ꦗ꦳ꦲꦶꦤꦸꦂ

20.1K 1.2K 123
                                    

"Jangan pernah memandang dirimu rendah, kamu sudah melewati banyak hal, orang lain belum tentu sekuat kamu."
-Zainur Koeswoyo-

______________

Zainur Koeswoyo, dari namanya saja, mungkin sebagian orang akan langsung tau bahwa remaja itu terlahir dari tanah Jawa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Zainur Koeswoyo, dari namanya saja, mungkin sebagian orang akan langsung tau bahwa remaja itu terlahir dari tanah Jawa. Wajahnya yang manis, sifatnya yang sabar, dan ilmu agamanya yang lumayan luas, membuat siapapun yang bersamanya mungkin akan merasa nyaman.

Tapi, jika yang dilihat adalah tahta dan hartanya, mungkin juga mereka akan langsung membenci Zain. Karena memang, Zain tidak punya semua itu.

Dalam berbagai masalah, mungkin Zain adalah remaja yang terlihat tenang seolah tidak perduli, seperti tidak ingin turut terlibat. Namun percayalah, sebenarnya Zain tetap memikirkan semuanya. Bagaimana solusinya, bagaimana jalan keluar yang paling masuk akal, dan terkadang, Zain juga menangis sendirian ditengah gelapnya malam karena rasa lelah. Ya, Zain itu sungguh tenang, atau mungkin, lebih tepatnya, hanya berpura-pura tenang.

Berbeda dengan teman-temannya yang memilih untuk melaundry saja pakaian kotornya, Zain lebih memilih untuk mencucinya sendiri. Kalau kata Zain sih, selain lebih hemat, mencuci pakaian juga dapat membuat tubuh menjadi sehat. Tidak hanya rebahan saja.

Setelah membilas dan memeras sampai semua busanya hilang, Zain pun beranjak. Sebelum menjemur pakaiannya, cowok itu terlebih dahulu membereskan ember-ember yang tadi dirinya gunakan untuk mencuci dan membilas pakaian.

Namun, belum juga satu menit Zain berbalik badan, suara benturan keras dari belakangnya membuat cowok itu langsung berbalik. Lovidi, dengan muka bantalnya, tiba-tiba saja menendang ember Zain yang berisi cucian bersih.

"Dancok! sopo seh sing ndeleh ember nang kene?" Kesal Lovidi. Mata yang tadinya masih sipit akibat mengantuk itu kini terbuka lebar. (Siapa sih yang taruh ember di sini?)

"Sepurane, Lo! Aku sing ndeleh," Zain langsung mengangkat embernya. Kemudian mempersilahkan Lovidi masuk ke kamar mandi. (Maaf, Lo! Aku yang taruh,)

"Sikilmu loro ta? Tak jupukno obat?" Tawar Zain yang terlihat khawatir. (Kakimu sakit ta? Aku ambilkan obat?)

Cowok itu menaruh asal embernya dilantai, berniat mengambil obat-obatan untuk Lovidi. Namun, baru beberapa langkah berjalan, suara Lovidi yang terdengar cukup menyakitkan langsung membuat langkahnya terhenti. "Wong ora nduwe gak usah kakean gaya. Sadaro Zain, kon sopo, aku sopo," (orang nggak punya nggak usah kebanyakan gaya. Sadar Zain, kamu siapa, aku siapa,)

"Gak usah sok akrab, opo maneh sok ngatur," imbuh Lovidi kemudian masuk ke dalam kamar mandi. (Nggak usah sok akrab, apalagi sok ngatur,)

Zain yang mendengar itu tersenyum getir. Memang benar adanya, tidak akan ada rahasia yang tersimpan selamanya. Semua pasti akan terbongkar seiring dengan berjalannya waktu. Begitu juga dengan latar belakang Zain. Siap tidak siap, semua orang pasti akan tau siapa Zain sebenarnya.

ZFC (Kita Semua Berhak Sembuh)Where stories live. Discover now