Chapter 6: Regain

632 79 8
                                    

Kami tapaki jalanan licin tertutup salju ini bersama, saling memegang tangan masing-masing, membagikan kehangatan kecil di tengah dinginnya malam, dan saling memberi topangan ketika jalanan licin dan membuat selop sepatu kami tergelincir.

Dengan serasi kami berjalan berdua. Siapapun yang melihatnya pasti segera mengetahui bahwa kami adalah sepasang kekasih. Sepanjang jalan kami terus bertukar cakap, dan sesekali tertawa jika memang ada hal yang perlu ditertawakan.

"Oh ya Tatsumi, lehermu tidak dingin?"

Aku pun memegangi leherku, dan saat itulah aku sadar bahwa aku tidak ingat memakai syal merah yang sudah kusiapkan di atas kasurku. Tapi misteriusnya, leherku masih tetap hangat, tidak dingin seperti tangan kiriku.

"Haha, aneh yah... leherku tidak terasa dingin sama sekali, tapi tangan kiriku yang malah kedinginan."

Ketika kutunjukkann tangan kiriku pada Yuuko, dia pun mengambil tangan kiriku itu dengan tangan kanannya. Hangat kurasakan menjalar di telapak tangan kiriku, tangan lembutnya berhasil melelehkan kebekuan pada tangan ini.

"Apakah sudah terasa hangat?"

"Ya, sangat hangat."

Tapi...

"Tapi, bagaimana kita berjalan kalau seperti ini?"

Kedua tangan kami saling bergandengan, dan posisi tubuh kami saling berhadapan. Tidak mungkin kami akan berjalan dengan gaya kepiting bukan?

"Jalan kepiting!"

Jawabnya polos seakan bisa membaca pikiranku. Kugelengkan kepalaku sambil mengkomat-kamitkan kata 'tidak,' berkali-kali

Kuusulkan saran yang lebih baik yaitu bertukar posisi sehingga tangan kiriku yang kedinginan lah yang akan bergandengan dengan tangan kanannya. Kami pun melakukannya, dan mengubah posisiku menjadi di sisi kanannya.

"Nee Tatsumi, apa kebahagiaan seperti ini bisa bertahan selamanya?"

Kupandangi wajahnya yang sendu, entah kenapa rasa sedih bersarang di wajahnya. Rasa sedih yang seakan menunjukkan bahwa dia akan pergi jauh dan meninggalkanku di sini sendirian.

"Kebahagiaan seperti ini hanya ada sekali."

Jawabku sambil memandang langit malam. Kurasakan perhatiannya tertuju padaku.

"Tapi walaupun kebahagiaan seperti ini hanya ada sekali, pasti akan ada kebahagiaan lainnya yang akan muncul jika kita bersama seperti ini. Kebahagiaan berbeda yang akan jauh lebih baik dari sekarang ini. Jadi jangan khawatir jika kebahagiaan seperti ini berakhir."

Kualihkan pandanganku kembali padanya sebelum kuucapkan kalimat terakhirku.

"Kalau itu terjadi, kita tinggal buat kebahagiaan yang lebih baik lagi saja."

Matanya mengecil, tarikan nafasnya mendalam-tertegun-ekspresi itulah yang tergambarkan di wajahnya saat ini.

"Selama kita selalu bersama, kebahagiaan bisa kita buat kapan saja. Dan jika kita terpisah oleh sesuatu, aku pasti akan berusaha sekuat tenaga untuk menyatukan kita kembali. Jadi jangan terlalu memikirkan itu."

Sesaatnya setelah itu, senyuman kembali menghiasi wajahnya.

"Terima kasih, Tatsumi memang sangat pintar untuk membuatku kembali tersenyum yah?"

"Emm, kapanpun akan kulakukan."

Jawabku dengan singkat dan memberikan senyumanku padanya.

Sedetik kemudian, kebahagiaanku itu menghilang begitu saja. Entah seperti apa atau bagaimana, aku dapat melihat gambaran-gambaran dari masa laluku dan masa depan yang akan menantiku. Seakan ada ribuan kesadaran yang masuk secara bersamaan dan mengisi penuh pikiranku hanya dalam hitungan detik. Dalam hitungan detik yang singkat itu, nafasku tercekat, terhenti di antara tenggorokanku.

"Tatsumi, ada apa?"

Kudengar suaranya, dan kusadari ekspresi khawatir ditunjukkannya padaku. Wajah ini, suara ini, dan kehangatan ini, tidak akan bertahan lama. Setengah jam ke depan, semua akan menghilang dari hadapanku, direnggut begitu saja oleh malaikat kematian. Begitulah apa yang kulihat dari kesadaran yang masuk dalam kepalaku. Tanpa pikir panjang, aku menarik tangan Yuuko.

"Ayo lari!"

Reset ButtonWhere stories live. Discover now