#5 KANJENG NYAI

5.6K 159 6
                                    

Panggilan azan subuh terdengar di telingaku. Aku terbangun membuka jendela kamar rumah sakit tempat dimana raka dirawat. Aku membangunkan ibu yang terlihat tidur dengan pulas karna semalaman menjaga raka. Aku dan ibu mengambil air wudhu dilanjutkan sholat berjamaah di mushola rumah sakit. Aku berdoa kepada allah meminta agar sakit yang ada dalam diri raka di angkat oleh allah dan diselesaikan segala masalah. Matahari mulai menampakan diri. Yusuf datang membawa sebuah rantang yang ternyata berisi sarapan. Kita makan bersama sama. Setelah makan aku dan yusuf berangkat sekolah tanpa raka.

Yusuf berjalan berdampingan denganku. Tapi ia menunjukan jalan yang berbeda dari bisanya. Bukan sebuah aspal yang kami lewati namun jalan setapak sempit yang penuh dengan tumbuhan ilalang tinggi. Aku sedikit marah kepada yusuf ia petunjuk jalan yang bodoh. Lalu aku bertanya apa maksud dan tujuanya melewati jalan yang berbeda dari biasanya. Ia tak mengeluarkan sedikit kata ia terus berdiam diri tak menggubris omongan ku. Huh dasar dia. Ia terus berjalan sikap nya tampak berbeda yang biasanya yusuf banyak bercerita sekarang mulutnya bungkam. Aku kualahan dengan jalan berkerikil dan becek ini. Aku sudah berjalan cukup lama tak seperti biasanya kaki ku juga mulai capek. Aku merasa ada yang tak beres. Jalan yang kami lewati bukan mengantarkan kami kesekolah melainkan ke hutan dibukit ronggo. Langkah kaki yusuf terhenti ia berbalik badan menghadap kearah ku.

"Suf yusuf kok berhenti emang ini jalanya benar suf kamu gak salah kan." Aku terus mengajukan pertanyaan.

Yusuf membentaku "diiiiaaam!!". Aku takut jika yusuf marah.

ini bukan Yusuf yang aku kenal. Ia menyuruhku untuk duduk di bawah pohon besar mungkin ia tau kalau aku lelah cuma aku bingung kita seharusnya buru buru menuju sekolah tapi kenapa yusuf dengan santainya menyuruh untuk istirahat aneh sekali anak itu. Tak lama kemudian ia meninggalkanku.

"Yusuuuuf kamu mau kemana woy kita harus berangkat sekolah ini." Aku berteriak kalang kabut.

Kini hanya aku seorang diri. Aku hanya berdoa dan keringat dingin mulai keluar dari badanku menandakan aku takut. Sudah 1 jam kita habiskan untuk berjalan terutama aku yang harus menunggu yusuf pergi entah kemana dan tak tau akan kembali tidak. Dari balik semak semak yusuf keluar dengan membawa minuman dengan wadah cangkir kuno yang berisikan air dengan kembang tujuh rupa. Dia memaksaku meminum air ini. Dengan sekali tegukan aku mulai tak sadarkan diri.

****

Sementara di rumah sakit yusuf datang menayakan dimana nimas dikarenakan nimas tidak berangkat kesekolah. Ibu langsung terkejut

"yusuf apa apan ini bukanya kamu sudah pergi bersama nimas lalu kamu memberi kami sarapan." Raut wajah yusuf berubah. Matanya bertatap kosong.

"Bu saya sama sekali tidak datang kesini tadi pagi saya membantu bu sofya dirumah, jangan jangan... bu kita harus mencari nimas."Pinta yusuf.

Ibu langsung membawa tas mencium kening raka yang ketika itu masih tertidur pulas Ibu memunta suster untuk menjaganya. Ibu menutup pintu kamar rimah sakit dengan pelan pelan. Dan ketika ingin melangkahkan kaki keluar perut ibu terasa mual. Ia langsung menuju wastafel kamar mandi yang ia keluarkan dari mulut bukanlah sisa nasi tadi namun paku paku kecil dan rambut hitam yang panjang. Paku tersebut melukai daerah mulut ibu dan mengeluarkan darah. Ibu syok dan takut air matanya nya pun menetes melihat sebuah benda tajam yang ia keluarkan tersebut. Para suster dan dokter segera menolong ibu. Yusuf beetanya kepada ibu apa makanan yang dibawa seseorang yang menyerupainya. Lalu ibu menjawab dia membawa nasi putih dengan daging sapi dan mie goreng lalu yusuf seperti mendapat gambaran bahwa yang di makan bukanlah nasi melainkan paku paku kecil yang jumlahnya tak terbatas lalu daging yang dimaksud bukanlah daging sapi daging itu sebuah daging dari monyet betina dan mie itu ada rambut manusia mati makanan tersebut biasa ditemukan di sesajen.Yusuf tak membuang banyak waktu ia mengambil keputusan untuk mencari nimas.

NANTANG URIPWhere stories live. Discover now