Chapter 2: Revise

1K 117 6
                                    

"Lewat sini..."

"Eh?"

Tatapan Yuuko berubah menjadi bingung ketika rute yang kupilih adalah rute yang berbeda, rute yang sedikit memutar dari rute sebelumnya. Tidak menunggu dia bertanya, aku pun inisiatif untuk menjelaskan padanya.

"Ah, yaa tiba-tiba aku ingin jalan lewat sini... amm, mungkin aku hanya ingin berjalan bersama Yuuko lebih lama."

Ucapku dengan sikap malu-malu. Tapi tentu saja itu bohong, dan kurasa Yuuko tidak menyadarinya.

Yang sebenarnya adalah. Aku mengetahui masa depannya. Jika aku berjalan terus, maka dalam beberapa meter ke depan aku akan bertemu gadis itu, gadis yang akan menusuk perut Yuuko dengan sebuah pisau lipat.

Sudah lebih dari sepuluh kali kucoba pola rute itu, tapi tak ada satupun yang berhasil menyelamatkan Yuuko. Semuanya berujung pada kematian Yuuko. Karena itu kali ini kuputuskan untuk mengubah rute perjalanan, kupikir dengan cara seperti ini aku tidak akan bertemu dengan gadis itu.

"Nee, Tatsumi..."

"Hmm?"

Kupalingkan kepalaku ketika mendengarnya memanggilku. Wajahnya tidak seceria sebelumnya. Justru terlihat khawatir dan cemas.

"Kau terlihat aneh hari ini, ada apa?"

"Tidak apa... hanya saja ada beberapa hal yang mengganggu pikiranku."

Sebuah senyum hangat diberikannya padaku. Hal yang selalu dilakukannya ketika aku sedang dalam masalah seperti ini.

"Kalau begitu, maukah kau membagikannya padaku? Setengah dari masalahmu itu?"

Sejak pertama kali kami bertemu dia selalu begini. Selalu tidak bisa membiarkan orang lain memiliki masalah jika di sekitarnya, dan selalu ada untuk membantu menyelesaikan masalah itu.

Aku pun mencoba menghilangkan keraguan dalam hatiku, berusaha untuk jujur kepadanya.

"Jika, orang yang sangat kau sayangi mati di depanmu, dan kau punya kesempatan untuk mengulang waktu kembali. Apakah kau akan menyelamatkannya?"

"Apa ini? Sebuah cerita fiksi?"

Awalnya dia menganggap ini pertanyaan konyol dan ingin bercanda dengan itu. Namun melihatku dengan wajah seriusku, dia tau ini bukanlah hal yang bisa dijadikan guyonan belaka. Mimiknya berubah serius, dengan tersenyum hangat dia menjawab pertanyaanku.

"Tentu saja aku akan menyelamatkannya."

"Bagaimana jika kau tidak bisa menyelamatkannya?"

Kali ini dia melongo sebentar menatapku.

"Kalau itu terjadi, aku akan terus mengulanginya hingga keinginanku terwujud. Tidak peduli semustahil apapun untuk melakukannya, aku akan tetap berusaha sampai akhir."

Benar juga, siapapun pasti akan melakukan hal yang sama. Tidak ada yang ingin kehilangan seseorang yang berharga untuknya.

"Terima kasih Yuuko, sekarang aku sudah tidak ragu lagi."

"Syukurlah... ngomong-ngomong itu tentang apa?"

Mata penasarannya berbinar menanti jawabanku.

"Suatu hari akan kuceritakan, tapi tidak sekarang."

Dia pun menerimanya begitu saja dengan senyuman dan kata 'oh begitu'. Keheningan menghantui perjalanan kami. Ketika aku bermaksud untuk menghilangkan keheningan ini tiba-tiba dia berteriak girang.

"Lihat! Itu kuilnya!"

Dia mengarahkan jari telunjukknya mengarah pada bangunan kuno yang ada di depan kami itu. Seperti anak kecil, dia kegirangan dan menarik tanganku untuk bergegas. Tak terasa kami sudah berjalan begitu lama dan hampir tiba di kuil. Yang lebih baik lagi adalah tidak ada tanda-tanda dari gadis horror itu.

Hanya tinggal menyeberangi jalan ini, maka kami bisa sampai di kuil yang kini penuh sesak oleh manusia itu. Di penyeberangan jalan, kami menunggu sampai lampu pejalan kaki berwarna hijau. Cukup lama kami menunggunya, orang-orang pun banyak berkumpul di belakang kami.

"Nee Yuuko..."

Ketika aku hendak memulai percakapan kecil dengannya, dia terdorong oleh orang di belakangnya. Pegangan tangan kami terlepas dan dia terdorong ke jalan raya. Tepat ketika sebuah mobil berwarna putih melaju dengan kencangnya, dan seketika menabrak tubuh Yuuko dengan keras.

Suaranya begitu keras ketika berbenturan, dan aku yakin sekali mendengar suara beberapa tulang yang patah. Tubuh Yuuko terlontar jauh ke tengah jalan. Bentuk tubuhnya tak lagi beraturan, lecet dan lebam terdapat di seluruh tubuhnya. Beberapa tulang bahkan menembus kulitnya, yang lebih parah darah kental mengalir dengan lajunya dari tengkorak Yuuko.

Aku terlutut melihatnya sekali lagi terbunuh di depanku.

"Aku gagal lagi."

Reset ButtonWhere stories live. Discover now