11

114K 3.1K 432
                                    

Pengen berhenti 😌

Capek.

Butuh semangat nih 😅

Btw, I miss Beast era so much 🙁

Mungkin, kpopers zaman now banyak yang gak tau mereka. Yang jelas aku udah ngebiasin mereka hampir 10 tahun lamanya.

Ini kesalahan Benji. Tidak terhitung berapa banyaknya. Yang jelas, satu kesalahan selalu berhasil menghancurkan Rahel berkeping-keping.

Luka lama belum sembuh sepenuhnya, Benji sudah menorehkan luka baru pada Rahel.

Lagi, dan lagi.

Harusnya ia belajar dari kesalahan sebelumnya. Harusnya ia lebih memikirkan bagaimana perasaan Rahel.

Sejak dulu, Benji tidak pernah membiarkan siapapun melukai Rahel. Tapi kenyataannya, tanpa sengaja ia sendirilah yang melukai gadis malang itu.

Benji mendesis ketika Rahel mengompres lebam di sudut bibirnya. Pukulan Kevin begitu telak dan menyakitkan. Jika itu berhubungan dengan Rahel, Kevin tidak pernah setengah-setengah memberi pelajaran termasuk pada Benji sekalipun.

"Jangan pergi, kumohon." Benji menahan dan menggenggam tangan Rahel ketika gadis itu hendak memasang plaster di luka lebamnya.

Benji memelas. Setelah mendengar kabar bahwa Rahel akan meninggalkan apartemennya sepulang sekolah, hal itu berhasil membuatnya merasa terbebani.

"Kevin memukul mu lagi." Rahel menunduk. Menarik tangannya dari genggaman Benji lalu meremas plaster yang ia pegang. "Aku.. harus pergi Ben."

"Kau menghindar dari ku? Aku benar-benar minta maaf, Ra."

Rahel mendongak lalu tersenyum lembut. Melanjutkan memasang plaster untuk Benji, Rahel pun berkata pelan. "Tidak. Bagaimana bisa aku menghindar dari mu?"

Rahel membereskan kotak obat di pangkuannya, ia mengabaikan tangan Benji ketika pria itu menyingkirkan helai-helai rambut yang menutupi sebagian wajahnya. Mendesah berat sebelum akhirnya Rahel melanjutkan. "Selama ini, apa aku pernah membenci mu sedetik saja? Tidak pernah, Ben. Berapa banyak kesalahan yang kau ulangi, aku selalu memaafkannya, bukan?"

Melihat Benji kini tengah menunduk dalam di depannya membuat Rahel mendesah sekali lagi. "Aku pergi bukan karena menghindari mu. Aku hanya tidak bisa terlalu lama tinggal di apartemen mu Ben. Jika ibu mu tau, kau tau sendiri apa yang akan dia lakukan pada ku, kan?"

Benji memejamkan mata frustasi. Bagaimana bisa ia lupa, kalau ibunya sendirilah yang selalu menjadi jurang pemisah untuknya dan Rahel.

Sang ibu yang rela melakukan apa saja hanya demi memisahkan Rahel dan Benji. Bahkan melenyapkan nyawa seseorang sekalipun.

"Kau sudah selesai berkemas?"

Rahel dan Benji mendongak bersamaan tepat saat Kevin berjalan memasuki kamar apartemen Benji sambil melipat tangan di dada. Rahel mengangguk mantap, meletakkan kotak obat ke atas ranjang, kini Rahel beringsut menghampiri Kevin.

"Aku sudah mengemasi pakaian ku Kev."

"Bagus." Kevin tersenyum mengusap rambut Rahel sekilas. Ia merogoh saku celana mengambil kunci mobil, lalu menyerahkan kunci tersebut pada Rahel. "Turunlah, tunggu aku di mobil."

(S)He is My Best FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang