12. PELUKANMU

4.6K 176 0
                                    

Tidak terasa beberapa jam sudah di lalui oleh Ara dan Angga. Tidak ada satupun dari mereka yang bersuara. Di sisi lain, Angga tidak mau menganggu keadaan Ara saat ini. Meski dia diam, tapi Angga sadar bahwa air mata terus menetes dari mata bulat nan indah itu.

"Ra." Panggil Angga saat mobilnya berhenti tepat di depan rumah Ara.

Ara yang merasa nama nya terpanggil menoleh setelah menghapus air matanya.

"Udah sampai di rumah."

Ara terdiam sesaat. Rasanya ia sangat tidak ingin pulang hari ini. Terlalu berat dengan pertemuan yang ia alami. Jam di dashboard Angga menunjukkan pukul 23.00

Kemana lagi ia harus pergi jika tidak pulang?

"Kenapa? Ga mau pulang?" Pertanyaan yang keluar dari bibir Angga tepat sekali dengan apa yang dia rasakan.

Tanpa malu, Ara mengangguk.

"Belum siap pulang. Boleh antar gue ke hotel aja?" Pinta Ara.

Angga pun menarik kembali pedalnya, dan menjalankan mobilnya.

"Kalau emang ga mau pulang, lo bisa nginap dulu di apartemen gue. Kebetulan kan ada dua kamar."

"Ga usah ngga, gue nanti ngerepotin lo lagi. Gue bisa nginap di hotel aja."

Angga menepikan mobilnya. Sedikit bingung dengan sifat batu Ara yang masih aja muncul. Emang dia ga sadar apa? Kalau sekarang ini Angga sedang mengkhawatirkan perempuan di depannya ini.

"Kok berhenti di sini ngga? Lo ga mau anter gue?" Ara menoleh ke arah Angga.

Angga memajukan wajahnya. Bau parfum yang khas merasuk ke dalam hidung Ara. Tanpa ia sadari jantungnya berpacu kembali. Seperti tadi, tapi ada rasa menggelitik.

"Lo bisa paham ga sih? Gue tuh khawatir sama lo. Jangan semena-mena gini. Pokoknya malam ini lo tidur di tempat gue atau lo pulang. Ga ada pilihan lain."

Ara menghela nafas. "Oke-oke. Lo menang. Gue nurut sama lo."

Angga tersenyum dan mengusap rambut Ara. Tangannya turun ke pipi "berisi" milik Ara. Ara langsung membuang muka. Angga yang tahu bahwa itu penolakan kembali ke posisi mulanya, dan menginjak pedal mobil.

Tidak sampai 20 menit, mereka sudah tiba di sebuah apartemen mewah di mana Angga tinggal. Angga berhasil memarkirkan mobilnya dengan mulus pada basement, khusus penghuni apartemen.

"Ayo turun."

Angga melepaskan seatbelt. Ara dengan ogah-ogahan pun menyusul untuk turun. Dan mengikuti bos nya a.k.a rasa teman. Kepalnya menunduk, seolah-olah beban tidak menerima bila ia meneggakan pandangannya. Hanya lantai yang ia lihat dan hanya mengikuti Angga berdasarkan "feeling".

Bruk.

"Aw." Ara mengaduh, mengusap kepalanya yang terbentur sesuatu.

"Makanya kalau jalan liat ke depan bukan ke bawah." Ara mendongak mendengar suara Angga. Jadi ?

"Sakit ya?"

Ara hanya menggeleng. Dia menabrak dada Angga. Gila.

Angga masuk ke dalam lift dan mengeluarkan access card dan menekan angka 40. Sebenarnya Ara pernah ke sini, sekali hanya untuk mengantar berkas milik Angga. Tapi tidak pernah masuk bahkan melihat apartemen Angga.

Ting.

Pintu lift terbuka, Angga berjalan lurus menuju kamar yang terletak tepat di ujung. Ara mengikuti nya. Bunyi pintu yang terbuka membuat Angga menoleh.

"Ayo masuk."

Ara hanya mengangguk dan mengikuti Angga. Mereka berdua kompak melepas sepatu. Ara melihat interior apartemen Angga yang terlihat maskulin. Dengan nuansa black-white cukup sekali menggambarkan bahwa Angga orang yang "dingin" meski pun bersama nya tidak.

Ara menghempaskan tubuhnya di sofa milik Angga. Sementara Angga beralih ke dapur dan mengambil air mineral untuk nya dan Ara.

"Kamar lo di sana. Gue di sebelah. Kalau lo mau tidur ama gue pun, gapapa." Mata jahil Angga mengerling, Ara melotot dan melempar bantal sofa seadanya.

"Mesum."

"Bercanda gue. Yaudah gue mandi dulu. Lo mau ganti baju ga? Bau keringat."

"Pinjemin gue ya."

"Emang muat?" Lagi dan lagi mata Ara mendelik. Emang badan dia berisi, tapi bukan berarti tidak muat kannn??? Tanpa kendali, Ara mulai mengejar Angga. Tangannya sudah gatal ingin menjambak rambut laki-laki itu.

Tapi bukannya berhasil, Ara hampir saja mencium lantai. Untung tangan Angga dengan cepat tanggap menahan pinggangnya. Mata mereka berdua beradu, jantung nya seperti ingin pecah. Tapi Ara baru sadar, Angga sedikit mirip dengan Kay. Ada apa ini?

"Woi lepasin. Udah sono lu mandi dulu. Gue ke kamar yah. Thanks untuk tempat tinggalnya."

"Berasa rumah sendiri banget lu ya."

Ara hanya tersenyum dan masuk ke dalam kamar yang ditunjuk Angga. Badannya letih, apalagi hati nya. Dia pergi ke kamar mandi sebentar, dan kemudian naik ke atas kasur. Menatap langit yang gelap karena ia mematikan lampu. Sesaat, dia teringat dengan orang tua nya yang pasti khawatir. Ara mengambil handphone dari dalam saku nya.

Benar saja, ada beberapa kali panggilan tidak terjawab dari orang tua. Dan jangan lupakan ori. Ara menekan tanda "dial" ke kontak Ori. Tidak sampai tidak detik bunyi "tut-tut-tut". Kakaknya di seberang sana sudah menjawab.

"Kamu di mana?"

"Kamu di mana? Bunda sama Ayah khawatir."

"Angga ngapain kamu?"

Tanpa sadar Ara menangis.

"Kak."

Di sisi lain, Ori semakin tidak sabar. Dia tidak tahu adiknya di mana.

"Kamu kenapa? Di mana? Kakak jemput sekarang. Kamu ke pantai mana?"

"Aku mau sendiri dulu. Aku gapapa. Jangan khawatir."

"Kamu di mana?! Jawab."

Ara menghela nafas sesaat. "Kak, please. Aku baik-baik aja."

Jujur, dia belum bisa cerita. Entah kenapa nafasnya terasa sesak.

"Aku mau sendiri. Angga baik. Boleh?"

Ori menghela nafas panjang. "Nanti kakak call Angga."

Klik.

Sambungan telepon terputus. Ara merasa dada nya sesak. Semuanya tidak bisa ia terima. Batinnya sakit. Dan dalam keheningan malam, ia menangis kencang. Tidak peduli bila Angga mendengarnya.

Ara tidak sadar, bahwa Angga sudah berdiri tepat di samping nya. Dia mendengar tangisan Ara. Ia tahu, ini berat. Tanpa perlu izin, Angga merengkup kepala Ara dan menyandarkan pada dadanya. Bukannya semakin tenang, Ara malah menangis.

"Ara, lo gapapa. Lo baik-baik aja. Ada gue."

Ara terus menangis. Tidak tahu bagaimana basahnya baju Angga karena air matanya. Dia terus menangis, dalam pelukannya.

Pelukan seseorang yang mungkin membuatnya menjadi candu.

***

Asik-asik, next chapter! Yu🙂

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 30, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Unless YouWhere stories live. Discover now