- Delapan -

3.4K 386 2
                                    

- HAPPY READING -

Menjadi pengantin baru memang tidak selalu seru.
Itulah realita dalam dunia percintaan rumah tangga pasangan baru yang kurang dari dua minggu melangsungkan pernikahan.

Hinata selalu menjadi akhir dari kisah Sakura dan Naruto, dimana Sakura yang sering datang kerumahnya untuk sesi curhat pribadi seorang istri.
Jika Temari sedang senggang, mereka biasanya akan membentuk trio rumpi yang sering mengumpati suami.
Kada juga Ino dan Tenten ikut, dan berakhir dengan teriakan menggelegar Ino yang menyatakan ia tidak akan menikah.

Sakura dengan wajah merah menahan emosi, hampir melempar meja kayu diruang tamu Hinata.
Temari sedang senggang hari ini, karena si kecil Shikadai sedang bersama neneknya.
Membebaskannya untuk bergabung dengan Sakura dan Hinata dalam sesi curhat.

"Jangan terlalu mengeluh, bukannya kau sudah lama mengenalnya ?"

Hinata mengangguk setuju pada komentar Temari.
Kali ini Sakura bercerita mengenai Naruto dan segala kebiasaan buruk lelaki itu, terutama berhubungan dengan sampah.
Seharusnya Sakura tidak terkejut lagi saat melihat suaminya yang seperti itu, karena mereka sudah berteman sangat lama.

"Tetap saja itu membuatku jengkel setengah mati." Sakura sedikit berteriak, seolah ingin mengatakan pada dunia betapa tersiksanya ia saat menjadi istri dari seorang Uzumaki Naruto.

"Bukan hanya Naruto yang begitu, Shikamaru juga."

Temari dan Sakura menoleh pada Hinata, tatapan mereka seperti bertanya apakah-Sasuke-juga-begitu ? Yang membuat Hinata langsung menggeleng cepat.

"Tidak. Sasuke tidak begitu." Ujarnya kalem. Hinata bisa berbangga karena suaminya bukan jenis penimbun sampah dibawah tempat tidur.

Bahkan belakangan ini, Sasuke jauh lebih sering mengomeli Hinata tentang kebersihan, kesehatan dan sejenisnya.
Lelaki itu seperti seorang dokter yang sedang mendemokan alat kesehatan dan kebersihan.
Bukannya Hinata menjadi penimbun sampah juga, ia hanya sering malas mendi belakangan ini, kata Sakura itu juga pengaruh bayi.

Sakura menyenggol bahu Hinata dengan kerlingan jahil, "Omonaa, kau selalu membanggakan suamimu, Hinata .."

Temari hanya tersenyum tipis, menghela napas panjang untuk alasan yang tidak diketahui dan membuat dua perempuan yang lebih muda dihadapannya menoleh serempak.

"Ada apa Temari-san ?" Sakura bertanya.

Temari memang tidak mau dipanggil kakak meski usianya sedikit lebih dewasa dibanding mereka.
Katanya, itu hanya akan membuatnya merasa tua dan tidak nyaman saat berkumpul bersama teman-teman suaminya, yang sekarang menjadi temannya juga.

"Aku tau, pernikahan itu tidak mudah. Tapi, kita tidak bisa menyerah begitu saja."

"Apa maksutmu ?" Sakura masih tidak mengerti tentang apa yang ingin dikatakan oleh Temari.

"Itu benar. Tapi semua akan membaik saat kita memiliki anak. Bukan begitu ?"

Memberi pertanyaan dengan tatapan mengarah pada Temari yang langsung dibalas acungan jempol oleh perempuan bermarga Nara itu.

"Hinata memang yang terbaik. Dan Sakura, cobalah bicara baik-baik pada Naruto. Kau tidak kasihan pada suamimu ?"

Sakura terlihat malu mendengar nasehat itu, memang kebiasaan buruknya belum bisa hilang dan tangannya masih sangat ringan untuk memberi pukulan pada Naruto.

"Sakura-chan, jangan sampai Naruto mengadu ke hokage-sama. Kau bisa dipenjara dengan pasal kekerasan dalam rumah tangga."

"Itu tidak boleh terjadi !!"

Some DayWhere stories live. Discover now