Chap 29

2.2K 81 0
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



.
.
.



'Beri wanita itu pelajaran, setelah pekerjaanmu selesai akan kukirimkan sisanya.'

Begitulah isi pesan perintah yang Tom kirim untuk Chris. Setelah ponsel Chris berhasil diperbaiki, Armand langsung menyuruh tim nya untuk segera memulihkan pesan yang sebelumnya sudah dihilangkan. Dan ternyata benar prasangkanya, Tom adalah sang pengirim teror darah itu.

Masih dengan rasa keterkejutannya, mata lelaki itu masih terus membacanya penuh selidik, berusaha mendalami setiap kata yang tertulis dalam pesan itu. Matanya tidak bisa berbohong, tersirat sedikit rasa prihatin juga sedih lantaran mendapati salah satu teman ternyata menaruh kebencian yang besar padanya. Tapi dengan hati dan pikiran yang sekeras batu ini, kejadian ini tidak lantas membuatnya berubah menjadi lelaki lemah. Armand tetap berpegang teguh pada prinsipnya, tidak memandang siapa musuhnya kali ini, bahkan jika itu salah satu temannya, maka hukumannya pun akan sama. Kejadian ini malah semakin membuat dirinya percaya kalau keputusan yang bijaksana bagi seseorang untuk membuat dinding yang tinggi dan sulit dilewati karena pada kenyataannya, kepercayaan adalah sesuatu yang mahal.

Armand mengalihkan pandangan, dari yang semula duduk dikursi, kini lelaki itu bangkit lalu berjalan pelan kearah Matt. Mengambil kertas A4 yang berada ditangan pengawalnya itu. Kertas itu berisi foto uang juga darah yang Tom letakkan di jok belakang mobil Chris, yang ternyata berhasil Chris abadikan lewat ponsel.

Kepala Armand menggeleng pelan, tak habis pikir dengan cara kerja Tom. Entah karena keteledoran atau lelaki itu yang memang sebenarnya punya niat lain. Alih-alih menggunakan ponsel sekali pakai, Tom malah menggunakan nomer ponsel pribadinya untuk melakukan kejahatan. Sungguh sangat disayangkan, tapi Armand juga tidak begitu langsung percaya, nyatanya opsi kedua lebih meyakinkan baginya. Armand yakin, lelaki seperti Tom tidak mungkin melewatkan hal sebesar ini, dan itu tandanya lelaki itu memang sengaja menunjukkan jati dirinya.

"Bagaimana dengan lokasinya, sudah berhasil ditemukan?"

Armand kembali menatap Matt yang tengah berdiri tegap dihadapannya. "Kami belum berhasil melacaknya. Sekertaris dan juga satu pengawalnya kembali ke London, tapi tuan Tom tidak bersama mereka." Jawab Matt langsung.

Dengkusan sinis terdengar, sepertinya Tom memang berniat ingin bermain-main dengannya. Tapi apa yang membuat lelaki itu melakukan hal ini? Melakukan kejahatan, tapi membuat dirinya tertangkap dan bukannya langsung bertemu dengannya, Tom malah kembali bersembunyi bak seorang pengecut.

Armand tak punya pencerahan apapun yang bisa membantunya untuk mendapatkan Tom. Karena walaupun dia dan Tom sudah berteman lama tapi Armand tidak tahu menahu soal apapun yang menyangkut hal pribadi lelaki itu. Baik Armand maupun Tom, mereka memiliki batasan masing-masing.

Tangan Armand berpindah, jarinya mengetuk meja beberapa kali. "Setahuku dia tidak punya tempat lain selain di sini..." ujar Armand pada diri sendiri lalu mengesah panjang. "Cari tahu semua tentang Tom, jangan sampai ada yang terlewat." Titahnya terdengar, Matt mengangguk singkat lalu menolehkan kepalanya pada beberapa lelaki yang berdiri dibelakangnya, menggunakan isyarat menyuruh para lelaki itu untuk mengikutinya untuk turut serta melaksanakan perintah Armand.

The Billionaire PrisonWhere stories live. Discover now