3. The First (1)

479K 6.8K 72
                                    

Hargailah karya orang dengan memberikan VOMENT sebagai suntikan semangat untuk sang author

Terima kasih

💦

Benji mengambil alih tubuh mungil rahel dari gendongan kevin.

"Rahel, apa yang terjadi padamu?" Wajah benji berkerut cemas. Dia membawa tubuh gadis itu ke kamar dan merebahkannya di atas ranjang king size miliknya.

Benji duduk di pinggir ranjang, mengusap ruam-ruam merah yang menghiasi wajah cantik rahel. Dadanya bergemuruh. Amarah dalam dirinya telah berkobar siap membakar siapa saja yang berani melukai rahel sampai seperti ini.

"Benji, bisa bicara sebentar?" Benji menoleh. Kevin berdiri bersandar pada kusen pintu sambil menggerakkan ibu jarinya ke ruang tamu. "tidak di sini."

Pria itu mengangguk lantas mengikuti kevin yang sudah berjalan terlebih dahulu. Membiarkan rahel istirahat dalam kamarnya.

"Ini ulah Sherina, bukan?" Tebak benji tepat sasaran. Dia mehempaskan bokongnya di atas sofa sambil mengusap wajah. Kevin mendengus. Bayangan satu jam lalu berkelebat dalam kepala, membuat kevin mengeram marah.

"Si penyihir itu.."

"Siapa yang kau sebut penyihir?" Potong benji lugu. Menatap kevin lekat sambil mengernyit. "Kita tidak hidup di zaman batu." tambahnya.

"Tidak.. maksud-ku sherina mahesa __dia.."

"__manusia bukan penyihir, kecuali kalau wanita tua itu menganut ilmu hitam." sambung benji kalem. kevin kesal. Dia menedang kaki benji sambil memutar bola mata jengah.

"Bodoh!! Itu hanya perumpamaan."

Bego dan polos itu beda tipis!

Tidak!

Benji tidak polos atau pun bego!

Tidak ada pria polos yang suka menjajah lubang buaya wanita.

Atau, Pria bego yang begoin orang banyak.

Benji tergelak, lantas menepuk bahu kevin tiga kali "santai sedikit teman! Kau terlalu tegang. Hati-hati kena stroke!" Wajah kevin semakin suram.

"Santai, Huh? Tidur dalam kelas seperti-mu selama jam pelajaran berlangsung?" Kevin mendengus. "Maaf, kalau aku melakukan itu, Rajendra's Hospital bisa hancur di masa depan. Dan.. aku yakin sekali, jika kau yang menjadi penerus Dominic group selanjutnya.."

"Aku satu-satunya penerus D group" lagi-lagi benji memotong kalimat kevin sambil menggedik. "Lagi pula, aku tidur di dalam kelas ataupun tidak, seorang Benjamin Dominic tetap mendapat peringkat satu di sekolah"

Kepala kevin berputar cepat menghadap benji. Menyorot pria itu prihatin. "Itu karena sekolah kita milik keluarga mu. Mana mungkin kepala sekolah Saint Dominic School membiarkan anak sang pemilik yayasan berada di peringkat terakhir."

HAHAHAHAHA..

"Lucu sekali." Benji mengangkat kedua kakinya ke atas meja sambil melipat tangan di belakang kepala. Dia mendesah berat lalu memejamkan mata. "Rahel sudah tidak bisa tinggal di rumah itu lagi."

Kevin mengangguk membenarkan. "Karena itu aku mengirim orang untuk mengemas barang-barangnya."

Hening.

"Kita harus memanggil dokter, bisa saja ada cedera di tubuhnya."

Kevin mengangguk lagi. "Aku sudah menelpon salah satu dokter terbaik di Rajendra's Hospital, sebentar lagi dia sampai."

(S)He is My Best FriendWhere stories live. Discover now