ꦏꦸꦕꦶꦮꦺꦴ

23.2K 1.2K 123
                                    

"Terkadang yang membuatmu gelisah bukanlah musibah yang mengujimu. Tetapi bahasa rindu Allah yang sulit kau pahami."
-Habib Ali Zaenal Abidin Al Hamid-

_________

Adanya benturan pada area kaki dapat menyebabkan sejumlah kondisi medis seperti tulang patah/ retak, cedera tendon (jaringan yang menghubungkan otot dengan tulang), cedera jaringan lunak sehingga muncul memar. Tingkat keparahan kondisi yang terjadi tergantung pada seberapa kuat benturan yang terjadi.

Akibat dari perkelahiannya kemarin, Zain kini harus terbaring lemah di rumah sakit. Cowok itu mengalami cedera patah tulang pada kakinya akibat tendangan dari Lovidi yang dilakukan secara terus-menerus.

"Nek Om Zain mati yo opo iki rek?" Tanya Izara pada ketiga temannya. Setelah menjalani operasi semalam, cowok itu masih belum sadarkan diri sampai pagi ini. (Kalau Om Zain mati gimana ini guys?)

"Ngawur. Ogak mati kui, engko lak sadar," sahut Iqela. (Ngawur. Enggak mati itu, nanti juga sadar,)

"Tapi umur gak ono sing eruh, Qel," timpal Ivena, yang langsung membuat mereka semua terdiam. (Tapi umur nggak ada yang tau, Qel,)

Hari ini, semua anggota ZFC tidak ada yang masuk sekolah. Mereka semua keukeh untuk terus menjaga Zain sampai cowok itu sadar. Zain tidak punya keluarga, dan ZFC akan sangat tidak rela jika Zain dirawat oleh suster cantik yang ada di rumah sakit SHS ini.

Suara decakan keluar dari bibir Izana, ketika melihat panggilan telepon dari sang Ayahnya. Tadi Ibunya, sekarang Ayahnya. Oh ayolah, Izana kan lagi galau, kenapa di ganggu terus sih?

Berdiam diri sejenak, memikirkan kata-kata yang tetap untuk menjawab. Barulah gadis dengan piyama warna hitam motif bunga daisy itu mengangkat panggilan dari Ayahnya.

"Izana gak masuk pisan iki ae, Yah. Om Zain parah, Izana gak tego. Nek Om Zain idep-idep mati pas Izana sekolah yo opo, Yah?" Cerocos Izana setelah mengangkat panggilan itu. Gadis itu bahkan belum mendengar apapun ucapan dari Ayahnya. (Izana nggak masuk sekolah sekali ini aja, Yah. Om Zain parah, Izana nggak tega. Kalau Om Zain tiba-tiba mati waktu Izana sekolah gimana, Yah?)

"Sing arep mekso dirimu sekolah sopo, ndok? Wong Ayah arep takok sandal hiu Ayah nang ndi?" Balas Ayah-Izana di balik telepon. Terdengar jelas sekali, bahwa pria paruh baya itu malas berbicara dengan Izana. (Yang mau paksa kamu sekolah siapa, Nak? Orang Ayah mau tanya sandal hiu Ayah dimana?)

Mendengkus kecil, dengan bibir cemberut, Izana menjawab. "Izana yo gak eruh toh, Yah kok!" Ketus gadis itu. (Izana ya nggak lihat dong, Yah!)

"Yo wes lah, Yah. Izana arep galauin Om Zain sek. Ayah ojo telepon-teleponan sek," imbuh Izana. (Ya udah lah, Yah. Izana mau galauin Om Zain dulu. Ayah jangan telepon-telepon dulu,)

Tertawa meremehkan, Ayah Izana kemudian menjawab, "Yo wes, tapi sedino iki ae. Dirimu iku, wong Zain mung kesleo hebohmu ra karuan," (ya sudah, tapi sehari ini aja. Kamu itu, orang Zain cuma kesleo hebohmu kebangetan,)

Izana memang belum pernah membolos sebelumnya. Bahkan, saat sakit pun Izana masih memaksakan diri untuk tetap sekolah. Untuk kali ini, Ayah-Izana akan membiarkan gadis itu membolos saja. Pria paruh baya itu paham, betapa suka putrinya dengan Zain.

Setelah mematikan panggilannya, Izana menoleh ke arah tiga temannya. Tidak disangka, ternyata ketiga temannya kini tengah mengawasinya. Begitu juga dengan Alvaro, cowok yang ikut menemani Zain sejak Zain pertama kali di rawat itu kini menatap Izana dengan tatapan datarnya.

ZFC (Kita Semua Berhak Sembuh)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ