Pria Bunga Matahari dan Pria Cincin

5 1 0
                                    

Berbagai hal di masa lalu menjadi semakin samar saat aku beranjak dewasa.

Banyak hal yang hilang karena terlupakan. Hanya beberapa yang terkadang kembali, terlintas begitu saja.

Dan hari ini, kenangan samar ketika aku masih seorang gadis kecil tiba-tiba saja terlintas. Ke hari itu, saat musim sedang dingin seperti sekarang.

'Dia datang lagi dan menatap dinding itu lagi.'

Dia yang berdiri di depan Dinding Kenangan terlihat menyilaukan di bawah cahaya lampu.

"Dunia ini," ucapnya sembari menatap lurus ke arah foto-foto di Dinding Kenangan, "adalah dunia yang tidak akan pernah bisa dimiliki oleh siapa pun lagi."

"Oppa," kataku sambil melangkah menghampirinya, "tulis saja surat pada orang itu,"

Pemuda bertubuh jangkung itu menoleh dan tersenyum. Dia sangat jarang tersenyum, jadi saat tersenyum dia terlihat benar-benar manis. Matanya menatap, berbinar cerdas dan tajam—meski sering terlihat sedih, tatapannya selalu terasa hangat. Rambutnya yang hitam menjadi berkilau saat ditimpa cahaya dan poninya jatuh di dahinya dengan sedikit berantakan. Jika dia berdiri di keramaian, dia pasti akan menjadi pusat perhatian dengan mudah.

"Surat?" ujarnya.

"Ya. Kirimkan kepada orang yang selalu Oppa lihat di Dinding Kenangan."

"Oh, itu ..."

Kusodorkan pena di tanganku padanya. Bunga matahari kaca di ujung pena itu berkilau-kilauan. "Ini!"

"Untukku?"

Aku mengangguk dan tersenyum lebar. "Ini adalah tongkat sihir kesayanganku. Sekarang kuberikan pada Oppa untuk digunakan seperti si ... hir ...."

"Baiklah!" Ia berlutut dengan satu kaki ditekuk ke lantai dan mengulurkan kedua tangan padaku, berlagak seperti menerima sesuatu dari seorang ratu.

Kuletakkan pena itu ke tangannya. "Kuserahkan padamu, Oppa."

"Terima kasih, Nona Penyihir Cantik!"

"Hihihi ..."

Sebagai gadis kecil, aku sangat menyukainya. Dia membuatku gembira setiap aku melihatnya datang mengunjungi Haebaragi. Aku yang saat itu masih seorang gadis kecil—hingga sekarang pun—menganggapnya sebagai Cheotssarang Oppa. Oppa cinta pertamaku.

Senyumanku mengembang karena ingatan masa lalu itu. Wajah Oppa di Dinding Kenangan itu membuatku mengingat sesuatu yang saat beranjak dewasa hanya kuanggap sebagai 'kisah masa kecil yang lucu'.

"Dia mengenalku sejak semula," aku bergumam sendiri. "Oppa ... bukan, Taeyang ssi."

Wajah Oppa di dalam bingkai foto di Dinding Kenangan itu dan wajah pemuda di dalam bingkai foto di ruang baca apartemen Taeyang, adalah wajah yang sama. Ya, Cheotssarang Oppa dan Taeyang adalah orang yang sama.

Aku tidak menyadari pada awalnya. Namun, hari itu, ketika melihat Taeyang berdiri di depan Dinding Kenangan—saat ia datang ke Haebaragi untuk mengajakku menemui Halmeoni—aku pun mengetahuinya.

Wajahnya menjadi semakin tampan saat usianya bertambah, ia pun telah membentuk tubuh dengan berolahraga. Penampilannya berubah dibandingkan saat usianya dua puluhan.

Akan tetapi, ada satu hal yang tidak berubah. Dia yang dulu dan sekarang masih membuatku menanyakan sesuatu yang sama.

"Foto siapa yang selalu dilihatnya di tempat ini?"

Game OverDonde viven las historias. Descúbrelo ahora