SELESAI (SUDAH TERBIT+part masih lengkap)
"Nek saumpomo awakdewe mati, awakdewe bakal mati pas negakke keadilan. Mergo sejatine hukum kui kudu sing roto, ora kanggo sing berduit bloko!" (Kalau misalnya kita mati, kita bakal mati dalam keadaan menega...
"Cicipilah kata-katamu, sebelum kamu mengucapkannya." _ZFC_
__________
"Kata Allah pada Maryam kalau kamu dicela diam aja. Gak usah komen, gak usah dibales, gak usah curhat-curhat dimedsos, diam aja. Ini nasehat Allah ke Maryam, terus kalau diam gimana? tenang biar aku yang belain kamu. Jadi ketika seseorang meminta bela dari makhluk, Allah nggak akan belain dia. Ketika kita diam dan meminta bela kepada Allah, Allah yang akan belain." -Ustad Hanan Attaki
______________
📖
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Waktu subuh hampir tiba, namun cowok dengan kaos yang sudah sangat kotor itu baru selesai dengan pekerjaannya. Tak apa jika dirinya tidak tidur semalaman, asalkan biaya sekolahnya perlahan mulai terbayar.
Kehidupan Zain memang bisa dibilang cukup sulit setelah Ayahnya meninggal. Dulu, Ayah-Zain adalah pengusaha yang sukses. Namun, usaha itu harus hancur karena beberapa karyawan yang sangat Ayah-Zain percaya ternyata melakukan korupsi. Akibat masalah berat yang terjadi waktu itu, Ayah-Zain mengalami serangan jantung dan berakhir meninggal dunia.
Semenjak kepergian Ayahnya, kehidupan Zain berubah drastis. Semua harta yang masih tersisa dibawa pergi oleh Ibunya. Tanpa rasa kasihan sedikitpun, wanita paruh baya itu meninggalkan Zain seorang diri.
Selama ini, Zain mencukupi kebutuhan hidupnya dengan melakukan pekerjaan serabutan. Zain masih beruntung, karena kepala sekolah SHS mengizinkannya untuk keluar wilayah sekolah saat bekerja.
"Kon, kok semangat pol kerjone, Zain?" tanya Ahmad, teman kerja Zain.
(Kamu, kok semangat banget kerjanya, Zain?)
"Hehehe, iyo Mad. Sediluk maneh, kan, Habib Umar bin Hafidz arep nang Jakarta, aku pengen ketemu sama beliau," jelas Zain. Wajah cowok itu terlihat berbinar, saat menceritakan keinginannya bertemu dengan Habib Umar bin Hafidz.
(Hehehe, iya Mad. Sebentar lagi, kan, Habib Umar bin Hafidz mau ke Jakarta, aku pengen ketemu sama beliau,)
Habib Umar bin Hafidz adalah seorang ulama yang lahir di Tarim, Yaman, pada tanggal 4 Muharram 1383 atau 27 Mei 1963. Salah satu hal yang menarik tentangnya adalah nasabnya yang terhubung langsung ke Rasulullah SAW, melalui garis keturunan yang panjang. Beliau tumbuh sebagai ulama yang teguh dalam akidah Ahlussunnah wal Jamaah.
"Cik, jauhe Jakarta?" Ahmad memicingkan matanya, menatap Zain dengan wajah lempengnya.
