Chapter 7: Realize

623 78 8
                                    

"Apa-apaan tadi itu?"

Dia bertanya padaku dari belakang sambil mengatur nafasnya yang ngos-ngosan.

Hampir lima menit kami habiskan untuk berlari. Kuseret dirinya kemana-mana, melewati jalanan yang licin dan bersiko tergelincir setiap saat. Beruntungnya tidak ada satupun kejadian yang membuat kami terjatuh ke tanah. Jika itu terjadi, mungkin ini akan menjadi satu lagi bendera kematian bagi Yuuko

"Nee Tatsumi, ada apa?"

Tanyanya sekali lagi.

"Aku hanya ingin berduaan denganmu di tempat sepi."

Ya benar, kami saat ini berada di sebuah jalan di mana orang tidak lagi lalu lalang memenuhinya. Hanya ada kami berdua di sini. Tak akan ada hal yang bisa menyebabkan kematian Yuuko jika di sini. Begitulah yang kupikirkan.

"Ka-kau bicara apa? Ja-jangan-jangan kau ingin melakukan itu?!"

Teriaknya dengan panik sambil agak menjauhkan jarak antara kami berdua. Saat itulah kusadari bahwa pemilihan kataku tidak tepat.

"Bukan begitu, aku tidak berniat melakukan itu!"

Kubantah segera pernyataannya itu, sambil mencoba mendekatkan dirinya kembali agar tidak terlalu jauh dari jangkauanku. Namun dia menghindarinya, dan dengan tatapan memelas dia berkata.

"Ja-jangan... jangan di sini..."

Ucapnya pelan sambil menutupi semburat merah di wajahnya. Kesalahpahaman ini telah berujung pada sesuatu yang di luar batas. Kucoba menenangkannya sejenak, kemudian kembali berkata dengan lembut.

"Begini lo... kau salah paham, aku membawamu ke tempat sepi bukan untuk melakukan itu. Tepatnya aku tidak tertarik melakukan itu."

"Hee... tidak tertarik yah?"

Ekspresinya berubah menjadi datar. Hawa negatif keluar dari tubuhnya. Dia memandangi dadanya sambil menutupinya dengan kedua tangan.

"Maaf yah aku tidak bisa memberi kehangatan yang lebih."

"Sudah kubilang bukan begitu! AKKKHHH!!! Apa yang kulakukan? Kenapa sekarang menjadi acara lawak begini?!!"

Hal yang tak terjelaskan terjadi di antara kami. Satu menit yang lalu suasana sangat tegang, dan tak terpikirkan kalau aku akan membuat lawakan seperti ini. Aku sama sekali tak mengerti, sekejap saja karena pembicaraan ini rasa tegang yang selama ini kupikul menghilang begitu saja. Siapa sangka suasana tegang yang bernama kematian bisa berubah menjadi suasana lawak seperti ini. Yang bahkan aku tidak tau apakah aku harus mentertawakannya atau bagaimana.

"Apa kau sudah tenang?"

"Eh?"

Seakan mengetahui semua masalah yang kuhadapi, dia berkata begitu dengan tersenyum hangat.

"Apa maksudmu? Bukankah aku selalu tenang?"

"Ya! Tatsumi yang kukenal biasanya selalu tenang!"

Ucapnya sambil mengacungkan telunjuknya di hidungku dengan postur menggurui. Telunjuk itu pun kembali di simpannya dan dengan suara lembut dia melanjutkan perkataannya.

"Tapi beberapa menit tadi kau bukan seperti Tatsumi yang kukenal. Entah kenapa sejak kau terdiam tadi, kurasa ada yang berubah darimu. Seperti kau khawatir akan sesuatu, dan hal itu membuatmu terjebak dalam kesedihan."

Dia mampu mengetahui perubahanku hanya dalam waktu sekejap. Tak kusangka insting wanita seseram ini, dia bahkan mampu mengetahui apakah lelaki yang bersamanya sekarang ini adalah pacarnya atau bukan.

Reset ButtonWhere stories live. Discover now