thirteenth note

59K 10.7K 7.9K
                                    

When I look at each of my brothers,

I see two things.

First, I see the next place I want to leave a rosy welt.

Second, I see a good man who will always be there,

no matter how hard life gets for me or him.

—Dan Pearce—

*

Butuh seperempat jam bagi Eden untuk meyakinkan abang ojek online yang mengantar Sabda kalau mereka tidak sedang melakukan syuting reality show dan abang itu bersedia pergi, melanjutkan kegiatan hariannya sebagai tukang ojek online

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Butuh seperempat jam bagi Eden untuk meyakinkan abang ojek online yang mengantar Sabda kalau mereka tidak sedang melakukan syuting reality show dan abang itu bersedia pergi, melanjutkan kegiatan hariannya sebagai tukang ojek online. Suasana awkward langsung terasa, sebab sepeninggal sang abang, keempatnya (ditambah Emir yang tak masuk hitungan karena hanya Eden yang bisa melihatnya) sempat saling diam dan bingung harus bilang apa. Jelas, yang paling malu adalah Sabda. Dia baru sadar, dia telah melakukan sesuatu yang kelewat dramatis sekaligus memalukan. Respon histerisnya terhadap pelukan Eden di pinggangnya mungkin akan terus dia ingat dengan penuh penyesalan sampai dia masuk liang kubur.

"Oke... mending... kita masuk aja. Gimana?"

Rasi mengerjap, menatap bergantian pada Eden dan Sabda. "Tadi itu... apa?"

"Apanya yang apa?"

"You..." Rasi memiringkan wajah, tampak bingung campur ragu. "Heaven, tadi lo peluk-peluk pinggang Sapi. Itu... maksudnya apa?"

"Buat nahan dia pergi lah! Tanggung banget, udah sampe sini terus mau kabur lagi!"

"Kenapa... harus kabur?"

"Gara-gara ada lo!" Eden membalas. "Sekarang mending kita masuk aja, karena sesuai omongan gue tadi, ada kejutan yang mau gue beritahukan ke kalian semua. By the way, Sabby, lo order dulu ramen yang lo janjiin via Go-Food itu sekarang. Jadi bisa cepat nyampe karena kebeneran nih, gue udah laper banget. Belum makan apa-apa dari pagi."

"Bukannya emang lo baru bangun?"

"Loh, kok tahu?!"

"Muka lo kentara banget muka orang belum mandinya." Sabda memutar bola mata seraya mengeluarkan ponsel, dia belum lagi membuka aplikasi ojek onlinenya waktu Eden bicara lagi.

"Pesannya empat porsi ya."

"Empat?"

"Abang-abang lo masa nanti mau ngelihatin doang?"

Sabda mendelik, pipinya lagi-lagi memerah dan dia kelihatan salah tingkah. "O... ke."

Mereka menunggu sampai Sabda selesai memesan ramen, baru masuk ke dalam rumah. Eden membiarkan ketiga cowok itu duduk lesehan di atas karpet yang membentang di ruang tengah. Semula, ketiganya tidak bersuara, hanya diam-diam saling melirik dalam kecanggungan yang nyata. Lalu suasana perlahan mencair tatkala Rasi bergerak untuk menarik kantung plastik penuh snack yang dia beli—oh, ralat, sebetulnya Setra yang membayar untuk itu semua—dan membongkar isinya satu-persatu macam youtuber sedang membuat video unboxing.

GuardiationshipWhere stories live. Discover now