Chap 9

4.6K 134 1
                                    

"Jadi wanita itu kini di rumah mu?" tanya Tao segera setelah Armand menyelesaikan ceritanya.

Armand menghiraukan pertanyaan itu, tangannya sudah sibuk mengambil beberapa file yang menumpuk di meja kerjanya. Membuka dan membacanya satu per satu.

Semalam setelah ia melihat video yang Matt kirimkan. Armand langsung mengirim salinannya kepada Tao dan menyuruh lelaki itu untuk menyelidikinya. Menurutnya video itu bukan jenis pembunuhan biasa dan Armand yakin ada motif lain di balik itu.

Tao melihat Armand yang hanya diam pun kembali bicara, "Apa dia cantik? Aku ingin melihatnya secara langsung." 

"Tidak perlu. Aku mengatakan itu bukan agar kau melihatnya. Aku menyuruh kau untuk ikut menyelidiki tentang video yang ku kirim." ucap Armand. Lalu matanya beralih dari file-file itu menuju layar komputer yang ada di hadapannya.

"Ya, tapi dalam video itu wajah korban tidak terlihat jelas. Aku harus melihat anaknya, untuk bisa memastikan."

Armand melirik tak suka saat mendengar pendapat Tao. Temannya yang satu ini memang suka sekali bicara tentang hal yang tak masuk akal.

"Jika kau melarangku untuk melihatnya maka bisa dipastikan kalau wanita itu cantik."

Armand mendengus jengah mendengar spekulasi bobrok yang baru Tao ucapkan.

"Itu sama sekali tidak ada hubungannya." seru nya.

"Tentu ada, karena kau mau menyimpannya untuk diri mu sendiri. Bagaimana, apa kau sudah mencobanya?"

Helaan nafas kesal mulai terdengar. Armand segera menatap Tao. Sepertinya akan sulit melanjutkan pekerjaannya jika masih ada lelaki ini di hadapannya. "Sepertinya kau sangat senggang, apa aku kurang memberimu pekerjaan?"

Tao buru mendelik, "Tidak tidak, aku sudah memiliki banyak pekerjaan. Jika kau menambah satu kerjaan lagi, bisa-bisa aku gila. Berkat peluncuran hotel di Bali aku bahkan hanya bisa tidur empat jam sehari."

Tao melirik sekilas ke arah Armand yang sudah kembali fokus pada layar komputernya tidak peduli dengan ocehannya.

"Orang-orang dalam video itu, mereka hanya orang-orang suruhan."

Armand langsung menoleh mendapati ekspresi keseriusan di wajah Tao. Lalu lelaki itu mendekat, memperlihatkan file yang sedari awal ada ditangannya. "Alexandre, dia adalah pelaku utama yang merencanakan pembunuhan itu sedangkan empat orang lainnya adalah rekannya. Mereka sudah di penjara, tapi faktanya mereka bukanlah dalang dibalik pembunuhan itu."

Armand menatap data-data itu dengan wajah serius. Satu persatu, semuanya, Armand baca dengan perlahan. Alexander adalah orang yang menjadi tersangka utama, di data tersebut tertulis motif pembunuhan pelaku yang membuat Armand reflek menggeleng. Bagaimana pengadilan bisa mempercayai apa yang pelaku katakan.

Matanya melirik ke arah Tao, "Apa ini? Hanya karena cinta?" tanya Armand tak percaya.

Tao mengedikan bahu, "Ya, itulah yang pelaku katakan. Dia bilang jika Bella menolak cintanya yang akhirnya membuat dia melakukan pembunuhan itu."

"Sangat tidak masuk akal." Ujarnya gusar lalu melempar kertas itu ke meja. Setelah membaca data pengadilan tersebut seketika emosi Armand langsung naik. Semua hal yang di tulis di sana sangat tidak masuk akal menurutnya . Apalagi membaca semua hal yang Alex katakan pada pihak penyidik, tentang bagaimana awal mula pertemuannya dengan korban, sampai hari di mana pelaku bersama rekan-rekannya merencanakan pembunuhan itu,  Armand semakin mengerang marah mendapati kemungkinan pahit lainnya, jika kemungkinan besarnya pihak pengadilan juga turut andil dalam konspirasi pembunuhan ini.

Walaupun bukan orang yang perasa, tapi Armand tahu benar kalau apa yang dilakukan pelaku bukan hanya sekedar akibat cinta yang di tolak. Pasalnya dalam video pembunuhan itu, terlihat kalau pelaku terus menyiksa korban berkali-kali. Dan Armand juga sudah menyaksikan video itu beberapa kali, dari awal penyiksaan sampai terjadinya pembunuhan, tidak ada interaksi antara korban dan pelaku. Jadi tidak ada fakta yang bisa menjelaskan kalau korban dan pelaku itu saling kenal, selain dari pengakuan pelaku.

The Billionaire PrisonWhere stories live. Discover now