꧋ꦥꦺꦚ꧀ꦕꦫꦶꦩꦪꦠ꧀ꦒꦿꦺꦴꦈꦥ꧀

113K 4.5K 238
                                    

بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Don't forget to Sholawat!

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Ambil sisi baik cerita ini, dan buang buruknya!!

"Carilah sahabat seperti cermin, kita senyum dia senyum, kita sedih dia sedih. Jangan seperti kuali, di belakang lain, di depan lain."
_Al habib Hasan bin Ja'far Assegaf_

📖

Meskipun terasa melelahkan, namun Zain tetap melangkahkan kakinya dengan cepat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Meskipun terasa melelahkan, namun Zain tetap melangkahkan kakinya dengan cepat. Berbeda dengan teman sebayanya yang beristirahat di asrama setelah pulang sekolah, Zain malah harus bekerja sampai pagi untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.

Langkah lebar cowok itu langsung terhenti, kala melihat penjual singkong rebus yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri. Seorang Nenek rentan berusia sekitar tujuh puluh tahunan, tersenyum lebar saat melihat Zain berjalan ke arahnya. Beliau adalah Nenek Paijah, pedagang singkong rebus langganan Zain.

"Assalamualaikum, Mbah!" ucap Zain, kemudian menyalami tangan Nenek yang sudah mulai keriput itu.

"Waalaikum salam, putuku!" sahut Nenek Paijah dengan nada bicaranya yang terdengar gemetar.

(Waalaikum salam, cucuku!)

"Bade tumbas nopo?" tanya Nenek Paijah dengan senyuman manisnya.

(Mau beli apa?)

Zain yang melihat senyum manis Nenek Paijah, langsung ikut tersenyum. Zain benar-benar takjub dengan Nenek ini, kehidupannya jauh lebih susah dari Zain, namun keluhannya tak seberisik Zain.

"Nggeh tumbas telo Mbah. Lawong njenengan sadeane namong telo," jawab Zain dengan wajah lempengnya.

(Ya beli singkong Nek. Kan anda jualannya cuma singkong,)

Nenek Paijah yang melihat tingkah Zain tertawa, menampilkan giginya yang sudah ompong. Setelahnya, Nenek itu langsung mengambilkan satu bungkus singkong rebus untuk Zain.

"Matursuwun, niki artone," Zain menyerahkan sepuluh ribu untuk Nek Paijah.

(Terimakasih, ini uangnya,)

ZFC (Kita Semua Berhak Sembuh)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang