#8 Saat Tawa Berakhir Tragis. (new ending)

4.5K 161 46
                                    

HAI GUYS... GIMANA KABAR KALIAN SEHAT KAN.... MAKASIH YANG SUDAH SETIA MEMBACA CERITA INI😊❤
Warning!!!
Cerita ini haya fiksi semata dan semua adegan berbahaya dalam cerita ini tidak untuk ditiru! And happy read...
______________

Hasil CCTV yang kami lihat tak ada hasil. Aku dan yang lainya hanya melihat kejadian sebelum pak kus terbunuh. Sebenarnya pak kus di panggil bapak kepala sekolah karena menjadi saksi dan tahu siapa yang membunuh 7 orang di gerbang sekolah. Namun naas sebelum pak kus sempat menginjakan kaki di ruang kepala sekolah badanya tersungkur lalu ia tertarik oleh sesuatu yang tak telihat. Dari situlah pak kus berteriak kalang kabut hingga satu sekolah mendengarnya. Lalu di detik terakhir kami tak melihat siapa pembunuhnya karena seketika buram dan kabur. Kami kecewa yang kami lihat setelah itu hanyalah mayat pak kus yang telah terbujur kaku.

****

Beberapa hari setelah kejadian penuh darah itu. Warga desa masih berduka. Namun tak ada angin tak ada hujan ada pemberi tahuan di kotak info desa bahwa akan ada pagelaran wayang. Tapi anehnya kami tak tahu siapa yang menyelengarakan acara tersebut. Tak memikirkan hal tersebut bapak bapak dan ibu ibu mereka langsung memamasang wajah gembira karena hampir semua warga sangat menyukai pagelaran tersebut.

Wajah lesu dan penuh lelah ibu berubah drastis menjadi sumringah. Yusuf juga nampak antusias. Entah kenapa hanya hatiku yang merasakan ada yang mengganjal, tapi biarlah mereka senang aku juga ikut senang. Berbeda dengan raka ia masih juga belum sadar masih terbaring lemah.

Satu hari sebelum pagelaran itu di adakan ibu dan aku bertamu kerumah pak dhe Wasta anak dari ki mukhti,ki mukhti yang kemarin juga menjadi korban. Kami membawa sebuah rantang dengan makanan ringan didalamnya. Saat kami mengetuk pintu dan mengucapkan salam istri dari pakdhe yang menyambut. Kami di persilahkan duduk di kursi tamu.dia meninggalkan kami dan memberi tahu pak dhe. Tak selang lama istri pak dhe kembali dan mengajak ibu dan aku ke tempat pak dhe. Kami diantar menuju tangga yang arahnya ke lorong tanah. Aku menuruninya suara hentakan telapak kaki kami bisa di dengar di ruangan ini saking heningnya. Tempat ini persis seperti goa namun dengan aroma kemenyan bercampur bunga tujuh rupa sangat harum yang membedakanya. Aku heran ada tempat macam ini di salah satu rumah di desa yang sama sekali belum aku lihat sebelumnya.

Istri pakdhe membukakan sebuah pintu di tempat seperti goa tersebut. Terlihat pak dhe duduk bersila beralaskan tanah, matanya yang tertutup rapat setibanya kami disana terbuka,ia senyum menyeringai kedatangan kami. Dalam ruangan itu terletak bunga sedap malam di samping pak dhe bersemedi. Ibu meletakan rantang tersebut. "Matursuwun retno,nimas sampun repot repot." (Makasih retno, nimas sudah repot repot) kami berdua menggelengkan kepala. "Ada yang ingin ku bicarakan bersama kalian karena gak ada orang lagi yang bisa aku ajak bertukar pendapat." Ucap pak dhe sembari membuka rantang dan memakan bersama termasuk istri pak dhe.

"Gimana kondisi anakmu raka?" Tanya pakdhe pada ibu

"Ya... begitu raka belum juga sadar ia masih terbaring lemah setiap kali aku melihatnya tak terasa air mataku membasahi pipi tapi ndak papa aku akan tetap sabar." Balas ibu.

"Owh gitu, akhir akhir ini aku firasatku buruk semenjak akan di laksanakan pagelaran wayang tersebut walau sejujurnya aku si seneng." Timpal pakdhe.

"Emm iya pak dhe perasaanku juga ada yang mengganjal." Ternyata tidak hanya aku yang merasakanya.

"Kita harus tetap ati ati aku ngerasa ada musuh dibalik selimut dibalik ini semua." Pak dhe mulai curiga.

"Maksud, sampeyan piye to?"(maksud kamu gimana sih) Ucap istrinya

"Ndak, aku cuma bingung ini semua ada hubunganya dengan keraton atau murni perbuatan Rohkencono." Pak dhe menjelaskan maksud perkataanya pada kami.

NANTANG URIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang