Masa Lalu Pria Itu

34 2 5
                                    

Malam itu, di ruang baca.

Kami menuju ke arah sebuah meja kaca berbentuk bulat berwarna putih mengilat dengan dua buah kursi rotan berbentuk seperti kerang yang letaknya berhadapan.

Saat melangkah memasuki ruangan itu, aku bisa melihat beberapa perabot antik yang bernilai seni. Sebuah ruang baca yang bergaya minimalis dan elegan. Cantik. Aku lebih tertarik pada ruang baca itu daripada keinginan mengetahui maksud Halmeoni membawaku ke tempat itu.

"Duduklah." Halmeoni mempersilakan seraya duduk di salah satu kursi.

Aku duduk di kursi yang berada di hadapannya.

"Himalaya. Itu namamu?" tanyanya sambil menuangkan teh dari sebuah teko kaca ke cawan teh buatan tangan yang sudah tersedia di meja itu sejak kami datang.

"Ya."

"Kamu berasal dari Indonesia?" Halmeoni menyodorkan secawan teh ke hadapanku.

"Ya. Terima kasih."

"Siapa orangtuamu, atau dari keluarga seperti apa kamu. Bagiku itu tidak terlalu penting," Halmeoni berkata sambil menuangkan teh untuk dirinya sendiri. "Karena yang terpenting adalah pilihan cucuku."

Aku suka cara berpikirnya.

"Sudah berapa lama kamu mengenal Taeyang?" tanyanya.

"Cukup lama," jawabku.

"Selama apa?"

"Sebenarnya, kami sudah saling kenal sejak lama," jelasku. "Tapi, kami baru bertemu lagi beberapa waktu belakangan."

Halmeoni mengerutkan dahi. "Begitukah?"

"Ya."

Ia terdiam sejenak, lalu berkata lagi. "Apa kamu tahu, siapa gadis yang berbincang dengan Taeyang di ruang makan tadi?"

"Kim Hae-Won Eonni?"

"Benar. Kim Hae-Won," ujarnya. "Dia adalah gadis baik-baik yang kami harapkan bisa menjadi pasangan Taeyang."

Ya, tentu saja. Itu bisa dimengerti.

"Keluarga kami sangat berharap mereka akan kembali bersama lagi," Halmeoni melanjutkan. "Karena bahkan setelah mereka memutuskan untuk berpisah, mereka masih selalu bersikap seperti saat mereka masih sebagai sepasang kekasih. Mereka tidak terpisahkan dengan mudah."

Aku mengangkat alis. Oh, begitu rupanya. "Kim Hae-Won Eonni memang sangat mudah disukai," kataku tanpa merasa terganggu akan informasi itu.

Halmeoni meneguk tehnya sambil mengamati sikapku.

Aku tidak tahu, apa sebenarnya yang ia inginkan saat membawaku berbincang di tempat ini. Tetapi, aku pikir saat ini ia sedang menilaiku, itu terlihat jelas dari bagaimana caranya melihat ke arahku.

"Kim Hae-Won dan Taeyang telah berteman sejak mereka kecil," Halmeoni berkata, "Hae-Won adalah satu-satunya gadis yang mampu menangani Taeyang yang menjadi sangat berubah sejak ia ditinggalkan ibunya."

Aku mengangguk. Aku bisa memahaminya. Mereka berdua sudah berteman sejak kecil, mereka menjadi dewasa bersama dan mereka pernah menjadi sepasang kekasih. Mereka memiliki hubungan yang baik.

"Taeyang adalah seorang pria yang sangat baik." Halmeoni menatap lurus ke arahku. "Kukatakan ini bukan karena dia cucuku, tapi karena begitulah kenyataannya. Dia adalah seorang pria yang baik, meski terkadang dia selalu melakukan sesuatu yang membuat orang akan menjauhinya. Dia hanya seseorang yang tidak mudah membuka perasaannya dan tidak bisa mengungkapkan perasaannya dengan benar."

Game OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang