4. The First (2) | 21+

597K 5.8K 149
                                    

Selamat membaca

Dan

Terima kasih

💦

Kamu dan kopi sama-sama punya rasa yang buat aku ketagihan.

•> Benjamin Dominic •<

Argh! Kenapa payudara ini terasa begitu nyata di tangan ku?!

Benji menggeleng kuat.

Hanya empat botol, kenapa dia sampai berhalusinasi seperti ini?

Walau fikiran kotornya sering membayangkan bercinta dengan rahel saat dia menyetubuhi gadis lain, apa bisa sampai segila sekarang?

Benji memutar otak, mencoba mengingat kejadian beberapa waktu lalu. Lagi-lagi benji mengumpat keras.

Sayangnya alkohol benar-benar sudah menumpulkan otaknya. Dia tidak mengingat apapun.

Dengan deru nafas kian memburu, Benji mengulur sebelah tangan. Membelai dan mengusap lembut wajah rahel.

"Kau tau sebanyak apa aku ingin menyentuh mu?" Berhenti sejenak, benji menelan ludah susah payah memperhatikan setiap inci lekuk indah tubuh rahel. "Tidak terhitung. Bahkan aku hampir gila jika memikirkannya." Suara parau benji menggema di keheningan malam dalam kamar apartemen yang hanya di terangi cahaya lampu tidur.

"Aku bisa gila jika terus memikirkan mu setiap saat." Usapan lembut jari benji berpindah ke bibir merah merekah rahel.

"Aku bisa gila jika memikirkan perasaan mu pada ku." Usapan tersebut turun ke leher. Kelembutan leher seputih salju itu membuat tangan benji berlama-lama di sana. Terus turun dan pada akhirnya berhenti tepat di dua gundukan besar yang menjadi fokus utamanya saat ini. Meremas dan memilin puncaknya dari luar gaun tidur rahel hingga samar-samar erangan lembut lolos dari bibir ranum gadis itu.

"Dan, aku benar-benar gila saat aku sadar, aku tidak bisa membalas perasaan mu."

Pertahanan yang di bangun oleh benji selama ini hancur. Matanya berkabut gairah. Akal sehatnya sudah meluap. Hanya nafsu yang membayanginya saat ini.

"Jika kau tidak bisa menjadi satu bagian terpenting dalam hidup ku, Setidaknya biarkan aku memiliki tubuh mu malam ini." Bisiknya egois dengan suara kian memberat.

Benji menunduk, semakin mendekat, mengikis jarak antara dirinya dan rahel. Mendaratkan kecupan hangat dan dalam pada bibir merekah gadis di bawahnya.

Perpaduan aroma manis vanila dan stroberi yang menguar dari tubuh rahel membuat benji hilang akal. Adrenalinnya terpacu. Degup jantungnya bahkan berdetak tiga kali lebih cepat dari saat dia mendaki jaya wijaya.

Baginya, menaklukkan jaya wijaya jauh lebih mudah dari pada menaklukkan gairahnya sekarang.

"Aahh.. aku sangat menginginkan mu, rahel."

Hembusan kasar nafas benji menerpa permukaan lembut kulit wajah gadis itu. Kecupan bibirnya berangsur menjadi sebuah lumatan liar dan menuntut. Menggigit kecil bibir ranum tersebut hingga sang gadis yang masih terlelap di bawahnya mengerang lembut.

"Nghh.."

Benji semakin berani. Kini dua tangannya terulur membuka kancing gaun tidur satin tanpa lengan yang di kenakan rahel tanpa melepas panggutan bibirnya. Warna merah terang gaun tidur itu sangat kontras dengan kulit putih rahel. Membuatnya terlihat semakin menggiurkan dan menggoda untuk segera di cicipi.

(S)He is My Best FriendWhere stories live. Discover now