twenty-first note

31K 6.6K 5.7K
                                    

The truth is, unless you let go,

unless you forgive yourself,

unless you forgive the situation,

unless you realize that the situation is over,

you cannot move forward.

—Steve Maraboli—

*

Apa yang berikutnya terjadi tak ubahnya seperti rentetan adegan film yang dipercepat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Apa yang berikutnya terjadi tak ubahnya seperti rentetan adegan film yang dipercepat. Hening menyiksa yang menyesaki ruangan terpecah ketika Sabda beranjak dari duduknya, langsung berlari keluar dari rumah dan menyusuri trotoar sekencangnya sampai napasnya terengah. Samar, dia mendengar suara Eden memanggil namanya dengan sepenuh kepanikan, juga derap langkah Rasi yang mengikutinya. Sabda tidak peduli, terus berlari hingga ulu hatinya didera nyeri. Dia tidak tahu pasti apa yang terjadi pada kakak tertuanya di seberang telepon sebelum percakapan mereka terputus, tapi suara benturan itu membangkitkan kenangan tergelap dalam benaknya. Memori yang jika dia bisa, ingin dia hapus hingga lenyap selamanya.

Sabda tidak pernah punya peliharaan atau pernah ditinggal seseorang untuk selamanya sebelumnya. Kepergian Mama adalah kematian pertama yang harus dia hadapi. Sabda tidak mengerti bagaimana bisa, keadaan berubah dengan drastis dalam waktu yang begitu singkat. Sore itu, sepulang sekolah, dia masih melihat Mama sebelum wanita itu masuk mobil, mengemudikannya keluar dari garasi dan berbelok ke jalan besar. Mama bahkan tersenyum padanya, mengelus rambutnya dan bilang beliau harus pergi untuk sesuatu yang penting, sekaligus berjanji akan kembali di saat makan malam bersama hidangan favorit Sabda. Kala itu, Sabda menyadari ada luka di mata Mama. Entah karena apa, Sabda tidak terpikir dan Mama terlalu buru-buru untuk menjawab sebuah tanya.

Mama memang pulang, namun hadirnya datang dalam bentuk yang tidak Sabda inginkan—dalam peti yang dianjurkan tidak dibuka lagi. Sabda masih terlalu kecil untuk paham makna kematian, dimana seseorang pergi bukan untuk kembali. Satu yang masih segar dalam ingatan adalah hari penuh cita kelam, warna hitam di mana-mana, Setra dan Rasi yang menangis tanpa henti sambil menaburkan bunga di atas gundukan tanah merah basah. Cowok itu mendengar banyak bisik di belakangnya, di tengah sedu-sedan yang seolah-olah tidak akan pernah mereda. Mobil Mama bertabrakan dengan sebuah taksi di perempatan. Separuh bagian depan kendaraannya hancur. Pengemudi taksinya tewas di tempat, terhimpit hingga tidak bisa bernapas. Hanya ada satu orang yang selamat dari kecelakaan itu dan sayangnya, bukan Mama orangnya.

Hari-hari berikutnya terasa sangat berat untuk dilewati. Rumah sepi, tiba-tiba mendingin. Mereka tidak saling bicara, kompak mengunci diri di kamar masing-masing. Ketika itu, Sabda kecil belajar bahwa yang membuat kehilangan terasa sakit bukanlah kehilangan itu sendiri, melainkan dampak yang ditimbulkan dari kehilangan. Lenyapnya seseorang mencipta ruang kosong yang tiba-tiba. Sebagian orang butuh waktu untuk terbiasa dengan ruang kosong itu. Sebagian lainnya gagal, menghabiskan sepanjang hidup mengisi ruang kosong dengan sesuatu yang lain dan berharap rasanya akan sama seperti sebelum ruang kosong itu ada.

GuardiationshipWhere stories live. Discover now