- Lima -

4.1K 437 14
                                    

- HAPPY READING -

"Hokage-sama, para buronan sudah berhasil ditangkap oleh pasukan utama yang dipimpin Uchiha Sasuke."

"Bagus. Tetap pastikan keadaan desa tenang, jangan sampai penduduk khawatir karena para bedebah itu."

"Baik, hokage-sama."

Anbu dengan topeng kucing itu melesat begitu cepat, Kakashi hanya bisa menghela napas lega saat mendapat laporan yang menurutnya melegakan ini.

Uchiha Sasuke memang selalu bisa diandalkan.
Anak itu selalu sukses dengan semua misi yang ditanganinya.
Bahkan sering turun tangan langsung untuk memimpin para anbu tingkat tertinggi.

Kakashi hanya tidak habis pikir, kenapa masih saja ada para shinobi yang membuat kacau sebuah desa.
Ninja pelarian adalah mereka yang berkhianat pada desanya dan juga pemimpin mereka.

Untuk berbagai alasan yang tidak selalu sama, dan yang paling sering muncul adalah karena ketidakadilan atau ketidakpuasan mereka terhadap rezim pemerintahan.
Jika dibiarkan begitu saja, itu hanya akan menjadi bom waktu yang membuat ledakan penuh kehancuran.

Meski tidak yakin jika Sasuke akan menanganinya dengan cara manusiawi, setidaknya lelaki itu juha pernah dalam status yang sama-sama menjadi penghianat.
Dalam kata lain, Sasuke harusnya lebih paham karena mereka pernah dalam situasi yang sama.
Dalam tumlukan dendam dan ketidapuasan pada keadilan didalamnya.
Sasuke harusnya bisa menyelesaikan ini dengan baik-baik.
Tapi sepertinya tidak, mengingat betapa buruknya tempramen lelaki itu.

Kakashi mengambil jubah hokagenya, terkurung dalam ruangan seharian adalah kutukan.
Dan semakin terkutuk ketika ia harus menangani bertumpuk-tumpuk dokumen yang memenuhi mejanya, otaknya bahkan sering protes untuk pekerjaan sebanyak itu.

Kakashi tidak pernah membayangkan hal ini, menjadi hokage adalah bagian terberat dari perjalanan hidupnya.
Ini harus masuk dalam catatan sejarah bertinta hitam dengan sampul buku bersulam emas.

Melewati kelas akademi yang ramai dengan anak-anak belia, Kakashi berdiri di ujung jalan untuk sekedar mengamati anak-anak lucu itu belajar.

"Hokage-sama, ada apa kemari ?"

Kurenai Yuuhi, menyapanya dengan akrab seperti biasa, tapi sopan.
Perempuan itu juga merupakan salah satu guru pengajar tetap yang ada di akademi, termasuk dengan Mirai kecil yang juga belajar disana.

"Jangan sekaku itu padaku, Kurenai."

Kakashi tidak cukup senang jika teman seangkatannya memperlakukannya dengan cara yang berbeda.
Kakashi hanya ingin bersikap santai pada semua orang, tidak harus seformal itu.

Tersenyum kecil, "Baiklah, ada apa kemari Kakashi ?" Kurenai menanyakannya dengan suara seperti biasa, mereka adalah teman lama, dan ia hanya bersikap demikian.

Dari matanya yang tampak menyipit, kita tau jika Kakashi sedang tersenyum dibalik masker yang dikenakannya.

"Tidak ada. Hanya ingin mencari angin." Selorohnya dengan ringan.

"Nikmati harimu, Kakashi. Aku harus pergi."

Sedikit menepuk bahu kekar Kakashi, Kurenai berlalu darisana untuk kembali ke akademi.
Kakashi hanya melambai ringan dan melanjutkan perjalanannya untuk menghirup udara segar dan terbebas dari aroma kertas dan tinta yang memusingkan.

....

Hinata hampir tidak bangkit dari ranjangnya hari ini, tubuhnya sama sekali tidak bisa diajak berkompromi.
Kepalanya pusing, dan ia selalu merasa mual tanpa tau apa yang menjadi penyebabnya.
Tubuhnya juga terasa sangat lemas sejak tadi pagi, Hinata bahkan bangun terlalu siang hari ini.
Tidak menyiapkan sarapan untuk suaminya, dan ia bahkan belum membersihkan tubuhnya.

Some DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang