- Duabelas -

2.2K 289 0
                                    

- Happy reading -

Mimpi aneh itu bukan hanya sekali didapati Hinata, itu membuatnya semakin curiga dengan apa yang sedang dilakukan suaminya pasti berhubungan dengan mimpi yang terus mendatanginya sejak kepergian Sasuke ke suatu tempat yang bahkan tidak bisa dideteksi oleh Hinata.

Kekalutan menumpuk dalam dirinya, entah sudah berapa kali ia mendatangi kantor hokage untuk mencari kepastian tentang dimana atau apa tepatnya yang sedang dilakukan suaminya.
Hinata tau, jika setiap misi pasti memiliki kesulitan dan tantangannya masing-masing, termasuk dengan serangan tak terduga yang bisa sewaktu-waktu menjadi penghambat.

Hinata sangat mengerti tentang semua itu, karena ia juga pernah mengalaminya selama masih menjadi shinobi.
Tapi kali ini berbeda, perasaan menggelisahkan yang tidak pernah bisa dijelaskan dengan benar.
Hinata tidak tau kenapa, tapi ia tau jika Sasuke sedang membutuhkannya,  itu perasaan kuat yang jarang sekali muncul dalam dirinya.

Menemui ayahnya yang sedang berada diruangannya bukan sesuatu yang sulit, terutama bagu Hinata.
Duduk bersimpuh dan menyamankan diri, menatap ayahnya dengan serius.
Hinata tidak bisa berdiam diri dan menunggu sebuah ketidakpastian, sudah hampir seminggu suaminya pergi, dan bahkan Hokage juga tidak tau dimana keberadaan mereka yang seperti menghilang ditelan bumi.
Istri mana yang tidak frustasi saat dihadapkan pada situasi seburuk itu ?

"Ayah, apa kau mengetahui sesuatu tentang klan òtsutsuki ?"

Menghentikan kegiatannya yang sedang membaca berkas-berkas dimejanya, Hiashi menatap serius pada putriku.

"Kenapa kau menanyakan itu, Hinata ?"

Inilah sulitnya, Hinata bahkan tidak bisa menjelaskan.
Termasuk saat ia bicara dengan para perempuan yang ditinggal lelakinya untuk misi yang sama, seperti Ino, Sakura dan Temari.
Hinata tidak bisa menjelaskan mengenai mimpi anehnya, yang selalu menyuruhnya kesuatu tempat yang tidak pernah diketahui Hinata.

"Aku selalu bermimpi aneh belakangan ini. Seorang perempuan yang mengaku jika itu adalah ibuku. Apa ayah mengetahui sesuatu tentang klan òtsutsuki ?"

Hiashi memejamkan mata dengan garis rahang mengeras, kegelisahan putrinya terjadi karena dia adalah kunci dari sebuah rahasia nenek moyangnya.
Hiashi tidak ingin membukanya, kekhawatirannya sebagai seorang ayah mengalahkan kekhawatiran Hinata sebagai seorang istri.

"Hinata, itu bukan apa-apa. Jangan berlebihan."

Memberi penolakan keras untuk sebuah pertanyaan kecil.
Hinata mendesah putus asa, kenapa ayahnya sangat sulit untuk memberikan jawaban untuknya ?

"Ini demi kebaikan suamiku, kumohon ayah."

Hinata tidak merengek, tapi memaksa.
Wajah tegasnya menjelaskan jika ia tidak akan mundur sebelum mendapat jawaban atas apa yang ingin diketahuinya.
Hiashi tetap bungkam, menolak memberi jawaban.
Hinata pikir jika ia benar-benar bisa frustasi jika terus seperti ini, bangun dari tempatnya, mengucapkan salam secara serampangan, Hinata tidak bisa hanya diam.

Keluar dari kediaman Hyuuga untuk menemui seseorang yang setidaknya pasti akan memberitahunya tentang sesuatu yang sempat dilupakan olehnya.
Berjalan tergesa ke pusat kesehatan Konoha, Hinata harus bertanya pada Tsunade mengenai arti dari simbol wajik ungu yang terasa mengganggunya.

"Hinata-chan, apa kau sakit ? Ada apa kemari ?"

Sakura bertanya dan menyapanya dengan ramah, karena perempuan itu sedang dibagian administrasi dan bicara dengan perawat.

"Sakura-chan, dimana Tsunade-sama ?"

"Diruangannya. Ada apa mencarinya ?"

Sakura mengikuti Hinata yang tampak tergesa saat berjalan menuju ruangan Tsunade.

Some DayWhere stories live. Discover now