Bab X

610 34 0
                                    

"ARAA!! BANGUN! BANGUN!!"

Uh, aku mengerjapkan mataku yang terasa berat. Cahaya matahari sudah menyembul dari jendela kamarku. Menoleh ke orang yang tidak merasa berdosa sudah menganggu tidurku.

"Hmm..." Aku hanya berdeham, sementara laki-laki itu beranjak ke meja belajarku. Mengambil sesuatu, seperti tampan.

"Bangun dulu yuk!"

Aku mengangguk, "Lo kok bisa di sini?"

"Ya bisa aja, mana ada yang ga bisa wek."

Aku hanya menggeleng dengan tingkah Kay, tubuhku rasanya panas dingin. Uh, sepertinya aku benar-benar akan terserang sakit.

"Lo mau cuci muka dulu?" Tanya Kay.

"I--iya," jawabku.

Aku pun mencoba untuk beranjak. Ah tumben, kakiku rasanya seperti jelly. Tapi sebisa mungkin, aku  mbangun walau Kay membantuku hingga di depan kamar mandi. Begitu kembali, aku melihat Kay sedang berada di luar kamarku.

"Ngapain lo di sana? Mau bunuh diri?" Ucapku walau dengan suara kecil.

Kay terkekeh, lalu berjalan ke arahku. "Kalau gue bunuh diri siapa yang mau temenan sama lo?"

"Banyak. Tuh masih ada Riani,"

"Oh riani doang? Pantes jomblo mulu."

Aku melotot, ingin rasanya aku pukul mulutnya itu pake puh sayangnya tidak bisa. Aku memilih bersandar di kepala ranjang.

"Ayo! Makan dulu," sahut Kay.

Kay pun mengambil mangkok yang berada di atas nampan. Mengaduk sebentar dan menyuapiku. Aku tidak bisa menolak, dan memilih untuk memakan.

"Semalam gue denger dari jendela gue, kamar lo rame ra. Terus gue langsung telepon Ori, katanya lo ngigau. Terus katanya lo demam tinggi," jelas Kay.

Masa sih semalam aku mengigau? Rasanya nihil. Apa karena kondisi fisikku? Ah ya, aku baru ingat. Semalam aku tertidur setelah meminum obat karena kepala rasanya berat. Dan sekarang, malah badanku seperti di remuk.

Ceklek.

Aku menoleh, melihat Bunda dan Ayah yang sudah rapih. Aku mengeryit, mau kemana? Batinku.

"Araa, udah bangun sayang?" Tanya Bunda yang sudah ada di sampingku.

Samar-samar aku dengar,

"Terima Kasih Kay. Udah mau jagain Ara." Suara Ayah.

"Bunda sama Ayah mau kemana?"

"Loh? Kamu lupa? Kita mau ke Surabaya sayang, tadinya mau dibatalin takut kamu masih sakit. Tapi untunglah kamu sudah sadar," jelas Bunda.

Aku menepuk dahiku, "Hehe, Ara lupa bun. Yaudah, Ara kan udah baik-baik aja. Lagian ada ka Ori, Renan sama Kay kok."

"Iya, kalau gitu Bunda sama Ayah pergi yah. Cepet sembuh sayang," ucap Bunda dan bangkit mencium keningku, bergantian dengan Ayah.

"Yuk Kay, om sama tante titip Ara ya!"

"Siap om! Hati-hati," sahut Kay.

Kay pun kembali duduk di sampingku, dan menyuapiku kembali. Kemana dua orang saudaraku? Rasanya rumah sepi, biasanya mereka paling hyperaktif kalau ada sesuatu.

"Ori ada rapat dadakan di kampus, kalau Renan katanya ada kelas pagi hari ini." Jelas Kay.

"Lo bisa baca pikiran gue?! Ckckck, hebat," ujarku.

(Not) FriendzoneWhere stories live. Discover now