#6 ROHKENCONO

5.2K 146 20
                                    

Esok harinya aku masih terpikirkan dengan mimpi semalam. Apakah aku bisa? Menjalankan perintah kakek.

"Nimas... kamu masih takut sama aku, nimas lupain aja masalah kemarin." Ucap yusuf sembari duduk dibangku kelas.

"Berisik diem to." Ucap ku dengan ketus.

"Dih galak e pok padahal aku pak ngei reti sesuatu." (Dih galak banget padahal aku mau kasih tau sesuatu.) Ucapnya

Tangan ku di tarik olehnya mengajaku ke belakang sekolah.

Yusuf mulai berbicara dengan pelan

"tadi pagi jam 3 ada orang meninggal dan gak ada yang tau penyebabnya mayatnya berlumuran darah dengan kepala di penggal serta tangan dan kakinya terikat karena keluarganya malu dengan kondisinya akhirnya mayatnya langsung di kubur." Yusuf berbicara dengan dahi di kerutkan.

"Inalillahi... sekarang dah di kubur? Trus kok kamu ngerti to ?" Tanyaku.

"Lah kan dia masih saudaraku nimas.. dan juga masih keluarga kakek mu cuman ya kamu gak bakal ngerti." Jelas yusuf

"Anterin ke tempat mayat ditemukan tadi sekarang." Entah apa yang kupikirkan tiba tiba aku penasaran dengan kejadian tersebut. Yusuf menolak karena ini masih jam sekolah. Namun aku terus memaksanya.

Sesampainya disana bau hanyir darah masih tercium walau banyak koran yang menutupi. Mataku mulai berkunang kunang. Aku melihat sebuah rangkaian peristiwa ada sebuah kereta kencono lengkap dengan kuda dan kusir. anehnya kusir tersebut menggunakan pakaian seragam kerajaan tanpa kepala dan darah menodai warna hijau pakain yang ia kenakan. Kereta kencono seperti menjemput seseorang disebuah rumah. Lalu keluarlah si pemilik rumah dan pemilik di bawanya pergi. Tepat di tempat kini ku berdiri kereta kencono berhenti. Keluar bapak tua yang tadi dengan keadaan tangan terikat di belakang. Dibelakangnya aku hanya melihat bayangan seseorang di tanah dan ia mengeluarkan sebuah senjata panjang yang mendarat tepat dileher si bapak tua. Darah memuncrat dimana mana kepala si bapak terlempar dengan mata yang masih terbuka lebar. Nafasku terengah engah dan sadar itu semua hanyalah alam bawah sadarku.

"Koe kenapa to ojok ngalamun." (Kamu kenapa jangan ngalamun) kata yusuf sembari mengelus pundaku.

"Suf ndewe kudu cepet muleh onok seng pak aku omong no." (Suf kita harus cepat pulang ada yang mau aku omongin) aku mengajak yusuf kembali karena tak mungkin aku bercerita ditempat kejadian.

Kami sampai di rumah aku bilang kepada yusuf bahwa aku tau kejadianya serta memberi tahukan.

"Kereto kencono?!" Tanya yusuf menggaruk rambutnya .

" iya tadi aku lihat kereta kencana. tapi aku lihat kusir nya gak ada kepalanya." Jelasku.

"Itu kereta kencana rohkencono yang mau menjemput nyawa korbannya. Orang yang mau dibunuh kepala penggal. Pak kusir tadi salah satu korban yang dijadikan budak ilmu gila tersebut"kata yusuf.

Seketika bulu kuduku berdiri. Dering telefon rumah berbunyi. Aku menjawab rupanya itu suara ibu dari rumah sakit.

"Halo..."

"Iy ini siapa."

"Lho nimas kok kamu di rumah."

"Emm iya buk tadi nimas izin kepala nimas sakit." Aku memberi alasan.

"Nduk raka nduk.." suara ibu bergetar menahan tangis

"Bu kenapa bu raka kenapa."

" kamu harus cepat pulang ini soal raka."
Tut..tut suara telfon rumah terputus.

Aku bergegas menuju rumah sakit bersama yusuf. Karena panik aku hampir saja tertabrak sepeda motor.

Aku sampai di kamar rumah sakit. Terlihat raka berbaring dengan mata terbuka lebar memerah dan muka pucat tak bergerak di ranjang. Entah apa yang terjadi pada raka. Dokter dan suster telah angkat tangan. Aku tak ingin raka kenapa napa. Aku terus menanyainya tentang apapun itu. Sudah 5 jam sejak tadi pagi hingga kini keadaan raka seperti itu. Ibu yang duduk disamping raka terus membaca doa kepada allah. Badanya kejang kejang dengan tiba tiba. Ia berteriak berteriak sangat kencang. Bahkan semua orang di lantai ini mendengar terikanya. Ia loncat dari tempat tidur dan menari nari teriak menari begitu seterusnya. Hingga ibu memutuskan membawa pulang raka dari rumah sakit. Raka dibawa pulang dengan kondisi tangan dan kaki nya terikat tali. Aku menangis melihat kondisi raka. Yusuf yang duduk disampingku terlihat terus berdoa berzikir pada allah. Kami pulang kerumah di antar ambulance. Raka ketika memasuki rumah diam tak lagi bertingkah aneh. Ia memasuki kamar dan berbaring di ranjang. Itu terlihat biasa saja sudah beberapa kali kejadian ini terulang apa yang sebenarnya terjadi?!. Raka masih mengurung diri didalam kamar hingga waktu makan malam tiba aku membujuknya untuk makan karena sejak tadi siang ia belum makan. Saat ku bujuk dengan halus ia tertawa kencang lalu mengelus rambutku layaknya orang dewasa.

NANTANG URIPWhere stories live. Discover now