14

75.2K 2.8K 383
                                    

Di kasih bacaan gratis seenggaknya di hargai.

☆

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Oh, tuan William, anda sudah datang?"

Pria berbadan atletis itu hanya tersenyum simpul ketika salah satu bartender menyapanya.

Sejak mendapat telepon darurat dari salah satu petugas keamanan bar miliknya, William pun bergegas menuju bar tersebut.

"Di mana dia?"

"Di sana, tuan." Petugas keamanan itu menunduk hormat, kemudian membimbing William menuju salah satu sudut bar yang remang di mana dua pemuda tampak sedang mabuk berat. "Sudah dua hari mereka di sini. Berteriak-teriak tidak jelas, memecahkan botol minuman hingga menakuti pelanggan yang datang."

William mengangguk mengerti.

"Aku tidak bisa berbuat banyak karena mereka sahabat tuan."

"Harusnya kau langsung menendang mereka keluar saat pelanggang ku kabur. Kau boleh pergi."

Petugas keamanan itu menunduk sekali lagi lantas undur diri. Sementara William mendesah kesal mengendurkan dasi mengamati dua pemuda di depannya, lalu memukul keras kepala mereka. "Bangun dan pergilah dari sini sebelum aku menyeret kalian berdua ke neraka!"

"Aku sudah di neraka, Willi. Neraka mana lagi yang kau maksud?" Salah satu dari mereka bergumam lemah, mengangkat sebelah tangan menarik lengan William hingga pria itu jatuh terduduk di atas sofa. "Ayo, kita nikmati neraka ini bersama!"

William mengusap wajah kasar dan menoleh ke samping. Tepat di sebelahnya, Exara Elang Widzacksono, salah satu sahabat karib William dan Benji sejak kecil, menatapnya sendu. Sudut bibir Elang kian mengembang. Jelas sekali dia mabuk berat. Entah apa yang terjadi, Elang bukan tipikal pria yang suka minum-minum sampai mabuk berat seperti Benji.

"Lihatlah, manusia idiotnya bertambah satu." William mendengus mengabaikan Elang, kali ini ia meluruskan pandangan. Di depannya, Benji duduk santai bersandar pada sandaran sofa. Matanya terpejam, namun William tau kalau Benji tidak mabuk sepenuhnya. 

"Hei Benjamin, kau mendengar ku?"

"Hm.."

"Kembalikan semua kartu nama yang kau curi dari ku."

Benji membuka mata dengan sebelah alis terangkat. "Kenapa?"

"Kau masih tanya kenapa?!" William berseru geram. Kalau saja pria yang saat ini sedang menatapnya santai seolah tidak pernah terjadi apapun bukan sepupunya, mungkin sudah William musnahkan sejak dulu.

"Berhenti memberikan kartu nama ku setelah meniduri gadis-gadis itu! Aku sudah muak menyelesaikan semua masalah yang kau timbulkan!"

Benji memutar bola mata jengah mendengar omelan William. Lantas menyahut santai. "Kau hanya perlu mengeluarkan sedikit uang. Tentu bukan masalah buat mu."

(S)He is My Best FriendWhere stories live. Discover now