11. BERTEMU UNTUK MERELAKAN

4.6K 178 0
                                    

"Hai, long time no see."

Ara berbalik. Jantung nya terasa seperti jatuh dari tempat seharusnya berada. Mata nya tidak bisa lagi berkedip, bibirnya terkatup, dan tidak lupa deru jantungnya yang sangat cepat. Di depannya, tepat depannya laki-laki dengan mata berwarna biru berdiri dengan senyum.

Ara mencoba untuk mundur. Kaki nya gemetar, perlahan dia mundur. Dia belum siap. Sangat belum siap. Dipertemukan dengan Kay seperti ini. Ya pria di depannya ini adalah Kay.

Pria yang membuatnya tidak bisa jatuh cinta. Pria yang memiliki tatapan mata itu, yang terlalu nyaman untuk dirinya hingga menyakitkan.

"Ara?" Kay mencoba memanggil Ara.

"Ara. Ini gue, Kay."

"Ra?"

Ara mengedipkan matanya, mengepalkan jarinya. Jujur, dia tidak tahu harus apa saat ini.

"Ra? Maaf. Maaf gue hadir di sini."

Ara masih terdiam.

"Ra, maafin gue. Gue..."

Kay melangkah lebar dan memeluk Ara. Tangisnya pecah, ia bukan pria yang biasa menangis. Tapi kali ini, dia menangis.

Ara yang merasakan Kay menangis, turut hanyut. Ini menyakitkan.

"Kenapa lo datang Kay? Gue belum siap. Gue belum siap ketemu sama lo."

"Ra, maafin gue ra. Jangan terus-terusan kabur kaya gini ra. Gue di sini harus sampai kapan? Sampai kapan nunggu lo?"

"Lo ga perlu nunggu gue Kay. Karena hanya gue yang nunggu. Lo tahu kan kay? Seberapa cinta nya gue sama lo? Seberapa nya terluka gue? Tapi lo ga akan pernah ada untuk gue Kay. Lo bisa bahagia dengan pilihan lo."

Kay melepaskan pelukan Ara. Mengusap pipi Ara.

"Bagaimana caranya biar gue bisa nebus dosa gue ra? Gue mau kita kembali ra. Maafin gue, maafin hati gue. Yang ga pernah bisa buat lo ra. Tapi yang harus lo tahu, gue sayang sama lo ra. Sayang banget."

Ara ambruk, Kay menahannya. Bukannya semakin membaik, jantungnya serasa ingin pecah. Ara terus menangis. Berharap Renan atau Ori ada di sini. Dan membawanya pergi. Rasanya masih menyakitkan, meski tidak menyakitkan. Sejak ada Angga. Ya, sejak ada Angga hari-harinya sedikit.

Ara menatap Kay. Mengusap rahang pria yang membuatnya terlalu jatuh cinta. Apakah harus melepaskan?

"Kay."

Kay mengangguk. Ara melingkari wajahnya, seolah menggambar bagaimana rupanya.

"Maaf, gue egois." Ara menangis kembali.

"Maaf, gue ga bisa lupain lo. Maaf, gue egois tentang kita. Maaf gue yang sepihak hilang dari pertemanan ini. Maaf, gue yang ga pernah berjuang. Maaf, gue yang selalu menjadi beban buat lo."

Kay memeluk Ara erat. Tidak ini bukan salah Ara, ini adalah takdir. Takdir yang tak mengizinkan mereka bersatu.

"Gue juga egois ra. Maaf, gue ga pernah belajar. Maaf, gue ga pernah mencoba. Maaf, gue selalu buat lo sakit. Gue sayang lo ra. Lo adalah sahabat terbaik yang gue miliki. Selamanya ra. Gue ga akan lepasin lo selamanya sebagai sahabat."

"Gue benci itu kay. Karena atas nama persahabatan kita begini. Atas nama persahabatan, gue jatuh hati sama lo Kay. Dan sangat-sangat memberatkan."

Kay tidak sanggup berkata lagi. Di antara matahari yang hendak tenggelam, mereka hanyut dalam pelukan hangat. Menyalurkan kerinduan.

"Gue.."

Ara mencoba berbicara. Sesuatu yang terpaksa ia lakukan. Sesuatu yang harus ia relakan.

"Kenapa ra?" Kay melepaskan pelukannya. Mengusap kembali sedikit air mata.

"Gue akan ngelepas lo Kay. Gue akan biarin lo bahagia. Lo harus bahagia, tanpa melihat gue. Terima kasih udah temui gue hari ini. Terima kasih, Kay. Gue sekarang rela ngelepas lo. Untuk pergi dan menetap dengan hati lo."

Ara menangis, menaruh tangannya di dada Kay.

"Gue tahu, di sini bukan nama gue. Tapi nama wanita lain. Dan ga ada sedikit tempat buat gue. Gue ga marah, atau kecewa. Gue hanya mengetahui ini adalah takdir gue. Terima kasih, sekali lagi. Lo udah berani nemuin gue. Gue akan coba. Untuk melepas rasa ini untuk lo. Pertemuan kita ini akan menjadi awal gue ngelupain lo Kay."

"Ra.."

"Gue cinta sama lo Kay."

Ara mendekat, mengecup bibir Kay. Air matanya kembali menetes. Lama ia menempelkan bibirnya dengan bibir Kay. Jadi ini rasanya mencium orang yang di sayang?

Ara melepaskan bibirnya. Dia membuat sebingkai senyuman di bibir.

"Terima kasih Kay, untuk cinta dan juga luka. Jaga diri baik-baik. Gue akan kembali sebagai Ara lo. Kasih gue waktu. Sebentar lagi. Dan gue ga akan ngejauh."

Ara bangkit dari duduknya. Bahkan ia tidak sadar Angga melihat nya tadi. Ara bangkit dan menghadap ke belakang. Di depannya ada Angga, dia tersenyum. Angga hanya mengangguk. Dan berjalan ke arah parkiran mobil. Ara mengikuti itu, masuk ke kursi sebelah kemudi.

"Lo ga apa-apa?" Tanya Angga saat ia sudah berada di dalam mobil.

"Gue lagi ga mau bercerita saat ini."

Angga hanya mengangguk dan menurut. Sementara Ara terus menangis, dan melihat keluar yang sudah mulai gelap. Di mana semuanya menjadi saksi. Saksi atas pertemuan dia dan Kay. Saksi di mana ia melepas Kay. Selamanya.

***

Aaaaaa, asli merinding pas past Ara kecup bibir Kay. Gatau kenapa, malahhhh gue yang degdegan. Huhu.

Thank youu all💔

Unless YouWhere stories live. Discover now