2 - I only want you

629 202 95
                                    

R E Y G A
•••••

Reyga, cowok tinggi, pemilik senyum terindah, dingin but bisa bener-bener hangat kalo udah sama Kanaya, tentu saja.

Well, Reyga sedang di balkon kamar―mengamati bintang di atas, dan, tidak lupa menikmati hembusan angin yang menyapu kulit. Reyga suka angin malam.

"Bintangnya indah, kaya calon cewek gue."

Kanaya.

Bibir Reyga terangkat manis, mengukir senyum yang selalu gadisnya suka. Pandangan Reyga perlahan beralih mengarah kedepan.

"Nay, apa lo ga sadar kalo sebenernya.. gue sayang sama lo, emang salah kalo gue pengen milikin lo lebih dari sekadar sahabat?"

"Gue ga pernah takut buat ungkapin rasa ke lo, gue cuma takut kalo nanti lo jadi beda, gue takut sama harapan-harapan yang bisa aja ngga sesuai sama ekspetasi gue."

"Gue juga takut kalo―" ada jeda. "Apa bokap lo udah beneran maafin gue?" monolognya getir.

.

Kenapa rasa ini harus dateng terlambat Nay.

Reyga memejamkan mata, ingatan sontak terlempar pada tahun-tahun lalu.

"Rey." Kanaya menepuk bahu Reyga, cowok itu menoleh.

"Nay?" ucapnya dengan wajah datar.

"Gue tau pasti lo kesini... kenapa? soal dia lagi ya?"

Reyga menatap dalam mata sahabatnya itu. "Iya Nay."

Kanaya menarik nafas pelan, sebelum tersenyum. "Lo boleh sedih, tapi ga boleh nyerah. Dia perempuan yang berarti buat lo, do not stop. Kalo nyerah itu artinya lo siap nerima semua rasa sakit yang lebih dari ini. Gue cuma mau lo tepis rasa nyerah yang kapanpun siap dateng, jangan biarin lo kalah. Senyum lo jangan hilang."

Mengingat perihal Kanaya, membuat Reyga seperti merasa tidak pantas kalau akan mengutarakan perasaan yang ntah sejak kapan menyiksa dirinya ini.

"Sorry perihal rasa gue ke orang lain, gue selalu ngelibatin pikiran dan otak lo."

"Kalo bisa milih, gue gamau jadi sahabat lo, biar lo ga pernah denger semua keluh kesah gue tentang dia. Gue lebih milih jadi orang asing yang dari awal jatuh cinta sama lo," monolog Reyga lagi. Reyga mengusap wajah kasar―bayang-bayang Kanaya berhasil muncul di kepala.

Hening.

"Kanaya ga boleh jauh dari gue, dia milik gue." cowok ini mengangguk, sembari mengambil ponsel pada saku celana.

"Nay? apa, selama ini lo ga sakit tiap deket gue? But I can't if I have to be without him, sorry... gue egois."

Maaf kalo gue ga bisa pergi dari lo.

Maaf.

-R E Y G A -

Sementara di sisi lain, Kanaya Aurosea tampak membaca novel di dalam kamar, papanya belum pulang.

REYGA [REVISI]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن