Chapter 1: Replay

1.6K 127 10
                                    

Malam itu, di akhir tahun yang dingin. Kami berjalan berdua, bergandengan tangan saling menghangatkan tangan satu sama lainnya. Walau jarak kami tidak terlalu dekat, tapi dapat kurasakan kehangatan tubuhnya dari jarak ini, memberikan sensasi hangat tersendiri pada tubuhku.

Di malam tahun baru yang bersalju ini kami berniat pergi ke kuil untuk berdoa. Dan sesudahnya menunggu jam dua belas tiba, kemudian merayakan ulang tahun Yuuko yang tepat pada tanggal 1 Januari di restoran mewah. Begadang sampai pagi dan melihat matahari pertama terbit di sebelah timur.

Itulah rencana sempurnaku menghabiskan tahun ini bersama Yuuko. Hanya dengan membayangkannya saja membuatku tersenyum sendiri di perjalanan.

"Tatsumi, kenapa kau tersenyum seperti itu?"

Gadis berambut kuncir di sampingku bertanya kebingungan.

"Emmm? Tidak apa-apa..."

Jawabku dengan senyuman yang makin lebar.

"Ayolah, apa yang sedang kau pikirkan?"

"Rahasia."

Jawabku santai sambil tersenyum puas. Dan tentu saja direspon dengan kekesalan oleh Yuuko. Pipinya memerah ketika dia menggembungkan pipinya dan cemberut.

"Apa-apaan wajah itu, kau jadinya tidak imut lo..."

Godaku. Tapi dia mengacuhkannya dan memalingkan wajahnya.

Sepertinya aku sudah berlebihan menggodanya. Kutarik pelan tangannya untuk mendekatkan jarak di antara kami, kemudian dengan tangan yang satunya kuelus kepalanya pelan.

"Baiklah, aku mengaku salah. Jadi jangan pasang wajah seperti itu lagi yah..."

Cukup lama aku berjalan sambil mengelus kepalanya. Dan akhirnya dia pun luluh dan memutuskan berpaling ke arahku.

"Jadi, kenapa kau tersenyum sendiri?"

Tanyanya masih sambil cemberut.

"Hora... Jangan cemberut dulu, atau tidak akan kuberitau alasannya."

"Aku tidak cemberut kok, lihat! Aku tersenyum kan?"

Ucapnya sambil memaksakan senyuman di wajahnya.

"Baiklah, baiklah akan kuberitau..."

Mata coklatnya menatap dengan antusias menunggu jawaban dariku. Tak tahan menatap mata indah itu, kuarahkan wajahku ke langit untuk menutupi rasa maluku di depannya.

"Aku hanya membayangkan, kalau ini pasti akan menjadi tahun baru yang paling menyenangkan dalam hidupku, bersama dengan Yuuko di akhir tahun ini benar-benar membuatku bahagia."

Kami terdiam sejenak. Aku pun kembali menatap wajahnya, atau lebih tepatnya ubun-ubun kepalanya. Rupanya mendengar aku berucap seperti tadi, membuatnya tertunduk menyembunyikan semburat merah di pipinya

Dengan sedikit kecanggungan, kami pun melanjutkan perjalanan kami. Hening menghantui kami, tak ada satu pun di antara kami yang ingin melontarkan sepatah kata lebih dulu untuk memecah keheningan ini.

Pada suatu jalan, langkahku terhenti. Dan secara otomatis, Yuuko pun ikut berhenti berjalan. Aku menyadari tatapan bingungnya diarahkannya kepadaku. Tapi saat ini aku tidak bisa membalas tatapan itu, karena di depanku aku telah melihat sosok yang terlihat berbahaya. Seorang gadis berambut hitam panjang sebahu-yang padahal jika tidak berwajah horor seperti itu akan terlihat cantik-telah berdiri di depan sana mencegat jalan kami.

Entah kenapa wajah itu terlihat familiar dalam memoriku. Entah dimana dan kapan aku pernah bertemu dengan gadis ini sebelumnya. Aku mengabaikan ingatan pudar itu untuk sementara dan mencoba untuk bertanya padanya. Tapi, tiba-tiba saja dia berlari menerjang ke arah kami. Di tangannya, terdapat sesuatu yang mengkilat. Sebuah pisau.

Apa dia akan menusukku dengan itu? Gawat, aku harus menghindar.

Di saat genting seperti ini, otakku mampu berpikir lebih cepat dari biasanya. Respon yang sangat cepat dan logis bisa kukatakan untuk menghadapi masalah seperti ini. Satu hal yang tidak terduga adalah bahwa target dari pisau itu bukanlah aku, melainkan Yuuko.

Pisau lipat yang kecil itu ditusukkannya ke perut Yuuko, merobek kulitnya hingga cairan merah kental mendesak keluar dari lubang itu. Mataku terbelalak menyaksikan cairan merah dalam jumlah yang banyak keluar secara bersamaan dari lubang kecil itu.

"Yu-Yuuko... kupegang tubuhnya dari belakang, dan menurunkannya perlahan.

"Yuuko... Yuuko!"

Kucari wanita yang menusuknya tadi, tapi bagai mencari jarum di antara jerami, dia sudah menghilang dan membaur dengan kerumunan orang di sini.

"Yuuko, bertahanlah!"

Reset ButtonWhere stories live. Discover now