#2 Kematian Ayah

6.5K 182 12
                                    

Ini tentang sebab ayah ku meninggal. Pada tanggal 17 setember tepat pada bulan suro. Aku berangkat sekolah seperti biasa berpamitan pada ayah ibu dan mengajak adiku bersekolah. Ayah tampak tidak semangat pagi ini entah apa yang dipikirkan ayah. Setelah 3 jam pelajaran tiba tiba bu ranti wali kelasku memanggil ku aku tak tahu apa yg sebenarnya terjadi.

"Nimas ka..mu.. harus pulang sekarang." Wajah panik bu ranti semakin membuat ku bingung.

"Ada apa bu guru apa yang terjadi aku masih mau belajar bu." Tanyaku.

"Ayah mu mas ayah mu telah tiada nak." Ucap bu ranti dengan raut wajah sedih.

Alangkah terkejutnya aku tadi pagi perasaan ayah masih sehat sehat saja. Dengan mata berkaca kaca aku bersama raka diantar pulang oleh pak idrus driver sekolahku.
Sampai dirumah aku langsung berlari memeluk jasat ayah ku yang terbujur kaku . Aku menyesal dulu aku sering marah kepada ayah karena ayah selalu pulang malam. namun aku belum mengetahui sebab kematian ayah. Akhirnya aku diceritakan oleh ibu. Ibu bilang ayah tiba tiba terjatuh di kantor tanpa sebab dan kehilangan nyawa. Aku hanya tak percaya bahwa ayah terjatuh begitu saja tanpa sebab.

****

Waktu begitu cepat berlalu kini aku sudah dewasa. Aku telah mendengar perkataan mbah Parjo kemarin. Jadi kini aku mulai bertanya tanya pada diriku sendiri siapa yg sebenarnya jahat kepada ayahku. Mungkin pak sukiman sahabat ayah dari dulu dia juga tidak datang waktu pemakaman ayah apa mungkin dia tapi dia sangat akrab pada ayah. Aku menduga duga. "Astagfirullah" kenapa aku jadi su'udzon pada pak sukiman ya allah.
Hari mulai malam aku raka dan ibu berkumpul di ruang keluarga dengan menonton tv. Lampu yang tadinya menyala kini redup seketika chenel tv pun tiba tiba buram tak jelas gambarnya. Foto ayah yang terpajang di ruang tamu tiba tiba jatuh dan pecah. Angin pun terasa sangat dingin menusuk tulang. Hening seketika. Kami hanya bisa berdoa kepada allah. Aku memutar balikan badan ke arah pintu kamar ayah dan ibu. Terlihat sesosok perempuan mulutnya di penuhi darah seakan telah memakan banyak korban dengan ekspresi muka marah. Raka tiba tiba diam seakan berkomunikasi dengan apa yang aku lihat tadi. Raka bilang

"mah ,kak itu si e mbak marah marah terus, dia kepengin darah katanya." Raka mengatakan dengan polos tak tahu arti yang di maksud sebenarnya.

Ibu segera mengecek tanggalan. Benar saja ini hari ayah telah tiada. Sosok itu mungkin mengingin kan darah di hari yang sama dengan kematian ayah yang telah menjadi korbanya.
Raka tiba tiba terdiam dengan kepala menunduk. Di lanjutkan dengan tertawa yang bukan khas dari ketawa raka. Ia menunjuk aku lalu berkata

"kowe getih seng tak pingini." (Kamu darah yang aku inginkan.) Ucapnya dengan menggunakan bahasa jawa.

aku lari menuju pintu keluar namun pintu terkunci. Aku terpojok dengan menodong kan pisau ingin menusuku.

"Aaaakh" teriaku saat lengan kanan ku tergores pisau lenganku mengeluarkan darah yang lumayan banyak . Ibu langsung menahan raka saat ingin menusukan pisau ke perutku.

Dan ibu membisikan doa kepada setan yang telah menggunakan tubuh raka untuk pelantara membunuh aku dan ibuku. Karna tak kuat menahan sakit aku pun tak sadarkan diri.
Setelah semalaman aku pingsan akhirnya aku kembali sadar. Terlihat tangan ku terbalut perban. Namun kepala ku masih sedikit pusing.

"Nak kamu sudah sadar?" Tanya ibu dengan penuh kasih sayang.

"Iya bu, bu apa ibu masih mau tinggal di rumah ini?" Aku berterus terang kepada ibu pasalnya ibu masih terus ingin berdiri di rumah ini.

"Nak ini kan rumah peninggalan ayah mu jadi ibu tidak ingin meninggal kan tapi karena keadaan sekarang begini ibu jadi bingung ibu tidak punya uang cukup banyak untuk membeli rumah ataupun menyewa yang setiap bulanya membanyar dengan uang tak sedikit nimas.."kata ibu menjelaskan panjang lebar.

"Ibu kita bisa tinggal di rumah nenek yang dulu kan." Sahut raka yang dari tadi ternyata mendengar pembicaraan kita.

Tapi anehnya kenapa raka bisa tau dengan cepat tentang rumah nenek yang telah lama kosong Seperti ada yang memberi tau raka. Ibu menanggapi baik ide raka dari pada rumah nenek kosong karna nenek pindah diluar kota bersama kakaknya mendingan kita tinggali saja rumah itu. Lagian menurutku rumah nenek ramai banyak tetangga tetangga yg ramah karena rumah nenek ada di per desaan tidak seperti rumah ini yang terletak di perumahan yang sepi. Saat aku sedang berbincang bersama ibu dan raka aku terpikir sebenarnya siapa yang tega mengirimkan tumbal kepada kita seperti tadi malam. Yang belum aku mengerti sebenarnya ayah salah apa. Dan siapa.....

Ingin tau kisah selanjutnya
Tungguin ya....😊

NANTANG URIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang