Melancholia

16.9K 2.6K 900
                                    

Heath mengejar kuda itu dengan kuda Reggie

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Heath mengejar kuda itu dengan kuda Reggie. Dia memutar laso untuk menjerat leher kuda itu. Aku cuma bisa menjerit waktu kuda itu jatuh ke tanah, hampir menindih tubuh Rosie. Heath berteriak memperingatkanku untuk nggak mendekati kuda itu. Siapa peduli? Bukan dia yang melahirkan Rosie. Bukan dia yang menyusui Rosie-ku.

Tubuh Rosie lemas di rumput. Wajahnya penuh goresan. Kepalanya berdarah. Kakinya yang terjerat tali membiru. Kulepas tali yang menjerat kakinya dan kutendangi kuda sialan itu dengan marah.

Berkali-kali kupanggil namanya, tapi Rosie nggak menjawab. Dia basah dan lemas, seperti Dave. Kuciumi wajahnya biar dia bangun. Paling nggak biar bergerak sedikit. Dia diam saja, sama seperti Dave.

Tolong jangan ambil dia juga, Tuhan. Tolong jangan bawa dia. Dengan apa lagi aku hidup kalau dia juga pergi?

"Kita bawa ke Houston," kata Heath cepat. Dia membimbingku ke helipad. Sambil berlari dia berteriak pada Reggie yang ikut berlari di dekat kami. "Jaga anak-anak! Kami akan segera kembali."

'Segera'? Apa dia pikir Rosie akan selamat? Apa Rosie-ku akan hidup dan bermain lagi?

Dia membukakan pintu helikopter dengan kunci yang dilemparkan salah satu pekerja.

Di dalam helikopter, kusobek ujung bajuku untuk menutup luka di kepalanya yang terus mengeluarkan darah. Heath melarangku memeluknya terlalu erat biar nggak bikin rusuknya yang mungkin cidera jadi tambah parah.

"Tolong jangan pergi, Nak. Tolong jangan tinggalkan Mommy. Mommy tahu kamu kangen Daddy, tapi jangan begini. Jangan pergi ke Daddy. Kamu anak kesayangan Mommy. Kamu yang nanti temani Mommy masak. Tolong, Sayang. Tolong jangan pergi."

Tapi dia diam saja. Dari hidungnya perlahan keluar darah. Kuangkat sedikit kepalanya biar nggak tersedak darah mimisannya.

Orang bilang cinta ibu itu membawa keajaiban. Orang bilang doa ibu itu punya kekuatan mengetuk pintu langit. Sepanjang perjalanan ini aku terus berdoa untuk keselamatan anakku. Aku nggak mau apa-apa. Aku cuma mau anakku selamat.

Helikopter kami mendarat di atap rumah sakit. Aku nggak tahu rumah sakit apa, yang pasti ada tanda palang merah besar di tempat kami mendarat. Aku sempat mendengar Heath minta izin mendarat di radio, tapi nggak jelas suaranya, entah karena memang begini alat komunikasi di helikopter ini atau karena kepalaku berdengung keras.

Begitu mesin mati, Heath melompat ke luar. Dia mengambil Rosie dariku. Dengan cepat, aku mengikutinya, membawa Rosie ke bagian dalam rumah sakit. Lalu, rasanya semua cepat sekali. Heath membaringkan Rosie di tempat tidur. Dokter dan perawat mendengar laporan singkat Heath yang diteriakkan dengan cepat. Dia pakai bahasa medis yang nggak kupahami. Tapi, aku mengerti, Rosie-ku akan berjuang di meja operasi.

Heath menahanku di depan pintu ruang operasi. Dia membisikkan banyak kata, tapi nggak satu pun masuk ke otakku. Lemas, aku merosot ke lantai. Tangisku pecah. Aku menelungkup di lantai dan menumpahkan semua yang kutahan tadi.

Lovely Glacie (Terbit; Penerbit Galaxy)Where stories live. Discover now