Bab XII

729 36 0
                                    

Kay Pov-

Gue masih menatap ke arah di mana Ara dan Ori menghilang. Tatapan matanya, yang seolah memberikan jawaban "Gue gapapa". Semakin membuat gue merasa bersalah. Apalagi, dengan Nata yang menjadi korban dari ketidakpekaan gue ini.

"Ro?"

Panggilan Nata membuat gue menoleh. Dan menemukan dia yang tersenyum tipis. Sedikit menambah kekuatan untuk gue berdiri saat ini.

"Ga usah dipikirin ya," ujar gue dan mengenggam tangannya. Gue tahu, pasti Nata ngerasa bersalah dengan hubungan gue dan Ara yang mulai merenggang.

"Tapi gue..."

Gue langsung merangkulnya, dan berjalan ke arah Mozi dan Riani yang menunggu.

"Sorry, karena gue jadi ngacauin makan kalian." Kata gue ke arah mereka berdua.

Riani tersenyum, "Gapapa. Ara emang lagi ga stabil kayaknya. "

"Iya Kay, lo kaya ga tahu si Ara aja. Mungkin emang labilnya keluar. Yaudah, gue sama Riani balik ya?"

Gue mengangguk, mereka berdua pun berjalan menjauh. Sementara itu, gue memilih untuk berjalan kembali bersama Nata. Tapi, jantung gue berdebar tidak normal. Perasaan gue juga menjadi tidak enak dan tertuju ke Ara. Kenapa?

"Mending balik juga yuk Kay! Gue ga enak deh beneran sama hari ini. Nontonnya bisa lain waktu aja."

Nata mengenggam tangan gue. Gue hanya tersenyum, mengacak rambutnya. Dia benar-benar perhatian, seperti saat ini. Seharusnya, Nata ga harus merasa bersalah dengan semua ini. Seharusnya, gue juga harus bersama Ara. Tapi? Siapa yang bisa tahu kemana hati berlabuh?

"Gimana yaa Ro, gue kaya ngerasa jadi penghancur kalian banget. Seharusnya, awalnya gue ga ngerespon lo. Karena, gue tahu Ara ada rasa lebih sama lo. Seharusnya lo sama dia."

Perkataan Nata membuat gue menoleh. Mencoba menghirup nafas panjang, dan menangkup kedua pipinya.

"Lihat gue nat. Lihat mata gue! Kalau dari awal gue suka sama Ara lebih dari sewajarnya, gue ga mungkin bersama lo! Gue ga mungkin mau ngejar lo sampai kaya gini. Lihat gue, lihat perasaan gue ini Nat. Cuman lo, tempat ternyaman buat gue. Jadi, gue harap lo tetap berada di samping gue selamanya," Menarik nafas kembali, "Jangan mikirin ini semua. Cukup lo di samping gue, genggam tangan gue. Itu udah lebih dari cukup. Untuk masalah Ara, gue mohon lo ngerti karena gue tahu ini masalah yang rumit."

Nata menangis, dan mencoba mengenggam tangan gue. "Jangan takut ro, gue selalu ada di samping lo sampai kapanpun. Gue bakal selalu ngertiin lo, jika nantinya lo milih Ara juga gue gapapa."

Gue menggeleng, dan memeluk Nata. "Sepertinya ga bakal. Dan, lo harus dengar kata Ara tadi. Jaga gue teruss yaa, kan gue baby lo!"

"Hahahah," Nata tertawa ketika gue mengucapkan baby. Lega, melihat dia tertawa. Gue pun mengecup keningnya.

"Love you. Lebih baik lo ketawa dibanding nangis tau. "

"Love you too ro."

"Yaudah yuk balik. Udah malem juga, nanti gue diomelin sama ortu lo lagi," ajak gue. Gue pun membuka pintu mobil untuk Nata dan berlari ke arah kemudi.

Sepanjang perjalanan, sesekali gue mengeluarkan lelucon gue dan mengenggam tangannya. Untuk menutupi perasaan gue yang tidak menentu saat ini.

*

Jam di dashboard mobil gue menunjukkan jam 10 ketika gue berhenti di depan rumah Ara. Karena kemacetan yang tidak biasa gue baru sampai jam segini, padahal seharusnya gue sampai jam 9 tadi. Gue menoleh ke arah rumahnya, terlihat Mobil Ori ada terparkir. Apa mereka sudah sampai? Apa gue harus nyamperin Ara sekarang?

(Not) FriendzoneWhere stories live. Discover now