripada mereka berakhir seperti ini. Kondisinya semacam ilusi, seakan-akan orang yang disayanginya tergapai olehnya, begitu dekat untuknya, akan tetapi mereka tak pernah bisa jadi nyata.

Eden tidak tahu apa Setra punya alasan khusus meminta Pak Wawan mengantar Rasi dan Sabda lebih dulu, atau memang hanya kebetulan karena rumah mereka lebih dekat. Mobil berhenti cukup lama di depan pagar rumah karena barang bawaan Sabda-Rasi cukup banyak. Tadinya, Eden berniat ikut membantu menurunkan barang bawaan mereka dari bagasi ke teras, tapi Setra menyuruhnya tetap diam dalam mobil karena menganggapnya kurang sehat. Eden menurut, walau diam-diam dia merasa ada perubahan sikap yang Rasi dan Sabda tunjukkan pada Setra.

Mereka... jadi mendingin.

"Lo baru saja melakukan kesalahan." Emir berbisik tiba-tiba seraya melayang santai dari bagasi yang baru dibuka dan duduk di samping Eden.

Eden menoleh padanya, memutar bola mata diikuti bisik pelan—yang untungnya tak membuat cewek itu kelihatan seperti orang sinting karena Pak Wawan turut turun dari mobil. "Apaan?"

"Jawaban yang lo kasih ke Rasi dan Sabda. Itu salah."

"Lo bersikap seakan-akan itu ujian." Eden berdecak. "Gue capek dengar perdebatan mereka. Mereka nggak berhenti berantem, tanpa sekalipun bertanya gimana perasaan gue."

"Tadi mereka nanya."

"Iya, dan gue kasih jawaban jujur."

"Kisa—"

GuardiationshipWhere stories live. Discover now