- Empatbelas -

2.1K 286 7
                                    

- Happy reading -

Aroma tak biasa yang membuat perutnya mual, Hinata menutup hidungnya rapat-rapat, menahan agar aroma asing itu tidak menyeruak masuk ke hidungnya.

"Hinata, kau baik-baik saja ?" Sakurq bertanya dengan mimik khawatir diwajahnya.

"Hmm, hanya sedikit mual."

Meski wajahnya terlihat pucat, Hinata memaksakan diri untuk tersenyum.
Mengusap perutnya dengan hati-hati, mereka sudah sampai ke tempat dimana kemungkinan besar Hinata bisa menemukan suaminya.
Reaksi tidak biasa dari tubuhnya membawa kewaspadaannya sendiri, Hinata belum pernah merasakan dorongan begitu ingin menghancurkan sesuatu atau menghajar seseorang.
Tapi sekarang, ia sangat bernapsu untuk melakukannya.

Mengamati sekeliling lembah dengan awan tipis berwarna putih yang menjadi penghalangnya, pelindung dari bangunan yang ada dibaliknya.
Bukan jenis sembarang orang yang bisa menemukan bangunan sejenis ini dengan mudah, dan Hinata adalam salah satu dari segelintir orang yang mendapat keberuntungan itu.

Sesuatu terasa bergetar, seperti sebuah gempa kecil yang membuat kedua perempuan itu dilanda kebingungan.
Sakura tampak sangat waspada, mengawasi dengan serius pada sekitarnya.
Hinata merasakan sebuah cakra kuat yang menariknya, sebelum asap putih itu terbuka layaknya sebuah pintu.

"Wuahh, apa ini ?" Berdecak takjub dengan pemandangan yang ada dihadapan mereka, Sakura tidak bisa menahan diri untuk tidak mengagumi apa yang dilihatnya saat asap tipis itu menyisih secara perlahan.

Hinata mengangguk samar, berpikir jika ini adalah sesuatu yang sama seperti yang ada dimimpinya sejak beberapa waktu lalu.
Tersenyum lembut dengan tatapan takjub saat melihat bangunan yang berdiri kokoh dihadpan mereka, Hinata tidak pernah membayangkan akan mendapati sesuatu yang ajaib seperti ini.

Ibu, terimakasih. Bicara dalam hatinya, Hinata bisa merasakan energi cakra yang begitu besar melingkupi tempatnya berdiri.

"Hinata, apa kita akan masuk kedalam ?"

Menggangguk ringan, "Benar. Kita akan masuk kesana, Sakura." Katanya dengan suara mantap.

Hinata merasa begitu antusias saat pertama kali menginjakkan kakinya berada dibagian depan bangunan yang terasa tidak asing dalam ingatannya.
Tidak ada penjaga atau apapun dibagian depan, tempat yang terasa begitu lenggang sekaligus mencurigakan.

"Ohh, astaga !!" Sakura terhenyak, kaget saat pintu besar itu berdesing dan membuka secara perlahan.

Keduanya memilih sedikit mundur, membiarkan pintu itu terbuka seluruhnya, hingga sebuah aroma yang menyerupai bunga mawar menyeruak keluar dari dalam ruangan yang pintunya barusaja terbuka.
Hinata bisa merasakan cakra Sasuke ditempat ini, kembali membuatnya merasakan debaran intens dimana jantungnya terasa mau meledak.

"Rupanya, nona Hyuuga sudah datang."

Suara lelaki paruh baya yang barusaja menampakkan wujudnya terdengar begitu ramah saat menyambut mereka.
Sakura memposisikan diri dengan waspada, sementara Hinata melingkupi perutnya dengan dua telapak tangan ketika merasakan bayinya yang berekasi atas kedatangan lelaki itu.

"Selamat datang dirumah, putri bulan."

"Haa ?" Sakura menoleh dengan ekspresi seperti bertanya, apa-yang-kau-katakan ? Pada lelaki yang hanya tersenyum simpul dihadapan mereka.

"Maaf, dimana suamiku ?"

Tidak meladeni basa basi itu, Hinata langsung menanyakan tentang apa yang membuatnya datang kemari.
Sudah cukup lama ia tidak bertemu suaminya, dan Hinata tidak punya waktu untuk meladeni basa basi itu, disaat ia begitu merindukan Sasuke.

Some DayWhere stories live. Discover now