Under the Sun

19.4K 3.3K 471
                                    

Rosie demam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Rosie demam. Keesokan harinya, Mila juga ikut demam. Aku membawa Vi ke kamar kami biar nggak tertular kakak-kakaknya, sedang Heath dan Sophia merawat mereka berdua. Sebenarnya, Heath sudah mau membawa anak-anak ke Houston naik helikopter karena nggak puas dengan penanganan dokter di sini. Tapi, anak-anak terus menempel padaku. Tentu saja Heath nggak mau mengambil risiko Vi menghabiskan waktu di rumah sakit yang nggak steril. Jadi, kami berkonsultasi dengan dokter anak lewat video call.

Dokter Omar Lambert sudah mengatakan bahwa mereka baik-baik saja, tapi Heath tetap mengambil sampel darah, feses, dan urin mereka ke Houston. Mulanya aku nggak tega lihat anak-anak diambil darah begitu. Tapi, Sophia bilang kalau Heath begini demi anak-anak juga. Jadi, aku berusaha kuat. Iya juga, sih. Toh dengan cek kondisi mereka kami juga jadi tahu kalau ada yang nggak beres, kan?

Heath menghabiskan waktu dengan kami selama anak-anak sakit. Dia nggak mengurus hal lain selain memastikan kenyamananku dan anak-anak. Dia juga membuatkan anak-anak bubur yang enak banget.

Kadang, mereka bertiga berantem memperebutkan perhatian Heath. Seperti malam ini, sebelum tidur, Mila menjerit marah pada Rosie yang terus-terusan minta digendong Heath.

Aku sampai kabur ke kamarku, nggak tahan dengan jeritan tiga cewek cempreng itu. Heath terbahak-bahak melihatku jongkok di lantai kamar makan es krim taro dengan topping cokelat dan almond.

Sambil duduk di sampingku, dia bercerita, "Dulu aku menghabiskan berhari-hari tidur di kandang kuda atau di rumah Reggie." Dia tersenyum lebar. "Aku menolak bertemu ayahku karena dia membuat ibuku pergi. Aku tahu ibuku tidak akan kembali. Aku hanya ingin ayahku datang dan membujukku pulang. Ya, sama dengan Archie kalau sedang ngambek." Dia terkekeh. "Semua anak kecil sama, Bee. Mereka ingin menjadi pusat dunia kita. Mereka ingin semua perhatian kita."

"Aku juga dulu gitu, kok. Aku marah kalau ayah atau ibu memperhatikan kakak-kakakku, apalagi kalau mereka bilang aku anak hasil mungut di sampah."

Heath terbahak-bahak lagi. "Kamu percaya?"

"Karena aku nggak ada di foto-foto Savanna dan Tundra, aku percaya, dong. Aku sampai pengin minggat waktu itu. Ibu pukul pantat mereka sampai merah."

Dia tertawa. "Kalian pasti berisik sekali."

"Memang," kataku. "Sama dengan kita kalau lagi beginian." Kuletakkan kotak es krim dan merapat ke tubuhnya.

"Apa? Aku tidak mengerti." Dia membuka rokku dan menyelipkan tangan ke dalam celana dalamku. "Coba jelaskan apa maksudmu 'beginian' itu."

"Nana-nina."

Dia tertawa. "Apa yang begini 'nana-nina' itu?" Dia menyentuhku semakin dalam

"Kamu seharusnya capek, Heath."

"Tidak, Bee. Untuk yang satu ini aku punya tenaga cadangan. Jangan remehkan kemampuanku bertahan hidup."

Aku tertawa. "Berbaringlah, Pak Tua. Aku pengin jilat es krim ini."

Lovely Glacie (Terbit; Penerbit Galaxy)Where stories live. Discover now