- Sepuluh -

2.9K 309 0
                                    

- Happy reading -

Bahkan sebelum matahari siap bangun dari peraduannya, Hinata sudah sibuk didapur untuk menyiapkan sarapan dan bekal untuk suaminya, juga memasak untuk ayah dan adiknya.
Wajahnya terlihat mengerikan, dengan mata sembab dan lingkaran hitam dibawah matanya yang begitu jelas.
Hinata sudah lama tidak tidur di kamarnya, dan ia belum terbiasa dengan perubahan itu.
Bukan Hinata yang belum terbiasa, tapi bayinya.

"Astaga, Hinata-sama."

Kepala pelayan rumahnya yang baru masuk dapur langsung terlonjak saat melihat Hinata yang berada disana.

"Maaf bibi, apa aku mengejutkanmu ?" Tanyanya dengan senyum kecil diwajahnya, masih merasa lucu dengan ekspresi tegang diwajah perempuan paruh baya itu.

Bibi Kaname mengangguk sambil mengusap dadanya, mengamati semua makanan yang menguarkan aroma menggugah.
Menggeleng dengan wajah takjub, saat mendapati semua masakan itu sudah tertata rapi ditempatnya.
Menatap Hinata dengan wajah khawatir,

"Apa nona tidak tidur semalam ? Astaga, itu tidak baik untuk kesehatan nona." Keluhan yang diucapkan dengan decakan pelan.

Hinata tersenyum getir, menepuk pelan bahu yang dulu sering menjadi tempatnya menangis.
Bibi Kaname adalah kepala pelayan dari bunke Hyuuga, yang sudah sangat lama mengabdi pada keluarganya.
Beliau juga sering menjadi sandarannya saat masih kecil, ketika Neji masih bersikap dingin dan terlalu tegas padanya.
Bibi Kaname selalu ada kapanpun Hinata membutuhkannya.

Mengemas semua masakannya dalam wadah tertutup dan kedap udara.
Hinata tidak memberi banyak bekal untuk suaminya, hanya persiapan makan siang dan makan malam dihari itu saja.
Berjalan tergesa ke kamarnya untuk berganti baju dan mencuci wajahnya, Hinata tidak mau kehilangan moment paginya hanya karena omelan ayahnya.
Jadi, ia berniat pergi sekarang, sebelum Hyuuga Hiashi bangun.

"Bibi, tolong katakan pada ayah dan Hanabi, jika aku pergi ke markas anbu."

"Biar saya antar, Hinata-sama."

Menggeleng dengan tatapan teduh, "Tidak usah, bibi. Kou pasti sudah menungguku di gerbang depan."

"Hati-hati, Hinata-sama."

Berjalan dengan membawa setumpuk kotak bekal berukuran besar, Hyuuga Kou langsung sigap mengambil alih tempat makanan itu.
Bibi Kaname mengantarnya sampai gerbang depan, memberi pesan pada putranya dengan wajah galak.
Kou memang putra dari bibi Kaname, sekaligus pengawal pribadi Hinata saat masih berstatus sebagai putri Hyuuga.
Bahkan sampai sekarang, Hyuuga Kou masih sering mengawalnya dan terus mengawasinya.

Kou seumuran dengan Neji, dan juga teman dekat dari kakak sepupunya itu.
Kou selalu ramah padanya sejak kecil, meski beberapa kali memarahi Hinata yang kadang terlalu baik pada orang lain.
Kou sedikit lebih tampan daripada Neji, jika boleh jujur.
Dan lelaki itu akan menikah dua bulan lagi, dengan seorang perempuan perangkai bunga yang bekerja di toko bunga Yamanaka.
Meski bukan dari klan Hyuuga, tidak ada masalah selama itu tidak menyalahi aturan.
Hinata baru tau kemarin, saat Kou menyapanya dan bercerita mengenai persiapan pernikahannya.
Hinata ikut senang untuknya.

Hinata tidak harus menunggu sampai markas anbu untuk bertemu suaminya, karena Uchiha Sasuke sudah berdiri dihadapannya.
Dengan cahaya lampu jalan yang menyorot pada wajah tampan suaminya, lelaki itu terlihat begitu menawan saat mengangkat kepalanya dengan perlahan, tersenyum manis saat mendapati Hinata yang berlari kearahnya.
Belum sempat Hinata berlari jauh, Sasuke sudah mendekapnya dengan erat.

Hyuuga Kou memilih sedikit menjauh, tau diri jika tidak seharusnya ia berada di satu frame dengan pasangan itu.
Maka dari itu, ia naik ke pohon dan mengawasi jalanan lenggang dengan cahaya matahari yang mulai bangun dari tempatnya.
Ia turut bahagia atas kebahagiaan nona mudanya yang selalu menjadi adik kesayangan semua orang, bahkan dirinya.

Some DayWhere stories live. Discover now