Chap 1

20.5K 330 0
                                    

Kudapati diriku semakin tersesat, pada jalan
Lurus, penuh cahaya, tapi tak berujung.

/////////////////////////////

Bailland📌
Holland Park, London

"Apa dia sedang menguji kesabaranku?"

Tanya Lelaki yang tengah duduk di kursi kulit berwarna hitam pekat. Jarinya memainkan pulpen dengan bibir membentuk cengiran menakutkan.

"Lakukan seperti rencana, sepertinya dia belum mengenal siapa aku." Ucapnya geram.

Pengawal itu mendongak, melihat tuannya yang saat ini terlihat semakin mengerikan. Dia meneguk ludah serat, "Tapi Sir, kita akan mendapat dampak yang besar juga jika kita tetap menjalankan rencana itu."

"Terdengar seperti kau juga meremehkan ku." Tanyanya sinis.

"Tidak begitu Sir, aku hanya sedikit khawatir."

"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, aku masih punya seribu cara untuk menakhlukannya. Dia harus tahu dengan siapa dia berurusan, aku tidak suka diganggu."

Lama pengawal itu menatap tuannya sebelum akhirnya undur diri untuk segera menjalankan perintah sebelum tuannya itu mengamuk.

Setelah pengawal itu pergi, lelaki itu bangkit dari kursi. Kakinya melangkah menuju jendela besar yang memperlihatkan suasana kota yang ramai. Nafasnya berhembus berat, matanya menatap tajam pantulan dirinya yng terlihat samar-samar dari jendela kaca dihadapannya. Sekali lagi tersenyum, "Akan kutunjukkan padamu."

———-

"Selamat pagi tuan Armand." Ucap seorang wanita paruh baya yang datang dari arah dapur. Dia adalah Bibi Emily, dia adalah orang yang bertanggung jawab soal urusan rumah. Atau bisa dibilang dia adalah kepala pelayan di sini.

"Pagi." Jawab lelaki itu singkat.

"Seperti biasa saya telah menyiapkan sarapan sesuai permintaan tuan, selamat menikmati."

Lelaki itu mengangguk dan pelayan itu pun undur diri membiarkan tuannya menikmati makanannya tanpa gangguan.

Armand Bail adalah seorang pengusaha muda keturunan London-Indonesia. Asetnya tersebar diberbagai Negara. Lelaki berperawakan tinggi tegap dengan kulit yang putih bersih dengan jenggot tipis membuat dia terlihat seperti pria normal dengan ketampanan diatas rata-rata. Ukuran tubuhnya pas berisi dengan sedikit otot yang terlihat jelas dibalik kemeja yang ia pakai. Alisnya tebal dengan hidung yang mancung ditambah lesung pipit yang jika dia tersenyum atau menggerakan sel pipinya maka lekukan itu akan langsung terlihat. Yang sayangnya, lelaki itu bahkan tidak pernah terlihat tersenyum. Armand tersenyum hanya jika sedang berhadapan dengan musuhnya, dan senyum itu malah terlihat menyeramkan.

Devil, itu adalah julukan untuk Armand karena tingkah laku dan cara dia bekerja persis seperti itu. Tak ada yang tak mengenal dia.

"Pagi sir."

Suara halus terdengar dari balik punggungnya, lelaki berjalan mendekat.

"Ada apa?" Tanyanya. Tao adalah pengawal yang selalu menemaninya selama ini. Bukan hanya pengawal tapi Tao juga salah satu orang terdekatnya. Armand dan Tao sudah mengenal lebih dari 15 tahun. Dia orang nomer dua yang bisa memberi perintah. Armand memberinya otoritas itu, tentu saja masih dalam pengawasannya juga.

"Bryan sudah menarik kembali rencananya. Sesuai rencanamu, sepertinya dia mulai bimbang."

Armand reflek tersenyum miring, mengambil serbet diatas meja dan mengelap sudut bibirnya.
"Kalau begitu langsung atur pertemuan dengan Tom, akan kubuat Bryan menyesal telah bermain-main dengan ku." Titah Armand, Tao pun langusung mengangguk dan ikut tersenyum menanggapi itu.

"Bagaimana dengan wanita itu? Kau menemukannya?"

Tao menggeleng pelan, "Maaf Sir, tapi untuk keberadaannya, saat ini masih belum ditemukan. Akan kukerahkan semua tim untuk mencarinya."

Armand mendengarkan dengan seksama sambil memandang tajam Tao. Penjelasan Tao sungguh membuatnya semakin frustrasi pasalnya ini sudah dua bulan sejak Armand menyuruh Tao untuk mencari wanita itu.

"Kita harus menemukannya... atau dia akan mati." Ucapnya tenang tapi itu malah terdengar semakin menakutkan.

"Baik Sir."

——————-

"Diam dan lakukan saja perintahku sialan!"

Ucap seorang lelaki bertubuh besar dengan kumis tebal.

"Bisa kau lakukan sendiri? Kenapa aku harus melakukannya untukmu?" Tanya wanita itu melawan balik. Keringatnya sudah sangat membasahi dahi dan leher tapi sepertinya itu tidak terlihat di depan pamannya itu.

"Kau lupa? Kau menumpang di sini! Dasar pelacur!"

Wanita itu kembali mendesis, dia sudah sangat lelah mendengar kata makian itu dari lelaki tua bernama Daniel itu yang berstatus sebagai pamannya itu.

"Atau kau ingin kembali ketempat dimana ibumu berasal? Aku bisa mengantarmu, sebagai gantinya kau harus memberiku bagian."

"Kau jangan terlalu arogan Anna, saat ini kau tidak mempunyai pilihan. Kau pikir setelah menumpang hidup dengan keluargaku kau masih bisa memilih. Tentu tidak, KAU HARUS MENGIKUTI PERINTAHKU!"

Teriakan Daniel tak cukup membuat Anna gentar. Yang ada dia malah tersenyum miris mendengarnya. "Menumpang? Aku atau keluargamu, paman?"

Daniel terdiam, dahinya mengkerut mempertanyakan ucapan Anna. Berani sekali dia berkata begitu, matanya membesar otomatis dan tangannya pun terkepal menahan gejolak amarah.

"Apa kau dan keluargamu itu bekerja? Dari mana kalian makan selama ini kalau bukan dari hasil kerja keras ku?

"Anakmu bahkan hanya suka berfoya-foya, dan lagi kau pikir berapa asuransi yang kau terima atas namaku? Tapi kau masih mengatakan aku menumpang. Kalian sungguh tidak tahu diri!"

Plak

Suara tamparan keras terdengar memakak telinga. Anna menyentuh pipi kirinya yang saat ini terasa perih dan panas.

Rahang Daniel mengeras dan matanya menatap nyalang pada Anna. Tangannya masih mengepal kuat ingin sekali menampar sekali lagi agar bocah dihadapannya ini kapok.

"Kau sangat menyedihkan paman, apa kau tahu?"

"Kau akan tahu mana yang lebih menyedihkan jika aku sudah membawamu ketempat itu." Ucap Daniel, Anna tahu apa yang sedang Daniel bicarakan. Sebuah club dimana tempat ibunya dulu bekerja. Ralat, bukan bekerja melainkan Club itu adalah milik ibunya.

'B Club' adalah nama club itu. Ibunya sendiri, Bella, yang menamainya. Anna tidak tahu bagaimana asal mula club itu didirikan. Yang ia tahu club itu adalah ladang masalah. Semuanya memang berjalan lancar sampai ketika ibunya meninggal, secara sepihak club itu berpindah ke tangan orang lain. Orang itu bilang kalau dari awal club itu adalah milik mereka dan mereka bilang kalau ibunya adalah pengkhianat. Belum sempat Bella memahami situasi dia sudah lebih dulu dibawa pergi oleh pamannya. Daniel yang sudah mendapat uang asuransi pun tak mempermasalahkannya lagi dan sejak saat itu Anna tinggal bersama pamannya ini.

"Bagaimana? Apa kau ingin bergabung bersama pekerja sex itu dan melanjutkan apa yang ibumu dulu kerjakan?"

"Bisakan kau berhenti memanggilnya begitu? Bukankah dia adik mu sendiri?"

"Bella? Adikku? Tentu saja bukan, orang seperti dia tak akan memiliki darah yang sama dengan darah keluargaku. Bella adalah masalah dan kau pun akan jadi sepertinya. Kau mengerti?"

Tangan Daniel langsung menempeleng asal kepala Anna hingga membuat Anna sedikit goyah. "Kau jangan berdebat lagi denganku, jika kau terus seperti itu maka kau akan berakhir seperti seseorang dimasa lalu." Ucapnya lalu berlalu pergi meninggalkan Anna yang masih diam membisu.



.
.
.

Maafkan kalau banyak typo
Jangan lupa like, coment, dan juga follow ya
Makasih banyak-banyak 🖤

The Billionaire PrisonNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ