Chap 18

3K 88 1
                                    

Anna memotong sandwich berisikan daging dan sayur mayur di piringnya lalu dengan perlahan menyuapkan potongan itu masuk ke mulutnya. Suasana pagi di mulai seperti biasa. Anna sudah mulai beradaptasi dengan kegiatan yang ada di sini.

Dulu, saat dirumah lamanya, Anna menjadi orang yang paling sibuk di banding dengan Delina, Megan atau pun Daniel. Anna menjadi orang yang harus mengurusi segala sesuatu di sana, mulai dari sarapan, makan 3 kali sehari, juga mencuci dan menyetrika. Namun setelah tinggal di sini, rutinitas pagi itu menghilang tapi kebiasaan bangun paginya tetap tidak berubah.

Anna akan bangun sekitar pukul 6 pagi, karena tidak ada pekerjaan yang di lakukan jadilah selama satu jam kedepan dia hanya menghabiskan waktu duduk di tepi kasur menghadap jendela besar itu sambil menunggu matahari terbit. Kemudian setelah itu baru dia akan turun untuk sekedar membantu Emily menyajikan makanan. Walaupun memang sudah banyak pelayan di bawah yang membantunya, tapi Anna tetap lalukan guna menghilangkan rasa bosannya.

"Kau tidak suka makanannya?" Diana menatap Anna dalam, lalu melirik makanan Anna yang baru habis setengah.

Anna meringis kecil, lalu menggeleng. "Tidak, aku menyukainya, tante. Sangat menyukainya."

Anna mencuri pandang ke arah Armand yang terlihat sibuk dengan memotong daging. Anna tahu kalau lelaki itu juga pasti mendengar pembicaraannya. Anna sengaja menjawab dengan jelas agar lelaki itu tidak mengomel. Mungkin Armand akan memarahinya jika benar dia mengeluh soal makanan ini. 

"Anna bagaimana dengan kuliah mu? Kau tidak melanjutkannya?"

Anna langsung menatap ke arah Diana, kebetulan Diana membahas soal itu di depan Armand. Anna ingin tahu bagaimana respon dari lelaki itu jika Anna meminta ijin melanjutkan kuliahnya. Dia sudah memikirkan sejak lama tentang bagaimana nasib kuliahnya itu, tapi dirinya terlalu takut jika harus menanyakan nya pada Armand. Takut jika tiba-tiba amarah lelaki itu meledak.

"Aku____" Anna menggantung suaranya, bingung harus menjawab apa. Di satu sisi menunggu Armand ikut menyahut, tapi di satu sisi itu mungkin ketidakmungkinan.

"Aku..."

"Kau ingin melanjutkannya?" Armand tiba-tiba menginterupsi.

"Bolehkah?" Tanyanya spontan.

Lelaki itu mengangguk kecil seraya meraih gelas berisi air untuk menuntaskan dahaganya. Mata Anna menatap setiap pergerakan Armand dengan tatapan tak percaya. Entah setan apa yang sedang merasuki lelaki itu, tapi bukankah dia iblisnya? Apa jangan-jangan jiwa iblisnya itu pergi lalu sifat lelaki itu yang sebenarnyalah yang muncul saat ini?

Setelah adanya rencana pernikahan ini, sebenarnya Armand memang sudah berencana untuk mengembalikan semua aktifitas yang biasa Anna lakukan. Lagi pula sebagai seorang Ceo dan pebisnis terkenal, dia tidak mungkin membiarkan wanita yang menjadi pendamping hidupnya itu adalah seorang wanita bodoh yang tidak berkuliah. Armand juga harus memikirkan reputasinya, bisa-bisa masalah ini malah akan menjadi ancaman buatnya atau musuh mungkin akan memanfaatkan itu untuk melawannya.

"Kau serius?" tanya Anna skeptis, karena tidak ada jawaban lagi selain anggukan kepala itu.

"Kau bisa mengambil barang-barang mu di rumah Daniel, aku akan menyuruh Matt untuk mengantar."

"Aku? Boleh kembali kerumah itu?"

Mulut Anna membola sepenuhnya tapi kemudian  dirinya merasa ragu juga melihat tingkah Armand yang tidak biasa.

"Tapi masih dalam pengawasan, pengawal ku akan selalu ada di belakangmu. Setelah dari sana kau harus langsung pulang."

Anna langsung tersenyum bahagia mendengar itu. Masa bodo dengan apa yang terjadi pada otak pria itu, yang jelas sekarang dia harus memanfaatkan kesempatan ini. Kapan lagi Armand mau memberinya waktu. Dia harus segera pulang, mengambil barang-barangnya, dan mungkin melakukan salam perpisahan dulu dengan Daniel dan Megan.

The Billionaire PrisonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang